Pilot | 05

1.9K 227 20
                                    







Jeriko meringis menerima tekanan dikepalanya. Pria itu menoleh dengan wajah heran, heran kenapa wanita di hadapannya ini seperti harimau betina yang galaknya gak ketulungan. "Karena harimau musuhan sama uler."

Jeriko melotot, bagaimana mungkin gadis itu bisa membaca pikirannya. Tak lama setelahnya pria itu menyeringai. "Uler gini masuk ke lubang kamu enak tau."

Alana bergerak mengangkat kedua tangannya dengan kepalan dan wajahya tampak santai."Bapak mau saya tonjok di bagian mana lagi?masih banyak tenaga saya kalo cuma mukul bapak."

Jeriko meringis menatap Alana heran. "Kamu galak gini nurun siapa hm? Perasaan orang rumah kamu gak bar-bar semua."

Alana membuka mulutnya tak percaya sembari reflek menurunkan tangannya yang tadi siap mukul. "Jaga image depan bank abadi."

"Hah?"

"Ck ga usah bahas. Ini tuh udah kelamaan ngompres kepala bapak udah mendingan dari sebelumnya sekarang pulang sana!"

Jeriko enggan berdiri saat Alana menariknya untuk pergi. "Heh! Pulang gak?!"

Jeriko diam saja menatap lurus pada Alana yang sekarang tampak menggebu-gebu. Jeriko tersenyum lembut menatap itu, Alana nya yang mudah terpancing emosi. Jeriko pura-pura menulikan pendengaran sampai matanya melihat Ibu Alana di lorong spontan Jeriko meringis kuat. "Aw kepala saya!"

"Nak Jeriko ya ampun!"

"Alana? Kamu gak kapok-kapok ibu jewer ya, kamu apain lagi anak orang?"amuk Ibu mengelus kepala Jeriko.

Alana membuka mulutnya tak percaya melirik Jeriko yang kini tersenyum licik lalu pura-pura meringis saat Ibu melihatnya. "Buk, Pak Jeriko ini pura-pura doang. Alana gada ngapa-ngapain."

Lirikan sinis Alana terima. Ibu malah sibuk mengelus kepala Jeriko, pria yang baru ditemuinya tadi sore. "Masih sakit Nak Jeriko?"

Jeriko pura-pura meringis. "Lumayan, tante."akting Jeriko sembari menatap Alana yang kini mendelik padanya, Jeriko laku berdehem. "Kayaknya Jeriko gabisa pulang, muter-muter aja rasanya."

Ibu menatap itu khawatir. "Nginep aja kalo gitu."

"Apa? Enggak! Alana gak setuju! Ibuk apaan sih?"tolak Alana mentah-mentah. "Ibu ga biasanya kayak gini bolehin cowok bukan muhrim kerumah! Ini malah disuruh nginep?"

Tuk. Keplakan spontan didahi Alana Terima. "Al kamu lupa yang kamu ketok kepalanya itu anak yang punya indimy
Kalo terjadi apa-apa sama Nak Jeriko gimana? kita bisa dituntut."

"Tapi buk, ck. Lagian dia mau tidur dimana coba? Gada kamar tamu."

"Ada kamar Mas mu, gausah ngeribetin."

Alana terdiam ditempat sesekali berdecih menatap Ibu kini membawa Senior dajjal nya itu pergi ke kamar Cahyo. Pria itu masih setia dengan akting kesakitannya lalu menoleh kebelakang dimana Alana membeku menerima seringaiannya itu. Yang Alana tau, malam sialnya tidak akan berjalan damai hari ini.










°°°

Jeriko terdiam menatap langit-langit kamar Cahyo sesekali menelisik tiap sudut ruang kamar sederhana itu. Jauh dari kata mewah jika dibandingkan dengan kamar pribadinya di Mansion juga Penthousenya. Namun entah kenapa suasana dirumah ini disudut manapun terasa nyaman dan tenang. Padahal bukan rumah yang besar tapi kenyamanannya bisa jauh dibandingkan rumah yang besar namun isinya terasa kosong.

Jeriko kaget saat sebuah kaki menimpa pahanya. Sialan, Cahyo abang dari wanita masa depannya itu tidur dengan lasak membuat Jeriko terjepit. Pria itu bergerak mengangkat kaki Cahyo lalu sedikit mendorong pria itu kesamping alhasil pria itu bergerak seusai maunya, Jeriko lantas menghela nafas.

[ADULT]PILOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang