Bab 11

1.4K 250 34
                                    

Pagi datang sisihkan malam. Mentari pancarkan sinarnya hangatkan bumi, semua kehidupan bangun dari tidurnya.

Memulai hari sesuai porsi..

Pagi yang cerah begitu indah, bukan hanya baik untuk kesehatan, namun juga bagus untuk jiwa yang kesepian.

Sinarnya masuk melalui celah-celah jendela kamarnya, seakan mengajak penghuni kamarnya untuk bangun dari mimpinya.

Vino, lelaki dengan jiwa yang penuh luka masih terlelap dalam tidurnya. Mengatakan bahwa ia benar-benar lelah, dan tak sanggup untuk bangun dari mimpi indahnya.

Dunia begitu kejam untuknya yang begitu rapuh. Sangat pandai menutupi segalanya, bersandiwara seolah tidak ada beban berat yang di tanggung.

Tapi tetap saja, Vino mulai terusik dari tidur panjangnya, sinar mentari tepat mengarah pada wajahnya, membuatnya silau dan terganggu.

Kesadarannya sepenuhnya terkumpul, ia mulai beranjak dari kasurnya dan memasuki kamar mandi, ia akan bersiap untuk pergi ke sekolah, tak memperdulikan luka yang ia dapatkan tadi malam.

Tak berselang lama ia keluar dari kamar mandi dengan beberapa jejak darah di pelipisnya. Ia duduk di tepi kasur, mengambil kotak P3K dan mulai kembali mengobati lukanya.

Setelah mengoles obat, ia menempelkan plaster untuk menutupi lukanya. Dalam hati ia bersyukur dikarenakan lukanya tidak terlalu parah.

Ia juga menempelkan satu plaster di sudut bibirnya yang meninggalkan jejak memar akibat tamparan keras dari Damar.

Setelahnya ia membuka lemari pakaian, dan mengambil satu set seragam sekolahnya. Selesai berpakaian, ia melampirkan tasnya di bahu kanannya.

Ia menatap pantulan dirinya di cermin sejenak, rambutnya sudah rapi, begitu juga dengan pakaiannya. Meraih kunci motornya, lalu melesat pergi meninggalkan kamarnya.

Tungkai kakinya ia bawa memasuki lift, menekan angka satu untuk turun ke lantai paling dasar.

Ting

Pintu lift terbuka, membuat atensi orang-orang yang berada di ruang makan menatap kearahnya.

Vino hanya acuh tak acuh dengan hal itu, ia memilih langsung melangkahkan kakinya menuju pintu keluar mansion, ia berniat akan sarapan di kantin sekolah. Moodnya akan hancur jika terus berhadapan dengan keluarga Aditama.

Sedangkan anggota keluarga Aditama yang memperhatikan punggung Vino yang menghilang di balik pintu utama mansion dengan tatapan yang sulit di artikan.

Pikiran mereka mulai melayang atas peristiwa yang terjadi tadi malam, Vino telah memutuskan hubungan dengan mereka.

Sedangkan di sisi Vino, ia menaiki motor sport ninjanya, memakai helm full face nya, lalu melaju meninggalkan pekarangan mansion Aditama.

Sesampainya ia di area parkiran sekolah, banyak pasang mata yang menatap kearahnya, ia hanya bersikap acuh tak acuh.

Membuka helm full facenya, lalu turun dari motornya, tak lupa mencabut kunci motornya.

Meskipun wajahnya terdapat luka, hal itu tidak akan pernah mengurangi kadar ketampanan yang dimiliki olehnya.

"Vino makin ganteng njir"

"Dia benar-benar berubah ya? Gue kira cuman boongan"

"Biasanya kan caper"

Ia tak menghiraukan banyak pembicaraan orang-orang terhadap dirinya, itu hak mereka, dirinya tidak ada hak untuk membungkam mulut mereka satu persatu.

Sesampainya ia di kelasnya, ia meletakkan tasnya di meja tempatnya belajar. Setelahnya ia keluar dari kelas, tujuannya sekarang adalah kantin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi Ketos [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang