Hari itu berlalu dengan cepat. Baik Laila, Erna ataupun Leon semuanya tidak membahas kejadian semalam. Ketika anak-anak Laila sudah tidur dan tinggal para orang dewasa yang belum istirahat. Akhirnya Erna memanggil mereka semua.
"Duduk santai aja, kita ngobrol bersama." Ucap Erna sambil duduk di sofa ruang tengah. Laila memilih duduk di lantai sambil bersila. Leon yang tadi sudah duduk di sofa menegakkan badannya. Tara datang sambil membawa semangkuk camilan dan minuman lalu menaruhnya di meja. Ia kemudian duduk di lantai bersama Laila.
"Pumpung kita semua di sini, mari kita bahas sekilas permasalahan kemarin. Aku dan Laila hanya mengkhawatirkan satu hal, perceraian yang tidak perlu. Kami sebagai orang luar yang melihat kalian, merasa sayang kalau pernikahan ini kandas. Tara menantu yang baik buat ibu. Keluarga besar juga senang Tara masuk ke keluarga ini. Kehidupan kalian selama ini teratur sesuai aturan kontrak, jadi kenapa harus bercerai?"
Jelas Erna sembari memperhatikan adik dan iparnya.
Laila kemudian angkat bicara, "Oke, aku tidak akan banyak bicara. Setelah kupikir lagi, isi kontrak pernikahan kalian ini lebih seperti perjanjian pra-nikah jika kita hilangkan durasi pernikahannya. Dan menurutku hal itu fair untuk dilakukan. Tapi, aku menyayangkan saja kalau memang kalian berniat untuk bercerai. Maksudku apakah ada kasus yang benar-benar membuat kalian tidak bisa melanjutkan pernikahan ini?"
Tara dan Leon saling bertatapan, mereka berdua diam tidak menjawab apapun. Laila yang menyadari itu akhirnya menghadap ke Tara, "Gini kamu jawab pertanyaanku dengan iya atau tidak dan kita bahas satu persatu."
Tara mengangguk, "Oke ...."
"Apa Leon melakukan kekerasan fisik?"
Tara menggeleng.
"Apa Leon punya wanita lain?"
"Tidak."
Erna menaikkan kedua alisnya mendengar jawaban itu.
"Apa Leon tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup kalian?"
Lagi-lagi Tara menggelengkan kepala. "Nggak sih, kalau kebutuhan hidup kami bagi dua mbak ..."
Kali ini Erna angkat bicara, "Apa Leon sering melakukan hal sepele yang membuat kamu kesal? mungkin merokok tidak pada tempatnya, jorok atau apapun yang bikin kamu kesel?"
Tara berpikir sejenak, sejauh ini, mereka berdua selalu membagi pekerjaan rumah untuk dikerjakan bersama. Baik Leon maupun Tara punya hobi dan keduanya bisa saling menghormati hal itu. Bahkan keduanya saling mendukung untuk melakukan hobi masing-masing. Leon mungkin sesekali jahil, tapi bukan di tahap yang membuat dia kesal atau marah.
"Nggak juga sih mbak."
"Kamu tidak suka karena Leon mandul?" Tanya Erna lugas sedikit membuat adik laki-lakinya menoleh ke arahnya.
Tara menggelengkan kepala. "Aku fine-fine aja dengan itu."
Erna dan Laila sama-sama menarik napas kesal. Lalu dengan nada bicara yang lebih tenang Erna menambahkan pertanyaan lagi, "Lalu kenapa kalian dulu menulis durasi pernikahan?"
"Karena kami ingin lepas dari status belum menikah saja." Jawab Leon polos. Tara langsung memukul dengkulnya sambil tertawa canggung.
"Kenapa kalian menetapkan ini tiga tahun? kenapa? kalau mau menghilangkan status belum menikah harusnya bisa dilakukan setelah setahun menikah dong?! Yang aku ingin tahu, alasan apa yang membuat kalian memutuskan durasi tiga tahun?"
Tara memandang ke arah Leon. Mereka berdua sedang memutuskan siapa yang harus menceritakan ini. Akhirnya Leon angkat bicara.
"Durasi tiga tahun ini menurut kami durasi yang pas. Setahun menikah langsung cerai, orangtua mungkin bisa curiga dan kasus itu bisa jadi bahan gosip orang sekitar. Lima tahun menurut kami terlalu lama, jadi kami ambil tengah yaitu dua setengah tahun. Tapi dengan pembicaraan kami waktu itu akhirnya kami membulatkannya ke tiga tahun. Karena banyak berita perceraian di usia pernikahan dua sampai tiga tahun. Kami ingin mencocokkan itu untuk membuat alasan yang masuk akal."
Laila dan Erna terdiam mendengar alasan itu.
"Ada alasan lainnya?" Tambah Laila.
Tara mengangkat tangannya, "Kami berniat menggunakan kemandulan Leon untuk dijadikan alasan perceraian."
Leon menganggukkan kepala tanda setuju.
Baik Erna maupun Laila terdiam dan hanya bisa menghelai napas berkali-kali. Keduanya sepertinya sedang tidak habis pikir melihat ide adik mereka ini.
Erna yang notabene seorang janda cerai, akhirnya angkat bicara. "Gini, sebelum kalian memutuskan untuk cerai, aku ingin memberi pandangan mengenai perceraian. Pertama, hal ini sangat merugikan bagi pihak perempuan. Pandangan orang terhadap janda cerai itu seringkali buruk, dan aku tahu Tara tidak akan peduli dengan itu. Tapi rasanya tetap tidak enak. Orang diam-diam membicarakan atau membuat asumsi mengenai siapa yang salah dalam hubungan kalian hingga mengakibatkankan keputusan untuk bercerai. Aku paham kalian sudah dewasa, tapi menurutku kalian terlalu mengentengkan perceraian dan mengkerdilkan kesakralan proses pernikahan."
Mata Erna mulai berair, tapi suaranya tetap tegas dan lugas. Ia berdiam sejenak untuk mengontrol emosinya sendiri agar tidak menangis saat berbicara.
"Aku juga ingin pernikahanku langgeng, aku mengira aku sudah bertemu orang yang tepat. Tapi, ada hal yang aku tidak bisa maafkan dalam kesakralan pernikahan, itulah alasanku bercerai. Dan alasanku bisa diterima banyak orang. Oleh karena itu pandangan orang-orang tidak terlalu buruk padaku. Hal yang paling melegakan adalah kami belum punya anak. Jadi keputusan untuk bercerai bagiku lebih mudah dilakukan."
Air mata Erna jatuh dari pelupuk matanya. Ketika Tara masuk ke keluarga ini, dia hanya tahu kalau Kakak perempuan tertua Leon sudah bercerai karena mantan suami Erna yang melakukan perselingkuhan. Meski begitu Tara tidak berani membahas itu secara gamblang di depan kakak iparnya. Ini adalah kali pertama dia benar-benar mendengarkan cerita perceraian Erna.
Ketika kakaknya sedang menangis, Laila akhirnya menggantikan Erna untuk bicara.
"Tara, mbak gak tahu dulu kalian mikir apa pas bikin kontrak ini, tapi satu hal yang mbak ingin tekankan, kalau pernikahan kalian memang tanpa cinta sebelumnya, dan kalian menerapkan aturan-aturan tertentu dalam pernikahan kalian, mbak hargai itu. Tapi jika tidak ada masalah besar seperti yang kami tanyakan pada kamu, sejujurnya aku gak mendukung kalian untuk bercerai. Apa kalian gak bisa tetap hidup bersama saja? toh kalian juga gak mengharap apapun dalam pernikahan kalian kan? Dari sudut pandang keluarga besar kami, kamu mau terima Leon yang mandul saja kami sudah senang sekali. Apalagi kamu juga baik, gak neko-neko, baik ke keluarga besar dan secara umum menantu idaman ibu kami. Jadi perceraian ini, kami nggak setuju kalau tanpa alasan yang valid."
Laila kemudian memandang ke arah Erna yang kini sudah menenangkan diri. Kakak pertama mereka akhirnya buka bicara lagi, "Apa kalian gak bisa kalau nggak usah cerai? Ubah aja isi perjanjiannya dengan menghapus poin perceraian. Aku malah setuju dengan isi yang lain kok dan penerapannya sejauh ini menurutku bagus kalau dilihar dari hubungan kalian."
Baik Tara maupul Leon tidak ada jawaban. Akhirnya dengan putus asa Erna berceletuk, "Aku sayang banget sama Tara, jadi kalian gak usah cerai aja apa nggak bisa?"
---------------------------------------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Habis Kontrak!
ChickLitTara dan Leon menikah kontrak dengan durasi 3 tahun. Empat bulan sebelum perceraian, kontrak pernikahan mereka ketahuan oleh keluarga besar dan Tara ternyata hamil! Apakah Tara dan Leon akan melanjutkan pernikahan atau tetap bercerai? ------------- ...