Sembilan

6 0 0
                                    


Sembilan


Menghirup udara pagi yang sangat amat sejuk, dikelilingi oleh kabut. Hari ini pukul 7 pagi. Dan, andrean sudah terbangun dari jam 5 pagi. Kabut yang tadi mengumpul, kini perlahan sudah mulai menghilang. Dan yang andrean dapatkan adalah, pemandangan perkebunan dan para petani yang sedang memetik hasil kebunnya, serta terlihat gunung yang sangat indah.

Andrean sengaja bangun pagi agar ia bisa melihat sunrises walaupun ia hanya melihat sebentar karna tertutup oleh kabut, andrean sangat senang.

Tanpa handphone, atau rokok, atau bahkan musik, andrean bisa melamun dengan isi kepala yang seperti dipasar. Sangat ramai.

"Tumben dah bangun"Ucap acel yang baru keluar dengan muka yang basah oleh air. Habis cuci muka.

"Rumah lo enak banget, cel. Kalo lo pindah ke ambon, jangan dijual, ya."Ucap andrean tanpa membalas perkataan acel.

"Ya kaga lah, nyet. Rumah gue banyak yang ngiri."Jawab acel sambil tertawa. Memang benar, banyak yang iri dengan acel. Karna depan rumahnya yang langsung disungguhi oleh pemandangan alam ciptaan tuhan.

"Gue beruntung banget punya anak-anak nirvana."Ujar andrean tiba-tiba.

"Sarua. Gue juga, beruntung boga kalian."Balas acel.

Andrean tertawa kecil.
"Kalo si ale denger, dia pasti ngeledekin kita."

Acel tertawa sekarang.
"Ale keur ngedeketin cewek, dre."

Andrean mengangguk."Baturan neira."Jawabnya.

"Ale akhirnya udah keluar dari zona nyaman. Gue seneng pisan."

Andrean tertawa kecil. "Semoga percintaan ale kali ini berhasil."

"Aaminn"

"Wah ngomongin gue ya lo pada."Tiba-tiba suara ale datang dari belakang, bersama dengan kedatangan deandra. Muka mereka masi basah habis cuci muka.

"Ale kita, udah berani ngedeketin cewek, bro"Ucap acel meledek alegra. Cowo yang diledek itu malah senyum-senyum gajelas.

"Leia?"Tanya deandra

"He'eh"

"Carita atuh, le"Suruh deandra, karna alegra sudah 2 tahun tidak dekat dengan cewek saking traumanya. Dan, kini ia sudah mulai keluar dari zona nyaman, bahwa tidak semua cewek sama dengan masalalunya. Dan itu karna dibantu oleh andrean ia bisa keluar dari traumanya.

"Nya kitu lah, kata andre leia suka sama gue. Yaudah, gue disuruh coba dulu sama leia. Karna mau sampe kapan gue kayak gini terus? Pas dicoba ternyata gue sama leia pas. Cuma ya belom ditahap pacaran aja, gue masih mau pendekatan dulu."Jelas alegra. Ketiga cowok yang mendengarkannya sangat menyimak obrolan dari alegra.

"Tapi le jangan jadiin leia pelampiasan atau pengganti mantan lo."Ucap deandra.

"Ya kaga lah, deden."Jawab alegra kesal.

"Lo juga jangan kelamaan ngasih kepastiannya. Cewek juga butuh kepastian."Dilanjut oleh acel.

Alegra bingung menjawabnya. Satu sisi ia ingin cepat memberi kepastian leia, satu sisi lagi ia harus mempastikan dirinya bahwa leia beda dengan masalalunya.

Paris Van JavaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang