08: Evolusi

99 48 255
                                        

Gulungan demi gulungan usang berserakan.

Natsu sedang mencari apa yang selama ini menjadi tanda tanya besar dalam kepalanya. Sebenarnya, Agartha ini apa? Pertanyaan yang muncul sejak ditetapkannya ia sebagai seorang Atirath­, namun tak kunjung ia temukan petunjuknya. Sebuah ide pun muncul. Ia mencari dimana perpustakaan tempat menyimpan arsip sejarah Agartha, dan di sinilah ia berada.

Perpustakaan Soter, Distrik Timur sebelah Timur.

Buku-buku usang dengan huruf khas Agartha menyelimuti pandangannya. Sudah cukup lama ia berkutat di depan huruf-huruf itu, namun tak ada informasi penting yang ia temukan. Bagaimana ia bisa menemukan sesuatu, kertas-kertas yang sedari tadi ia baca sudah tak berbentuk.

Sebuah rak di sudut perpustakaan menarik perhatiannya. Ada satu buku yang paling usang di antara buku lainnya. Debu tebal menghiasi muka buku. Ia membuka halaman demi halaman buku itu, tak berbeda jauh dari buku yang sedari tadi ia baca. Koyak, lusuh, dan luntur.

Namun ada yang berbeda dari buku ini.

Halaman demi halamannya seperti berbicara. Simbol dan hurufnya memang tak utuh, tetapi Natsu seperti menemukan kata kunci yang tersirat.

Timur.

Kabut Hitam.

Mavros.

Evolusi.

Hawa mencekam semakin membuat Natsu merinding. Ia bergegas keluar dari perpustakaan. Sedikit informasi itu mungkin seperti sepotong puzzle yang ditaruh sebagai awal pencarian kepingan lain yang sesuai.

Di tengah perjalanan, ia bertemu Agarthans tua misterius. Ia menghentikan langkahnya karena Agarthans tua itu menepuk pundaknya dan berkata,

"Distrik Timur menyimpan misteri. Pergilah ke arah yang berlawanan dari tempat ini. Dimana kau melihat cahaya mulai meredup, di situlah kau berada. Makhluk Agartha tidak ada yang sempurna, sesungguhnya segitiga pun ada yang sembarang bentuknya. Pergilah ke titik temu antar keduanya. Hati yang yakin dan bersih akan menemukan jawabannya. Jauhkan kegelapan dalam hatimu, wahai Atirath yang diberkati." Katanya.

Tak sempat bertanya apapun, Aghartans tua itu sudah lebih dulu meninggalkannya sembari melepas tangan yang tadi menepuk pundak Natsu. Sudah tau tempat ini penuh misteri, sekarang ia dipaksa memecahkan misteri lagi dari perkataan Aghartans itu. Mungkin dulunya ia adalah tetua yang sangat dihormati.

Perjalanan ini menjadi lebih serius. Natsu menyiapkan perbekalan dan perlengkapan yang sekiranya dibutuhkan. Ia harus mencari tahu sendiri maksud dari perkataan Agarthans tua itu. Setelah dirasa sudah cukup, ia berangkat saat matahari terbit. Jalan setapak ia lewati, sesekali berhenti dan bergegas kemudian. Ia harus pergi ke tempat dimana cahaya mulai meredup. Semula, tak ada yang ia pikirkan. Namun, ketika hari semakin terik, ia berpikir. Seperti apa cahaya yang meredup? Api? Lampu? Tak ada tanda-tanda yang membantunya untuk bisa ia jadikan petunjuk selama perjalanan hingga matahari kian bergeser dari porosnya.

Hari semakin petang. Langit mulai menguning dan kian menggelap. Tak ada lagi cahaya matahari yang menyinari dengan terik.

Tunggu sebentar.

Cahaya matahari?

"Apa mungkin cahaya yang meredup itu adalah cahaya matahari saat petang hari? Pagi hari matahari terbit di Timur. Petang hari, cahaya mulai meredup. Terbit di Timur, terbenam di..."

"APA MUNGKIN?" Soraknya dalam hati.

Apa mungkin ia harus pergi ke sebelah Barat? Kemudian ia ingat kalimat pertama yang Aghartans tua itu katakan. Pergilah ke arah yang berlawanan dari tempat ini. Sekarang ia berada di Distrik Timur sebelah Timur, berarti arah yang berlawanan dari tempat ini...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blade Of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang