Pilot | 02

1.8K 238 18
                                    

VOTE AND COMMENT JUSEYO!











Ana baru absen abis landing pukul 4 dini hari, sekitar 15 menit yang lalu. Sekarang duduk di kursi depan kantor menunggu jemputan siapapun orang rumah yang ia telpon tadi. Meraih snack sehat dikantong tasnya lalu ia makan santai sembari menatap ponsel ditangannya.

"Kamu subuhan belum pulang juga?"

Males banget, muka Ana kayak gada suka-sukanya sama pria didepannya ini. Yang sejak di pesawat tadi terlalu jelas menggodanya. Cowok stress, batin Ana gemes. "Ah iya Pak, saya lagi nunggu pacar saya jemput."kata Ana mencoba ramah tapi rasanya terlalu ketus.

Jeriko tersenyum tipis menoleh kesamping sembari mengusap ujung hidungnya agak kaget sama perubahan Ana yang tadinya awal-awal manggil dia 'Mas' sekarang pake 'Pak'. Ana tidak fokus kembali fokus pada ponselnya dan lanjut mengunyah lagi. "Jehan take-off dua jam lalu sama Pak Surya, kamu punya pacar lain selain dia?"

Sial. Ana menghela nafas sembari melipat bungkusan cemilan yang ia bawa lalu disimpan lagi ke tas. "Oh iya Pak, saya lupa. Tapi tenang aja, keluarga saya tetep bakalan jemput kok."

Jeriko lagi-lagi tersenyum tipis kali ini dengan decihan tipis sembari jalan untuk duduk di samping Ana. "Punya pacar lain juga gapapa kok, namanya juga hidup kadang serba kekurangan."

Ana tak habis fikir menoleh tidak suka pada Jeriko. "Buat saya Mas Jehan gada kurangnya, Pak. Bapak jangan sembarangan ngomong ya, mentang-mentang atasan mulutnya celamitan."

Jeriko mengendikan bahu. "Saya cuma ngomong fakta kok, kamu gatau dunia Pilot dan pramugari itu kayak apa. Havingsex pas lagi satu jadwal sama Pramugari lain udah hal biasa."

Ana berdiri dari duduknya menatap tajam Jeriko yang tampak santai bersandar di kursi. "Bapak kira pacar saya itu cowok sejenis Bapak. Gajelas!"ketus Ana jalan cepet ninggalin pria itu yang sekarang tergelak.

"Alana?"kaget Harry keluar dari ruangannya malah disuguhi Ana yang ngamuk-ngamuk ditambah lagi gadis itu nyelonong pergi aja gak pamit sama atasan, kan Harry jadi bingung apalagi ponakannya sekarang malah sibuk ketawa. "Kamu apain anak orang Jer?"

Jeriko berdehem lantas menggeleng santai. "Cuma iseng dikit."

Harry menatap curiga ponakannya itu. "Awas ada usut punya usut ya, Om gak mau kehilangan Staff seperfect Ana. Inget, dia punya tunangan loh."

Jeriko mengendikan bahu acuh. "Terabas aja gak sih Om, masih jadi tunangan kok belum jadi istri."

Harry ngehela nafas, udah paling bener feeling seorang paman itu gajauh-jauh. "Wes sak karepmu Jer, yang penting bersaing secara sehat. Tapi yo muka-muka kamu ini muka-muka kriminal, agak susah dipercaya."

Jeriko berdiri lantas merangkul pamannya itu. "Gausah dipikirin lah Om, biar Jeriko yang mikir. Yok pulang, kangen masakan tante ini."






°°°







"Kamu kenapa toh mba, dari tadi misuh-misuh ra jelas. Makan yang bener ituloh."

Ana mendengus mengangkat satu kakinya diatas kursi. "Kakinya mba!"

Ana lagi-lagi mendengus menurunkan kakinya malas. "Heran deh Mas Jehan liat apa dari mba Al? tingkahnya kek monyet gitu padahal."

"Kamu itu kayak beruk! Ngatain mba kayak monyet, gasopan kamu!"

"Apa? Orang bener mba kayak monyet kok."

Gisel meledek menjulurkan lidahnya bikin Ana makin kesel. "Duh gusti, punya dua anak gadis kok bentukannya begini. Udah-udah cepet makannya abis itu istirahat. Gisel cepet, kamu juga sama aja dari tadi makan gasiap-siap."

[ADULT]PILOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang