Jakarta, 2024.

534 65 6
                                    

--happy reading!

'''''

Sendirian adalah sebuah kata yang sudah mendeskripsikan betapa sepi nya berada di posisi itu. Sendirian sebuah kata yang menyatakan bahwa seseorang itu benar-benar tak memiliki siapapun. Siapapun yang ada dalam posisi itu, sungguh malang hidupnya. Sepi, sunyi dan harus berjuang sendirian dalam kerasnya hidup ini. Seperti yang dirasakan perempuan dengan rambut digerai berwarna kecoklatan yang panjangnya hampir menyentuh pinggul.

Aileen Arabella. Nama yang indah untuk perempuan yang cantik. Namun, sayang sekali jalan hidupnya tak seindah namanya. Aileen harus merasakan sepi dan sunyi dalam hidupnya karena dirinya memang benar-benar sendiri di dunia ini. Sialnya lagi, takdir hidupnya sangat buruk. Hari-hari dia jalani dengan kesialan yang beragam. Saking seringnya nasib sial ia temui, ia sampai terbiasa dengan hal-hal menyebalkan ini. Seperti saat ini, di bulan Januari sering sekali turun hujan. Tapi, Aileen tidak menyangka bahwa hujan akan turun disaat dirinya mengira kalau siang ini akan cerah namun ternyata hujan turun disaat matahari masih bersinar terang di atas sana. Sialnya, hujannya cukup deras dan Aileen tidak membawa payung.

"Hah.. Hidup sendiri, gaji pas-pasan, hari-hari sial mulu. Aileen, Aileen... di masa lalu lo pendosa ya? Sampe di kehidupan sekarang susah banget hidupnya" Monolog Aileen dengan kepala menunduk melihat ujung sepatunya yang basah.

Aileen hidup sebatang kara sejak lima tahun lalu ketika dirinya masih berumur delapan belas tahun dan duduk dibangku kelas dua belas SMA. Kala itu, dirinya masih memiliki mimpi tinggi dan yakin bahwa dirinya bisa mencapai itu semua dengan usahanya. Namun, setelah kematian orangtuanya akibat laka lantas semuanya hilang. Semangat dalam diri Aileen, cita-cita Aileen, semuanya hilang dibawa oleh kepergian orang tuanya. Sebagai anak tunggal dan tanpa sanak saudara tentu saja Aileen merasa takut untuk melangkah.

Semenjak hari buruk itu, hari-hari Aileen pun tidak sama sekali baik menurut perempuan itu. Dia tidak menyangka harus bekerja disaat dirinya masih sekolah. Dia tidak menyangka harus mengubur mimpinya untuk berkuliah dan menjadi seorang penulis. Karena setelah lulus, Aileen harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di ibukota ini.

Tidak mau sakit dan berakhir merepotkan dirinya sendiri, Aileen memutuskan untuk menunggu hujan reda. Saat ini dirinya ada di halaman depan salah satu gedung penerbit buku. Setelah urusannya selesai di gedung ini, ternyata hujan turun. Menyebalkan. Menyedihkan nya lagi uang Aileen menipis sehingga dirinya memilih untuk menunggu hujan reda dan berjalan ke arah halte bus alih-alih memesan go-car.

Sekitar hampir dua puluh menit berdiri, akhirnya hujan sedikit reda. Karena merasa tak enak diperhatikan beberapa kali oleh satpam di sana, Aileen memutuskan untuk berlari kecil ke halte. Jarak yang tak dekat membuat baju Aileen lumayan basah karena hujan. Aileen tersenyum begitu dirinya sampai di halte dan bus tujuannya juga datang, jadi dirinya tak perlu menunggu lebih lama lagi.

"Ahh.. Sedikit keberuntungan untuk hari ini"

Aileen naik dan lagi-lagi dirinya tersenyum melihat bus yang tidak terlalu ramai. Dirinya bisa duduk dipinggir dekat kaca, tempat favoritnya. Begitu duduk dirinya langsung menaruh kepalanya di kaca bus membuat kepalanya ikut bergetar karena bus sedang berjalan. Telinga kirinya terpasang earphone yang mengeluarkan suara lagu yang berjudul Secukupnya milik Hindia.

Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang (renggang)
Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang di esok hari
Tubuh yang berpatah hati bergantung pada gaji
Berlomba jadi asri mengais validasi

Coin mémoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang