Bab 08

7.3K 724 90
                                    

Sreakk

Benda itu di banting ke lantai hingga hancur, mereka semua yang menyaksikan hal itu tersentak kaget.

"Apa yang kau lakukan!?" Tanya Aslan sedikit meninggikan suaranya. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi.

Mendengar pertanyaan itu, Vino menatap Aslan dengan dingin. "Kau buta atau bodoh?" Tanya Vino datar dan menusuk hati, bukannya menjawab ia malah balik bertanya dengan pertanyaan yang menusuk dan membuat Aslan bungkam.

Vino heran, dimana otak mereka di taruh, apa otak mereka memang tergeser dari tempatnya, atau memang tidak memiliki otak?. Sudah jelas ia menghancurkan benda yang merekam percakapan mereka, atau bahkan merekam percakapan keluarga Aditama yang selalu membahas bisnis di ruang tengah.

Mendengar perkataan Vino membuat Aslan dan yang lainnya terdiam. Melihat mereka yang bungkam Vino berdecih sinis, ia mengalihkan pandangannya ke sekeliling, beberapa penjaga dan bodyguard terdapat di mansion ini.

Vino mengerutkan keningnya, ia sedikit bingung, jika penjagaan di mansion ini ketat, kenapa masih ada yang bisa menyusup?.

"Hah~ tidak akan ada yang bisa menyusup, kecuali dengan bantuan orang dalam" batin Vino akhirnya mengerti, ia menganggukkan kepalanya pelan.

Sedangkan mereka yang sedari tadi memperhatikan raut wajah Vino, mengerinyit heran. Apa yang di pikirkan oleh Vino? Pikir mereka bertanya-tanya.

Vino kembali mengalihkan pandangannya kearah mereka satu persatu ekspresinya hanya datar, ia menyipitkan matanya curiga, namun sesaat kemudian ia kembali mendatarkan ekspresinya.

Ia memilih beranjak pergi ke dapur, ia akan meminum air putih yang berada di botol yang ia ambil dari kulkas.

Tenggorokannya terasa kering padahal ia hanya berbicara beberapa patah kata pada mereka. Lalu bagaimana dengan buah apelnya?, entahlah, ia juga tidak sadar buah apelnya sudah hilang.

Gerak geriknya tidak luput dari pandangan orang-orang yang berada di ruang tengah.

Sedangkan Aslan dan Arsen mengalihkan pandangannya kearah benda yang sudah hancur di lantai. Mereka saling pandang, dan menganggukkan kepalanya, akhirnya mereka paham dengan apa yang terjadi.

"Penyadap suara" batin keduanya menatap dingin benda yang hancur tak berbentuk itu.

Sedangkan Vino, ia hanya acuh dengan tatapan beberapa orang bodoh itu, ia beranjak pergi meninggalkan dapur dan memasuki lift.

Setelah kepergian Vino, terjadi keheningan di ruang tengah, namun hal itu tidak bertahan lama. Mereka memilih kembali pada aktivitas mereka, untuk teman Aca dan yang lainnya mereka hanya diam, Mereka tidak berhak mencampuri urusan keluarga Aditama.

Dengan istilah lain, mereka tidak ingin terlibat...

"Ekhem" Clarissa berdeham membuat perhatian mereka beralih menatap Clarissa.

"Ada apa?" Tanya Raffa dengan satu alis yang terangkat.

"Ah... i-itu bang.." Ucap Clarissa gugup, ia menatap kearah remot tv yang berada di samping Raffa.

Raffa dan yang lainnya menatap kearah tempat yang di tatap Clarissa. Raffa menyembunyikan remot tv-nya, bahkan membuat benda itu berada di dekat Aslan.

"Tidak" Tolak Raffa dengan nada datarnya, namun ia menatap Clarissa dengan ekspresi mengintimidasi.

"Ya udah, kalo gitu pinjam hp" Ucap Clarissa dengan tangan yang di silangkan di dadanya.

"Tidak" Tolak Raffa lagi, ia tahu adiknya itu ingin menonton Drakor kembali.

Transmigrasi Ketos [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang