Percikan-percikan api sedikit menyambar padang rumput siang ini. Namun tak berselang lama, api-api itu padam terkena siraman air. Hal tersebut terjadi dikarenakan dua orang Atirath berlatih tarung bersama. Sukma dan Jian Dong sangat intens melakukan latihan bersama sejak pertama kali mereka bertemu. Tujuannya, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki Sukma. Ia memiliki dasar kemampuan beladiri yang mumpuni. Namun, ia masih harus banyak belajar untuk menjadi seorang Atirath yang kuat.
Setelah melakukan beberapa jenis latihan, keduanya menyelesaikan latihannya dengan duduk bersantai sambil meminum jus buah. Tak seperti biasanya, latihan hari ini cukup singkat. Itu karena masing-masing keduanya memiliki sesuatu yang harus dilakukan hari ini.
"Ingat, Jian Dong. Tujuan kita hari ini adalah mencari sebanyak mungkin petunjuk-petunjuk atau apapun itu untuk menemukan jawaban dari pertanyaaan-pertanyaan yang Natsu beritahukan kepada kita kemarin." Jelas Sukma.
"Beres, bro!" Jawab Jian Dong singkat.
"Oh, jangan lupa! Kau juga harus mencari tahu tentang Atirath lain yang berasal dari Barat." Sambung Sukma.
"Dan jika sudah menemukannya, kita akan mengalahkan mereka 'kan?" Tanya Jian Dong sambil tersenyum.
"Jangan konyol. Tujuan kita jelas untuk mengajak mereka bergabung dengan kita." Jawab Sukma sambil melempar beberapa kerikil ke arah Jian Dong.
"Baiklah. Aku akan pergi ke pusat kota dulu untuk membawa perbekalan. Lalu aku akan pergi ke pelabuhan bagian Selatan." Kata Sukma.
"Ya, ya. Kau pergi saja duluan. Aku akan berangkat sedikit lebih sore karena aku lelah. Aku akan pergi ke Jembatan Suma di sebelah Utara." Ujar Jian Dong sambil menguap lalu membaringkan tubuhnya.
Sukma pun pergi meninggalkan Jian Dong untuk pergi ke pusat Distrik Timur. Setelah sampai di pusat perdagangan Distrik Timur, Sukma membeli beberapa makanan untuk ia bawa dalam perjalanannya hari ini. Selain itu, ia juga membeli sebuah buku dan pena untuk menulis semua hal yang ia temukan, karena ia adalah seorang yang pelupa. Setelah ia rasa barang bawaannya sudah cukup, ia kembali melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan bagian Selatan.
Di tengah-tengah perjalanan, Sukma bertemu dengan seorang laki-laki tua yang misterius. Ia nampak sudah sangat berumur, berjalan dengan sedikit bungkuk dengan menggunakan tongkatnya. Saat Sukma berjalan melewatinya sambil mengucapkan kata "permisi", lelaki tua itu memanggil Sukma.
"Hei, anak muda! Kau seorang Atirath, bukan?"
Sukma sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan lelaki tua itu. Namun, dalam benaknya ia berpikir mungkin karena pakaian tempur yang ia gunakan. Ia lalu menjawab,
"Ya, itu benar, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Bagaimana anda bisa tahu saya seorang Atirath? Apakah dari pakaian yang saya kenakan saat ini?" Tanya Sukma untuk memastikan. Karena memang pakaian yang dikenakan Sukma, berbeda dengan apa yang dikenakan para Agarthans lainnya.
"Tidak, aku tidak bisa melihat, tapi aku bisa merasakannya. Kekuatan yang mengalir deras di dalam tubuhmu. Jumlah Artheion yang sangat besar itu, jauh sangat berbeda dengan yang dimiliki oleh para prajurit Agartha."
Mendengar perkataan itu, Sukma semakin terkejut karena ternyata lelaki tua itu adalah seseorang yang buta. Tapi, Sukma merasa ada yang berbeda dari lelaki tua itu. Saat itu juga ia sadar kalau lelaki tua itu bukan seseorang yang biasa.
"Kemampuanku untuk merasakan kehadiran para Atirath, aku rasa tidaklah datang secara acak. Bagiku, itu adalah anugerah untukku sekaligus tugas bagiku untuk membimbing mereka agar tetap berada di jalan kedamaian. Aku pernah gagal sekali, karena itu aku tidak ingin gagal lagi." Ujar lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blade Of Destiny
FantasyAgartha, sebuah dunia penuh keajaiban yang berada di dalam perut bumi. Suatu ketika, Sukma Nayaka, seorang penulis artikel lepas tiba-tiba terpanggil memasuki dunia tersebut. Telah dikatakan kepadanya bahwa ia adalah salah satu orang terpilih yang d...