[01] 32 bulan pernikahan

243 15 0
                                    

"Le, kamu beli mainan lagi? Tadi ada paket gede datang dengan tulisan fragile tuh ..." Tanya Tara saat Leon melangkah masuk ke ruang tengah sepulang kerja.

"Oh, udah sampai? tumben cepet." Gumam Leon sembari mendatangi kardus besar yang ditaruh di lantai. Ia lalu duduk dan dengan ekspresi bahagia mulai membuka paket.

"Eh bentar, sambil direkam dulu. Kalau nanti rusak biar komplainnya gampang." Tegur Tara sambil mengeluarkan ponselnya untuk merekam.

"Sudah?" Tanya Leon yang dijawab anggukan oleh Tara.

Leon akhirnya mulai membuka paket itu dengan hati-hati. Ia mengeluarkan tiga kardus figurin kecil berbentuk karakter anime kesukaannya dengan ekspresi puas. Setelah mengeluarkan figurin itu untuk mengecek kondisinya, ia mengangguk puas.

"Aman, barangnya tidak ada lecet atau rusak sedikitpun."

Tara berhenti merekam lalu kembali fokus menonton drama di laptopnya. Sedangkan Leon membereskan sisa kardus dan plastik pembungkus paketnya lalu menyimpan ketiga figurin itu ke lemari kaca khusus barang koleksi miliknya.

"Hari ini masak apa Ra?"

"Ayam kukus bumbu kecap." Jawab Tara tanpa mengalihkan pandangan dari laptopnya.

Leon berjalan ke meja makan setelah mencuci kaki dan tangannya. Ia mengambil sepiring nasi dan lauk yang dibuatkan oleh Tara lalu berjalan mendekat ke sofa tempat Tara sedang menonton drama. Leon ikut menonton drama sambil makan.

Leon duduk di lantai dengan bersandar di sofa sedangkan Tara berbaring miring di sofa. Kepala Leon bersandar di perut Tara. Ia tanpa sadar mulai mengelus puncak kepala Leon. Mungkin karena kebiasaan, atau suatu hal yang biasa tapi keduanya sama-sama tidak keberatan dengan hal itu.

Dua pasangan itu sudah menikah selama dua tahun lebih. Sebelum menikah keduanya membuat perjanjian tanpa sepengetahuan dari pihak keluarga untuk melakukan pernikahan kontrak selama tiga tahun. Alasan keduanya sederhana, akan lebih mudah untuk hidup berstatus janda dan duda daripada perjaka dan perawan tua di lingkungan sosial ini. 

Apalagi Tara adalah seorang yang tidak ingin memiliki keturunan, tentu saja dengan syarat itu sulit baginya untuk menemukan pasangan yang setuju dengan idealismenya. Leon, anak laki-laki terakhir dalam keluarga yang digadang-gadang untuk meneruskan garis keturunan keluarga, tapi sayangnya Leon tidak bisa melakukan itu. Bukannya dia tidak mau, tapi keadaan kesehatan membuat Leon hampir tidak memungkinkan dia untuk bisa menghamili.

Kedua nasib itu mempertemukan mereka dalam sebuah pernikahan kontrak yang tidak lama akan berakhir.

Sisa sekitar empat bulan lagi sebelum mereka bisa mengajukan cerai.

Keduanya sebenarnya tidak banyak ambil pusing karena mereka sudah membuat perjanjian pra-nikah yang sangat jelas mengenai keuangan, peran rumah tangga serta karir.

Leon dan Tara sama-sama sudah mapan dengan pekerjaan masing-masing. Untuk keperluan rumah tangga, mereka sepakat untuk menyisihkan sejumlah pendapatan mereka untuk dijadikan uang kas berdua. Uang makan, keperluan rumah dan sebagian besar kebutuhan hidup mereka bersumber dari ini.

Rumah yang mereka tempati adalah bekas rumah keluarga Leon yang dibeli dengan harga terjangkau oleh Leon. Tara yang bekerja dari rumah biasanya bertugas untuk memasak dan cuci baju sedangkan Leon bertugas untuk bersih-bersih rumah harian.

Mereka berdua sudah nyaman hidup berdua. 

Sayangnya, drama yang mereka tonton menceritakan pasangan yang berada di ambang perceraian.

Leon selesai makan, ia menggesekkan gesekkan kepalanya di perut Tara dengan mata yang sesekali tertutup.

"Dramanya gini amat ya ..." Gumam Leon kini menggenggam tangan Tara.

Habis Kontrak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang