"Kalian selama ini nikah kontrak?" ucap Laila dengan nada tidak percaya. Efan yang tadi duduk di lantai kini memeluk kaki ibunya. Laila yang menyadari itu akhirnya berjongkok di depan anaknya lalu memandang Efan dengan wajah serius.
"Efan, kamu main sebentar di kamar sama adik ya ... ibu mau bicara sama om dan tante kamu sebentar. Kamu boleh makan camilan yang ada di tas, tunggu sampai ibu masuk kamar ya ..." Ucapnya lalu mencium kening Efan.
Anak laki-laki itu mengangguk lalu dengan tangan yang memegang ponsel, berjalan masuk ke kamar tanpa banyak tanya.
Laila menghembuskan napas sembari memandangi punggung anaknya yang masuk kamar. Ketika sudah tidak ada anak kecil di sana, ia memandang Leon dan Tara yang berdiri kaku di sana. Laila akhirnya menempatkan diri duduk di sofa lalu meletakkan kertas kontrak di meja.
"Duduk." Gumamnya pendek.
Tara dan Leon saling bertukar pandang sebelum akhirnya Leon duduk melipat lututnya di lantai diikuti oleh Tara yang melakukan hal yang sama di sebelahnya. Laila menarik napas lalu menghembuskannya dengan pelan, ia memandang adik laki-lakinya kemudian pada Tara.
"Kami nggak nikah kontrak kok mbak, itu semacam perjanjian pra-nikah saja ..." Jelas Leon yang membuat Tara mengeryit.
"Lalu apa itu durasi tiga tahun pernikahan? Kamu pikir aku segoblok itu Le?"
Tara secara instingtif langsung memukul pundak Leon pelan. Ia merasa situasi ini sudah tidak bisa diperbaiki lagi dan mengakatan kejujuran adalah jalan terbaik.
"Semua yang mbak lihat itu benar kok. Kami memang menikah kontrak selama tiga tahun ...."
Leon menoleh memandang Tara dengan kedua mata yang melotot. Laila yang sedari tadi memasang wajah galak sedikit melembut saat Tara menjawab. "Pertanyaanku adalah kenapa? Bukannya kalian merasa cocok satu sama lain?"
Tara tidak bisa menyembunyikan rasa bersalahnya, ia baru saja akan menjawab pertanyaan Laila, tapi napasnya sedikit tertahan karena isakan tangis mulai terasa di wajahnya.
"Maaf, mbak jangan marah ke Leon. Akulah yang mengajak Leon menikah kontrak. Aku sebagai wanita sudah menyerah dengan harapan menikah. Tapi, orangtuaku tidak kehilangan harapan itu dan terus mendukung untuk menikah. Akhirnya akulah yang mengajak Leon menikah kontrak, agar bisa lepas dari kekhawatiran orangtuaku."
Tara berbohong. Orang yang menyarankan menikah kontrak dalam hubungan mereka adalah Leon. Tara awalnya skeptikal dengan ide itu, tapi gadis itu akhirnya mengiyakan ajakan Leon.
Ia tidak tahu kenapa Tara malah mengatakan kalau semua ini adalah idenya sendiri. "Nggak mbak, akulah yang mengajak Tara melakukan pernikahan kontrak, jadi kalau marah jangan ke Tara, ke aku saja." Gumam Leon lebih tegas.
Laila menatap mereka berdua lalu menggelengkan kepala. "Sebenarnya aku tidak berhak masuk ke konflik ini karena semua ini adalah murni masalah rumah tangga kalian. Tapi, aku tetap tidak bisa kalau hanya diam melihat ini. Sudah lupakan masalah aku marah, yang ingin aku tekankan di sini pada kalian adalah, apa kalian benar-benar akan bercerai setelah durasi kontrak ini selesai?" Tanya Laila terdengar lebih ke putus asa.
Kedua adik Laila saling bertukar pandang. Lalu perlahan tapi pasti keduanya menganggukkan kepala.
Laila menutup matanya dengan putus asa. Dia menggelengkan kepala cepat. "Begini, aku pribadi tidak peduli dengan aturan yang kalian buat dalam kontrak itu. Tapi satu hal yang pasti. Pernikahan itu sakral. Kalau tidak ada masalah besar dalam rumah tangga kalian, aku tidak melihat adanya keharusan kalian bercerai setelah tiga tahun bersama. Mungkin jika kontrak itu dimulai karena kalian tidak nyaman menikah karena perjodohan, aku bisa mengerti. Tapi setelah menjalani hidup bersama apakah harus kalian mengikuti kontrak itu?"
Leon tidak menduga jika kakaknya akan bereaksi seperti ini. Sejujurnya dia tidak tahu harus mengucap apa lagi saat kakaknya bahkan tidak marah setelah tahu keadaan mereka.
"Tapi, aku tidak bisa diam saja melihat ini. Jadi aku akan panggil mbak Erna buat datang dan kita bicarakan lagi saat dia ke sini." Ucap Laila.
Leon langsung berlari ke arah Laila dan merangkul lengannya, ia menggeleng ketakutan dan memohon pada Laila. "Mbak pliss, jangan bilang mbak Erna tentang masalah ini. Aku bisa jadi pecel nih kalau mbak Erna tahu."
Laila menggelengkan kepala, "Tidak. Kamu diam. Kita harus membicarakan ini di antara kita saja. Atau kamu mau ayah dan ibu kita tahu semua ini?"
Sebelum sempat menjawab lagi, tiba-tiba ada suara baru yang menanggapi percakapan mereka. "Membicarakan apa?"
Mereka bertiga langsung menoleh ke arah pintu yang menampakkan Erna dengan koper kecil di sampingnya.
Laila terkejut. "Mbak Erna kok ke sini?"
Kakak perempuan Leon yang pertama itu terlihat tenang dan tidak begitu terkesan dengan pemandangan yang dia lihat saat ini. Ia mendekat ke arah Tara yang kini berdiri menyambutnya. Erna menarik Tara dalam pelukan sembari mengelus punggungnya. "Kamu sehat kan?" tanyanya pada Tara saat dia melepas pelukan. Adik iparnya menganggukkan kepala dengan cepat.
Erna menaruh tasnya di lantai lalu mengalihkan pandangan ke arah adiknya. "Jadi apa yang tadi ingin kalian bicarakan denganku?"
Laila dengan ragu mengambil kertas kontrak dari meja kemudian menyerahkan kertas itu pada Erna. Kakak beradik yang ada di sofa itu seakan menahan napas saat Erna fokus membaca isinya. Setelah selesai, ia mendongak pada adik-adiknya sendiri.
"Oh ini, kenapa emang?" Tanya Erna lebih tenang daripada dugaan. Laila yang terkejut mulai menjelaskan situasi pada kakaknya, dan setelah selesai Erna mengangguk paham. "Iya, terus kenapa?"
"Mbak ... adikmu mau cerai lo beberapa bulan lagi." Gerutu Laila tidak sabar.
Erna menghembuskan napas, "Mereka sudah dewasa, kita nggak perlu ikut campur urusan rumah tangga mereka. Mau cerai atau apapun itu. Kecuali mereka tanya pendapat kita. Lagipula aku sudah tahu kalau mereka berdua nikah kontrak. Setidaknya isi kontraknya adil dan tidak memberatkan satu pihak."
Kedua kakak perempuan Leon masih berdebat sengit. Kakak pertama berpendapat kontrak itu tidak jadi masalah karena mereka berdua sudah dewasa dan tahu harus mengambil keputusan apa. Sedangkan kakak kedua merasa, mereka perlu sedikit ikut campur untuk mencegah keduanya bercerai saat keadaan rumah tangga baik-baik saja. Saking intesnya perdebatan mereka, Laila sampai kelepasan bicara,
"Apa mbak gak mikir gimana ayah ibu menghadapi perceraian anaknya lagi?"
Erna terdiam mendengar itu. Laila yang tersadar ucapannya membuka luka lama menutup mulutnya.
"Mbak ... aku gak maksud...." Ucap Laila berusaha meminta maaf.
Leon menarik kakak perempuan pertama untuk mundur sembari mengelus pundaknya. Sedangkan Tara merangkul Laila.
Mereka berdua mendudukkan kedua kakak peremuan Leon ke sofa. Tara langsung ke dapur untuk mengambilkan minuman hangat sedangka Leon masih berdiri canggung di sana dengan sesekali curi pandang ke arah kedua kakaknya.
"Kamu benar. Aku lupa ayah ibu." gumam Erna pelan.
Tara kembali dari dapur lalu menyajikan jeruk hangat untuk keduanya. Ia masih merasakan ketegangan di antara dua kakak iparnya. Laila masih belum berani membuka mulut lagi sedangkan Erna hanya diam dengan pandangan kosong.
Erna akhirnya berdiri. Ia memandang Leon dan Tara. "Nasihatku untuk kalian adalah, coba pikirkan apakah perceraian yang akan kalian lakukan benar-benar worth it? Karena menurutku perceraian adalah jalan terakhir saat tidak ada jawaban dari konflik rumah tangga. Jadi, pikirkan, apakah selama dua tahun terakhir ini kalian puas dengan pernikahan ini sebelum mengambil keputusan apapun."
Erna beranjak berdiri. Ia mengambil segelas jeruk di meja lalu tanpa bicara berjalan menuju kamar tamu tempat Laila akan tidur bersama anak-anaknya.
Laila melakukan hal yang sama. "Kita bicarakan ini lagi besok." Lalu berjalan pergi mengikuti Erna ke kamar meninggalkan Leon dan Tara terdiam bingung di ruang tengah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
Habis Kontrak!
Chick-LitTara dan Leon menikah kontrak dengan durasi 3 tahun. Empat bulan sebelum perceraian, kontrak pernikahan mereka ketahuan oleh keluarga besar dan Tara ternyata hamil! Apakah Tara dan Leon akan melanjutkan pernikahan atau tetap bercerai? ------------- ...