About him

161 41 3
                                    

happy reading!

°
°
°
°
°

Aileen menikmati perjalanannya menuju toko buku Abisatya, tempat dirinya akan bekerja. Suasana pagi ini masih sejuk sekali. Sekarang sekitar pukul setengah tujuh kurang, dimana waktunya para pelajar berangkat sekolah. Aileen sudah beberapa kali melihat siswa SMA berangkat sekolah menggunakan angkutan umum, motor atau bahkan sepeda ontel. Suasana pagi ini terlihat sekali sibuk dan Aileen menikmati itu semua. Abisatya juga sengaja mengendarai motornya dengan kecepatan sangat pelan, kata laki-laki itu agar Aileen bisa merasakan hiruk pikuk Bandung pagi ini.

"Eoh?" Aileen menyipitkan matanya ketika ada beberapa pemuda SMA menggunakan jaket denim dan berjalan beriringan membelah jalanan dengan motornya, persis seperti anak genk motor. Tiba-tiba Aileen teringat sesuatu, ini di Bandung lalu sekarang dirinya sedang berada di tahun 1990. Matanya membola dengan pemikirannya sekarang, "Jangan-jangan itu Dilan sama temen-temennya?!" Tiba-tiba saja Aileen memekik dan berusaha melihat ke belakang dimana gerombolan pemuda tadi baru saja melewati dirinya.

Abisatya berhenti ketika mendengar pekikan Aileen, "Dilan siapa?" Tanyanya ketika melihat Aileen masih menghadap ke belakang memperhatikan anak SMA yang baru saja melewatinya.

"Abi, disini deket SMA 20 Bandung kan?" Tanyanya langsung. Seingat Aileen, film Dilan yang sempat viral ketika dirinya masih SMA itu mengisahkan Dilan dan Milea yang bersekolah di SMA 20 Bandung. Jujur saja, ketika beredar berita kalau kisah Dilan dan Milea itu diambil dari kisah nyata, Aileen jadi penasaran dengan sosok asli sang panglima perang tersebut. Padahal Aileen sendiri tidak tahu, kalaupun memang Dilan itu berdasarkan kisah nyata, dirinya tidak yakin kalau sosok itu Sekolah di SMA 20 Bandung. Bisa jadi di SMA Bandung lainnya. Tapi, bisa jadi juga si panglima parang itu benar-benar ada di sini!

"Heh!" Abisatya menegur Aileen karena perempuan itu malah melamun. Padahal tadi Aileen baru saja bertanya padanya. Aileen tersadar dari pikiran mengenai Dilan—si panglima perang—yang pernah viral di masanya itu. "Hah kenapa?" Tanya Aileen linglung.

Abisatya menghela nafas lalu menjalankan motornya kembali, kali ini dengan kecepatan lebih pelan dari sebelumnya agar suaranya sampai pada Aileen ketika mereka berdua berbicara. "Tadi kamu nanya kan, disini deket SMA 20 nggak? Jawabannya iya." Abisatya menjawab ulang pertanyaan Aileen tadi. Aileen mengangguk kemudian sedikit mendekatkan wajahnya dengan Abisatya —maksud Aileen agar suaranya terdengar oleh Abisatya— lalu bertanya lagi,

"Lo dulu sekolah di sana?" Abisatya menggeleng tanda bahwa dirinya tidak sekolah di sana, "Sekolahnya baru dibuka tahun 1986, setahun setelah aku lulus" Aileen mengangguk lalu bibirnya membentuk seperti huruf O ketika mendengar penjelasan dari Abisatya.

"Tadi si Dilan-Dilan itu siapa?" Kini giliran Abisatya yang bertanya. Aileen berdehem, siap menceritakan kisah singkat antara Dilan dan Milea di Bandung 1990.

"Jadi waktu gue SMA tuh ada film viral banget judulnya Dilan, 1990. Filmnya tuh rame banget bejir. Soalnya tokoh utama cowonya romantis banget!"

"Kamu banyak nyebutin istilah asing, aku nggak ngerti" Kata Abisatya menyela kalimat Aileen. Setelah beberapa hari berbicara dengan perempuan itu, Abisatya dibuat bingung dengan kata asing yang sering digunakan oleh Aileen. Contohnya tadi, Aileen mengatakan 'bejir' yang entah apa artinya, Abisatya tidak tahu.

Aileen menghela nafas. Lupa kalau Abisatya meskipun seumuran dengannya tetapi mereka tumbuh di zaman yang berbeda. Bisa dibilang Abisatya masih sangat tertinggal zaman dibandingkan dengan dirinya. "Yaah intinya, Filmnya tuh banyak yang minat apalagi anak muda. Yang buat novel, Pidi Baiq bilang kalau itu kisah nyata. Dilan di film tuh kayak anak genk motor. Kalau kata Milea—cewenya Dilan—dia itu panglima perang. Nah! Berhubung gue lagi di Bandung, 1990. Gue jadi penasaran sama sosok Dilan asli. Siapa tau anak-anak yang itu loh bi, salah satunya ada si Dilan. Ya nggak?" Abisatya mendengarkan dengan seksama, meskipun tidak terlalu paham sebab orang-orang yang dikatakan Aileen asing baginya. Abisatya semakin dibuat percaya bahwa perempuan ini memang datang dari masa depan.

Coin mémoireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang