Satu minggu berlalu, Nanda masih enggan memberitahu Kenan. Bahkan sekarang ia berada di sebuah bar dengan alkohol yang dibelinya tempo hari. Kenan memang membebaskan Nanda dalam segala hal selama dalam batas kewajaran. Hari iniNanda berniat membuat janin dalam perutnya pergi, entah kenapa Nanda masih belum mampu menerima jalan hidupnya yang satu ini atau bahkan tidak mampu sama sekali.
Hampir setengah botol sudah ia tenggak, Nanda masih waras meskipun sedikit oleng. Jam menunjukkan pukul 11 malam, Kenan masih terjaga menunggu suaminya pulang sembari menyelesaikan pekerjaannya hari itu.
Selesai dengan berkas perusahaan, Kenan menuju kamar. Kenan termasuk orang yang cukup bersih, ia mengganti sprei juga bedcover seminggu sekali dan hari ini adalah jadwalnya. Ia memulai dari melepas semua sarung bantal dan guling. Namun ketika membuka sarung bantal ia menemukan amplop, yang ketika ia buka itu adalah hasil lab Nanda minggu lalu. Kenan sedikit banyak paham dan hasil yang tertera menyatakan jika Nanda mengalami kehamilan berusia 6 minggu. Kenan membuang kertas itu sembarang, meninggalkan kamar yang setengah berantakan dan menuju bar dimana Nanda minum.
Kenan diliputi amarah bercampur khawatir, hal sepenting ini kenapa harus Nanda sembunyikan? Apa Nanda keberatan mrngandung anak dari suaminya sendiri? Atau? Bermacam pikiran liar memenuhi kepala Kenan, tapi yang pasti Kenan harus membawa pulang Nanda terlebih dahulu.
Sampai di bar, Kenan buru-buru mencari keberadaan Nanda. Tak butuh waktu lama Kenan melihat suaminya, baru saja menenggak satu sloki alkohol dan tampak sudah terhuyung dalam berjalan. Kenan lantas memapahnya sampai luar dan menggendongnya menuju mobil. Nanda masih memiliki kesadaran meskipun hanya 10%. Ia meracau berbagai hal, Kenan membiarkannya dan fokus menyetir. Samapi diracauan yang membuat Kenan hampir membanting stir.
"Haha... Gueh- ha- hamil... Nihh anak ba- haha bakal bikin susah.. Lo si- siapa sih haha, jangan ditolongin biar dia per- pergi ahahaha"
Kenan memberhentikan mobilnya, menghela nafas panjang dan kembali melajukan mobilnya membelah jalanan kota. Emosinya sudah diujung kepala, Nanda benar-benar bertindak terlalu jauh.
Sampai di rumah Kenan menggendong Nanda, sebisa mungkin emosinya ia tahan mengingat ada nyawa lain dalam tubuh sang suami.
Kenan merebahkan Nanda di ranjang, tak peduli seberantakan apa ruangan itu sekarang. Kenan lalu mencari penetral alkohol dan memberikannya pada Nanda. Nanda hanya mampu menerima dan meminumnya sementara Kenan masih membaca hasil lab itu berulang kali, memastikan bahwa memang ia tak salah baca dan hasil itu valid.
.
Esok harinya kesadaran Nanda sudah kembali, hanya tersisa pening di kepala dan sedikit mual. Nanda mendapati Kenan keluar dari kamar mandi, ranjang sebelahnya dingin menandakan Kenan tak tidur disisinya semalam.
"Semalem ga tidur disini?"
"Ga tidur gue. Lo mabok sampe ga inget dunia. Sekarang udah sadar beneran?"
"Hehe, kebablasan.. Yang jemput?"
"Gue yang jemput, motor lo udah gue bawa balik juga."
Nada bicara Kenan tak seperti biasanya, Nanda mencari ponselnya namun mendapati ranjangnya sedikit berantakan dan ia tidur dengan bantal tanpa sarungnya. Muka Nanda pucat, Kenan pasti sudah tahu akan hal itu.
Benar saja, Kenan mengambil hasil lab Nanda dan melemparkannya tepat di depan muka Nanda yang sudah tentu panik.
"Kak, gue ga mau basa-basi. Daripada lo bunuh anak yang ga tau apa-apa mending bunuh gue sekarang. Lo mau pake apa? Atau dorong gue aja dari balkon depan situ. Anak dalem perut lo ga pernah minta buat ada, ga pernah minta buat diciptain. Gue heran kak sama lo. Jalan pikiran lo gimana sih? Kasih tahu gue coba kak. Lo kenapa? Lo takut ga bisa ngurus? Lo takut ga kuat? Lo takut sama pandangan orang-orang? Apa yang lo takutin kak? Gue disini buat lo, hidup gue udah buat lo sedari awal gue nikahin lo kak. Apa lagi yang mau lo cari? Gue masih bakal bebasin lo ngapain aja setelah anak itu lahir, gue ga nuntut lo harus full ngurus dia, ga harus. Gue kecewa kak sama lo, kecewa sama jalan pikiran lo, kecewa sama cara lo yang segampang itu ngambil keputusan. Kita hidup berdua tapi rasanya lo bener-bener masih pengen sendirian. Gue kurang apa kak buat lo? Apa yang belum lo dapet dari gue kak? Segitu ga maunya lo punya anak dari suami lo sendiri? Lo mau nikah gue nikahin karena gue emang mau, lo mau apa ga pernah nunggu ganti hari gue kasih, lo butuh apa-apa ga pernah gue biarin sendirian, kak gue ga tahu harus gimana ngadepin lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
KenNan [PoohPavel]
Fanfictionsequel dari Kak Nanda. . . . "Ken gue hamil anak lo" "Enaknya lo dipanggil mama apa bunda kak?" . Kehidupan yang bahkan tak pernah Nanda bayangkan namun bagaimana lagi? menolak saja sudah tidak mampu. . . warning : FIKSI FIKSI FIKSI 100000% ...