Bagian 15

56 9 0
                                    

    ☘

Suara adzan subuh membangunkan Ara dari tidur lelapnya. Dia perlahan membuka matanya dan duduk bersandar di kepala ranjang tempat tidurnya. Setelah mengumpulkan nyawanya, gadis itu membereskan tempat tidur. Tempat tidurnya sudah rapi, ara pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah selesai berwudhu, Ara memakai mukena dan menunaikan sholat subuh. Ara melipat mukenanya setelah selesai sholat.

Dia keluar dari kamarnya menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Hari ini dia akan membuat nasi goreng dengan sosis dan telur dadar. Beberapa menit, nasi goreng buatannya sudah siap. Dia menatanya di piring lalu meletakkannya di meja makan.

"Sudah selesai, sekarang aku mau mandi dulu."

  Ara pergi mengambil handuknya dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah selesai, Ara memakai seragam sekolahnya. Dirasa sudah rapi, Ara menuju meja makan untuk memulai sarapannya.

"Sepi banget, andai punya adek pasti bakal rame. Aku jadi kangen Fara."

Sarapannya sudah selesai, Ara mencuci piring kotornya di wastafel. Setelahnya, dia mengambil tasnya di meja makan lalu berjalan menuju ruang tamu. Dia membuka pintu rumahnya dan menguncinya. Hari ini, dia memutuskan berangkat sekolah menggunakan motornya. Ara menuju garasi rumahnya untuk mengambil motor. Dia menaiki motornya dan melajukan motornya menuju ke sekolah.

DI SEKOLAH

Sampai di sekolah, Ara memarkirkan motornya di parkiran. Dia membuka helm dan meletakkannya di atas motor. Bertepatan dengan itu, galen dan teman-temannya baru sampai di parkiran sekolah.

"Tumben bawa motor?" tanya Galen.

"Lagi pengen."

"Emangnya kalau berangkat ke sekolah, biasanya naik apa Ra?" Niel bertanya kepada Ara.

"Kepo banget sih, lo?"

"Gue tanya Ara, bukan Lo Arsa!"

"Gue mewakili buat jawab pertanyaannya."

Ara tersenyum tipis melihat perdebatan Niel dan Arsa. Dia merasa sedikit terhibur oleh keduanya.

"Ya udah, kalau gitu Ara duluan ya kak?"

"Mau abang Niel anterin gak?"

"Jangan mau Ra, dia itu playboy. Takutnya ntar lo jadi korbannya nih orang."

"Lo dari tadi nyaut terus, heran gue."

"Gak usah kak, makasih. Ara duluan ya?"

Keempat pemuda itu menganggukkan kepalanya. Setelah itu, Ara pergi untuk menuju ke kelasnya.

"Gal, Ara cantik ya?"

Galen menatap tajam ke arah Niel.

"Hahaha... Biasa aja natapnya, nggak bakal gue ambil."

"Cabut."

Galen, Arsa dan Zergan mulai berjalan meninggalkan Niel yang masih tertawa karena melihat muka Galen yang em... Cemburu?. Niel meredakan tawanya, ia tersadar teman-temannya sudah tidak ada.

"Lah gue ditinggal? WOY TUNGGUIN!"

❤(◍•ᴗ•◍)❤

Ara memasuki kelas. Dia menuju bangkunya duduk dengan memasukkan kepalanya dalam lipatan tangan. Azza baru memasuki kelas ia mengerutkan keningnya melihat ara. Azza langsung saja duduk dibangkunya.

"Ra, lo tidur?" Azza menepuk pundak Ara.

Gadis itu tersentak karena tepukan Azza di pundaknya. Ara memperbaiki posisi duduknya menghadap ke arah Azza dengan wajah yang murung.

"Kenapa tuh muka ditekuk? Jelek tau nggak."

"Kamu mah, aku lagi sedih juga!"

"Tumben lo sedih, ada masalah apaan?"

"Ayah pergi ke luar kota seminggu. Aku sendirian di rumah."

"Ouh... Ditinggal om Zevan ternyata."

"Kamu mau nggak nginep di rumahku? Sekalian ajak Rain sama Cia juga."

Azza menghela nafasnya, biasanya juga begitu kalau Ara sendirian di rumah. Gadis itu masih saja meminta pesetujuannya.

"Biasanya juga gitu, kan?"

"Takut ngrepotin," cicit Ara.

"Yaelah Ra, kaya sama siapa aja."

Obrolan mereka terhenti karena guru sudah memasuki kelas.

Dua PeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang