Bagian 27

55 6 0
                                    

Angin malam berhembus menerpa wajah seorang wanita cantik yang sedang duduk di sebuah bangku. Rambut panjangnya berterbangan mengikuti hembusan angin. Netranya memandang lurus ke depan menikmati keindahan kota dari balkon apartemen.

"Aku janji akan menyayangi Mas Zevan dan Ara dengan tulus, sesuai permintaanmu Na", ucap wanita itu

Flashback On

' Tempat apa ini?'

'Vandra...'

Vandra membalikkan badannya ke belakang. Terlihat seorang wanita cantik dengan dress putih serta mahkota bunga di atas kepalanya. Wanita itu tersenyum kepadanya.

'V - Viona?'

'Hai, apa kabar sahabatku?'

Viona berjalan ke arah Vandra. Mata Vandra berkaca-kaca, ia memeluk erat tubuh sahabatnya.

'Kenapa kamu pergi ninggalin aku Na?'

'Ternyata Vandra masih cengeng',ucap viona terkikik geli

'Aku nggak peduli, aku kangen banget sama kamu", balas Vandra

'Aku tau, sekarang kita udah ketemu kan?'

Vandra melepaskan pelukannya, dia mengangguk dan tersenyum

'Na, soal Mas Zevan...'

'Aku titip suami dan anakku sama kamu. Aku yakin kamu akan menyayangi mereka dengan tulus. Satu lagi, bantu ara keluar dari rasa takut dan traumanya. Dia itu rapuh Van'

'Memangnya ara kenapa?', tanya Vandra

'Nanti kamu akan tau', balas viona

'Mengapa tidak kamu saja yang menjaga mereka?'

'Aku akan menjaga putraku di sini, dan aku juga sudah ingin berkumpul dengan kedua orang tuaku'

Vandra terbangun akibat mimpinya

Flashback End

Tok! Tok! Tok!

"Bun, udah tidur?"

Vandra menghapus air matanya, ia kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Masuk aja sayang, pintunya tidak dikunci"

Qila membuka pintu kamar Vandra. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar menghampiri Vandra yang duduk di pinggir ranjang tempat tidur, lalu mendudukkan dirinya.

"Ada apa hm? Kenapa ke kamar bunda?"

Qila memeluk bundanya. Vandra tersentak karena tiba-tiba anaknya itu memeluk dirinya. Qila mendongakkan kepala menatap wajah bundanya.

"Bun, Bunda nggak bakal berubah kan?", tanya qila

Vandra menaikkan kedua alisnya, kenapa anaknya bertanya seperti itu kepadanya.

"Emangnya bunda mau berubah jadi apa?", balas vandra terkekeh

"Ya, kali aja bunda bakal berubah"

"Kamu ini ada-ada aja, sudah sana balik ke kamarmu. Tidur, besok sekolah kan?"

Qila melepaskan pelukannya dari Vandra.

"Qila sayang bunda",ucap qila mencium kedua pipi Vandra

"Bunda juga sayang kamu", balas vandra mencium kening anaknya

Qila beranjak dari duduknya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar Vandra dan menutup pintu kamar.

.
.
.

"Ayah yakin akan menikah dengan tante Vandra?"

Zevan mengalihkan pandangan menatap Ara. Zevan dan Ara sedang duduk di ruang keluarga sehabis makan malam.

"Kenapa kamu tanya seperti itu?"

"Aku tau ayah sangat mencintai mama, tapi mengapa ayah mengambil keputusan seperti itu?"

Zevan terdiam mendengar ucapan ara. Ia menghela nafas lalu kembali membuka suaranya.

"Apakah jika ayah menceritakan semuanya kamu bakal percaya?", tanya zevan. Sebelum ara menjawab pertanyaannya, ia langsung bangkit dari duduknya pergi dari ruang keluarga

"Cerita apa yang dimaksud ayah?"

.
.
.

"Gimana bang, kapan ara main ke sini?", tanya lisya ke anaknya

Galen yang sedang menonton tv mengalihkan pandangan ke bundanya.

"Iya abang, kapan kakak cantik main ke sini lagi?", timpal fara

"Kalau sekarang belum bisa, mungkin lain kali"

"Yah... Padahal fara kangen sama Kak Ara"

Galen mendengus mendengar ucapan adeknya. Lisya mengangguk mengerti.

"Bawa ke sini dong bang calon mantu papa", ucap ditya ikut menimbrung

* Belum jadian udah diklaim calon mantu hahaha🤣

"Bunda kok mau si sama papa?"tanya galen

"Kenapa kamu tanya kaya gitu?"

"Gapapa, soalnya papa tukang halu"

Lisya tertawa mendengar ucapan galen. Sedangkan Ditya langsung menyemburkan kopi yang sedang ia minum. 'Dasar anak nggak ada akhlak', batin pria itu

"Bunda juga nggak tau. Mungkin papa kamu dulu pake pelet kali" ucap lisya

Ditya menatap tajam ke arah Galen. Bukannya takut, Galen malah menatap balik papanya.

"Gak usah natap galen kaya gitu pa, muka papa nggak cocok dibuat serem"

Ditya mengelus dadanya sabar, Lisya hanya bisa menertawakan nasib suaminya.

"Kok kamu malah ketawa sih yang, bantuin napa"

"Abisnya bener kata galen, Mas",ucap lisya yang masih tertawa

Ditya mengaku kalah beradu ucapan dengan anak pertamanya itu dan pasrah menjadi bahan tertawaan oleh istrinya.

"Hah... Oke papa ngaku kalah", ucap ditya dengan lesu

"Hahaha.... Yang sabar yah, Mas"

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang