08 :: Two Pair

838 133 22
                                    

"Young Master sedang bekerja, jadi beliau malam ini tidak akan pulang."

"Oh, ya ..."

"Silakan Anda tidur. Bila memerlukan sesuatu panggil saya saja."

Jisoo berkedip dua kali. Dia memperhatikan seorang pria cukup tua yang membungkuk hormat sebelum pamit dari kamarnya. Mencoba tidak menunjukkan raut kecewanya, Jisoo memasang senyum manis.

"Aku baru kali ini melihat pengantin wanita sendirian bahkan belum sehari semenjak pernikahannya."

Samar-samar Jisoo mendengar desisan kecil dari luar. Walau kamarnya kini ditutup pintu, bisikan itu jelas ditujukan untuknya. Jisoo memalingkan wajah, memilih memandang jendela kamar yang gordennya terbuka.

Pagi tadi dia diantar asisten pribadi Taeyong ke rumah barunya. Awalnya Jisoo tidak masalah. Dia tinggal di sebuah rumah minimalis di distrik bergengsi di ibu kota. Semua kebutuhannya dilayani. Hanya saja, sampai malam pun Taeyong belum kembali.

Apa kehidupan pernikahan memang sesunyi ini?

Jisoo duduk seraya memeluk lututnya di atas ranjang, menaruh kepalanya ke atas lutut lalu menelan saliva. Sebagai menantu dari keluarga sendok emas, jelas dia harus menjaga martabat dan tidak menimbulkan masalah. Namun, tetap saja ...

"Aku rindu Taeyong."

Sehari tidak melihat wajah sang suami membuat Jisoo dilema seperti ini. Memang benar kalau Taeyong itu bekerja, tetapi apa biasanya laki-laki itu segitu workaholicnya sampai lupa untuk pulang? Jisoo mencoba berpikiran positif. Mungkin sang suami lembur karena sejak beberapa hari sebelum pernikahan mereka, Taeyong yang paling sibuk.

"Apa saat Young Master bersama Nahee seperti ini juga? Kasihan."

"Husstt, nanti terdengar."

Jisoo mengerutkan alis sebal mendengar percakapan itu. Tentu saja Jisoo dengar. Orang yang menggosipkannya tepat di depan kamar, seolah-olah sengaja agar Jisoo mendengar ocehan mereka.

Jisoo menghela napas. Dia memilih untuk tidur saja. Berharap esok hari Taeyong akan datang.

Tidak.

Nyatanya esok hari pun Taeyong juga tidak menemuinya.

Dua pelayan yang mengantar Jisoo untuk menghadap butler terkikik melihat ekspresi kecewa Jisoo. Alhasil perempuan itu meliriknya tenang. Jisoo tidak mau main tuduh, tetapi tawa itu jelas ejekan untuknya, 'kan?

"Apa ada yang lucu?" Jisoo bertanya dengan intonasi rendah, tetapi wajahnya tetap memasang ekspresi ceria, tidak mau menimbulkan perselisihan di hari kedua dia berada di rumah baru mereka.

"Tidak, Nyonya." Salah satu maid menjawab.

Alhasil Jisoo merapatkan bibir.

Kali ini Jisoo merajut langkah menuju taman. Dia menghela napas berat. Mencoba tak terusik dengan pandangan geli dari para pekerja di rumah ini. Jisoo tahu dia digunjingkan. Apa semenyedihkan itu bagi seorang istri yang ditinggalkan suaminya setelah pernikahan mereka berlangsung? Toh Taeyong itu sedang bekerja. Jisoo juga tidak bisa menuntut banyak.

"Nona Nahee dulu ditempeli Young Master terus, kan? Apa yang ini begitu membosankannya sampai beliau tidak pulang tanpa mengabari istrinya?"

Gunjingan itu membuat Jisoo mengepalkan tangan. Jisoo mencoba abai. Dia memilih menyentuh bunga hortensia yang bermekaran, sebuah komplotan bunga biru yang memanjakan mata. Sebenarnya kalau Taeyong tidak pulang, dia ingin bekerja ke kafe saja. Namun, memangnya boleh dia pergi tanpa izin seperti itu?

"Yang ini mungkin tidak menyenangkan urusan ranjang."

Jisoo melebarkan mata, agak tersinggung. Dia refleks berbalik, menatap dua pelayan yang mengikutinya tersebut. Dua pekerja itu malah diam dan memandang Jisoo menantang, Jisoo menggertakkan gigi. "Kalian—"

Cursed Wedding | jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang