Pilot | 03

1.8K 254 39
                                    




Hari ini agak siangan tiba-tiba aja Jehan ngajakin Ana keluar. Ana langsung cepet-cepet siap-siap dong. Udah lama sebulanan deh mereka ga pernah ngedate lagi karena sama-sama sibuk. Sekarang juga sibuk sih cuma waktu senggangnya lebih banyak ketimbang waktu kerjanya jadi Jehan manfaatin itu.

"Mas mau ngajakin aku kemana hari ini? Tumbenan banget."

Jehan tersenyum mengusap rambut Alana lembut. "Mas mau manjain kamu, baru dapet bonus dari atasan. Hari ini kamu boleh beli apa aja yang kamu mau."

"Ya ampun gausah ih, mending ditabung aja untuk kita nikah."

Jehan menggeleng. "Udah kewajiban aku nikahin kamu An, jadi gada hubungannya sama uang bonus. Uang aku, uang kamu juga. Gausah dipikirin, kita havefun aja."

Tanpa banyak komentar Ana mengangguk saja. Nanti kalau ia banyak bicara malah panjang urusannya. Dengerin kata Jehan aja dah, nikmati aja toh yang habis duit Jehan bukan duit Ana.

Ke butik mau liat hasil gaun pernikahan mereka yang baru di buat atas request Ana. Gadis itu punya wedding dream sendiri dimana saat pernikahan gadis itu ingin mengenakan gaunnya sendiri bukan sewaan. Habis dari butik mereka lanjut ngemall, sesuai janji Jehan. Pria itu memanjakan Ana hari ini, ia dibelikan tas dan apapun yang gadis itu mau. Ana gak matre ya, cuma kata ibuk rezeki dateng itu jangan ditolak. Ya mana mungkin Ana tolak, yang tadi itu tabiat biar jadi pasangan idaman aja aslinya pengen banget di belanjain.

Ana dilayani karyawan toko sementara Jehan menunggunya. "Mas izin angkat telpon dulu."kata Jehan sembari jalan keluar toko. Ana melihatnya saja lalu tak ambil pusing.

"Mba ini gada size yang lebih kecil, lengannya agak kebesaran sama saya."

"Kayaknya ada mba, bentar saya cek dulu ya."

Ana mengangguk ditinggal karyawan toko ia memilah pakaian di gantungan toko baju sembari bersenandung. Ting, notif dari hpnya muncul. Ana santai meraih ponselnya keryitan di dahinya muncul, nomor tidak dikenal mengirimkannya foto tidak jelas tapi siluet itu samar-samar Ana kenal.

"Ini kan.."

"Kamu udah selesai, yang?"

Ana sedikit tersentak spontan meletakkan ponselnya ditas. "Kamu gapapa?"tanya Jehan menyadari kegugupan Ana setelah pria itu datang.

Ana menggeleng cepat. "Aku gapapa Mas, cuma kaget aja Mas tiba-tiba dateng."

Jehan terdiam sejenak lantas tersenyum. "Yaudah kalo emang gapapa, kamu mau kemana abis ini?"

Ana tersenyum. "Kita makan aja Mas, Ana laper."kata Ana diangguki Jehan.

Waktu yang mereka habiskan berjalan mulus begitu saja, seperti janji Jehan untuk memanjakan Ana benar-benar dilakukan pria itu. Bahkan menemani Ana ke salon kecantikan juga, Ana bersyukur punya Jehan yang mengerti kebutuhannya tanpa banyak keluhan.

"Mas, makasih waktunya hari ini."cicit Ana gadis itu tersipu. "Ana seneng banget."

Jehan terkekeh menyamping menyentuh pipi tembam Ana lantas ia kecup pipinya. Kedua netra itu bertatapan saling menebarkan senyuman lalu mata tajam itu turun ke bibir Ana. Entah siapa yang mulai keduanya berciuman. Jehan menekan tengkuk Ana mencium lebih dalam membuat gadis itu memekik ditambah lagi tangannya merembet ke dada Ana diremas nya kuat. "M-mas?"

Jehan melepaskan ciuman dengan mata sendu. "Boleh ya?"

Ana menggeleng cepat. "Astagfirullah Mas, berdosa."

Jehan sontak melepaskan pelukan dan berdehem. "Kita kan mau nikah, An. Dosanya luntur pas akad, jadi apa yang kamu takutin?"

"Enggak-enggak Mas, Ana gamau. Ana gamau nurutin hawa nafsu, biar nanti surprise dimalam pertama aja."

[ADULT]PILOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang