Bagian 4

93 11 0
                                    

Cuaca di pagi ini cukup cerah. Mobil yang dikendarai ayah Ara melaju membelah jalanan. Tidak terasa sudah sampai di depan gerbang sekolah.

"Belajar yang bener! Awas aja kalau kamu ketahuan bolos."

"Kapan Ara pernah bolos? Nggak pernah tuh," ucap Ara menyangkal perkataan ayahnya.

"Kali aja kamu khilaf."

"Udah sana ayah berangkat ke kantor!" Ara mengambil tangan kanan ayahnya.

"Lah ngusir nih ceritanya?"

"Ayah mau nganterin aku sampai depan kelas? Aku bukan anak TK!"

"Iya-iya, ayah berangkat,"Ayah Ara masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan sekolah.

"Ara tungguin!" gadis itu menghentikan langkahnya karena mendengar ada yang memanggil namanya.

"Ngapain kamu lari-lari, Za?"

"Ngejar lo biar nggak ditinggal."

"Hah?" balas Ara dengan raut wajah kebingungan.

"Udahlah nggak usah dipikirin! Ayo kita ke kelas!" Azza mengandeng tangan kanan Ara. Gadis yang memanggil Ara tadi adalah sahabat Ara dari kecil, Khaira Azzahra. Mereka berjalan beriringan sambil melemparkan candaan satu sama lain.

"Za kamu tunggu disini dulu," Ara berlari meninggalkan azza yang masih bingung di tempat.

 
"Kak tunggu!" Panggil Ara kepada pemuda yang berjalan tidak jauh darinya.

Galen menghentikan langkahnya. Dan menatap gadis didepannya yang sedang mengatur napasnya.

"Kakak yang kemarin nggak sengaja aku tabrak kan?"

"Hm."

Ara merasa hawa dingin di sekitarnya. Padahal cuaca sedang cerah.

"Em, anu itu kak aku mau minta maaf," Ara menunggu jawaban dari pemuda itu sambil menautkan jari-jarinya untuk mengurangi rasa gugup.

"Iya." Galen hanya membalas dengan satu kata lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Ck! cuma satu kata? Yang bener aja. Ikhlas maafin gak sih?" Ara kesal dengan jawaban yang Galen berikan. Dia sudah berusaha untuk meminta maaf namun, hanya "iya" sebagai balasan kata maafnya.

"Dasar manusia aneh! Jangan sampai aku ketemu lagi sama dia!"

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang