Gak suka? Silahkan skip!
###
Sore ini adalah waktu yang paling dinanti oleh keluarga besar Aldebaran juga Ganendra. Kenapa? Karena hari ini adalah kepulangan cucu kedua dari dua keluarga tersebut.
"Selamat datang di rumah sayang sayangnya mama!!!" Sambut Bian kepada anak dan cucunya yang baru pulang dari rumah sakit dan dibalas senyuman oleh pasusu yang diantaranya tengah menggendong bayi mungil.
"Gimana? Semua lancarkan? Babynya sehatkan?" Tanya Bian excited. Suami Bianca, 'Cakra' yang memperhatikan dari belakang sembari memangku cucu pertamanya hanya bisa menggeleng melihat kelakuan sang istri.
"Kami baik ma, baby juga sangat sehat" balas Theo dengan senyuman kecil.
Sementara Jay yang melihat tingkah sang mama mertua terkekeh kecil.
"BUBU!! YAYAH" kini giliran teriakan girang si sulung yang terdengar setelah melihat siapa yang datang.
Dengan cepat Jay mengambil alih pangkuan sang anak dari ayah mertuanya yang terlihat kesusahan karena Mahen yang sedikit berontak.
"Bagaimana kabar jagoan ayah ini hm?" tanya Jay sembari mengecupi seluruh permukaan wajah sang putra.
"Hihi! Mahen lindu yayah dan bubu!!" balas si sulung sembari berusaha menahan wajah sang ayah yang terus menciumnya.
"Yayah!! Gelii~" rengek bocah 3 tahun tersebut yang berhasil membuat Jay ditegur sang istri.
"Ayah kebiasaan!" Jay yang mendengar teguran Theo hanya bisa tersenyum lebar
"Kita masuk dulu yuk? Kasian Theo sama baby juga pasti cape." Cakra sang papa mengingatkan. Karena ia tahu, jika dibiarkan maka mereka terus mengobrol tanpa mengingat tempat.
"Ah iya! Ayo masuk, Theo tidak boleh terlalu lama berdiri dulu." ujar Bian. Mereka pun akhirnya masuk dan duduk di sofa.
Theo sebenernya sedikit kesulitan untuk duduk karena jahitannya yang masih terasa perih jika terlalu banyak bergerak ditambah ia masih memangku si bungsu. Untung saja sang suami peka dan sigap membantu sang istri duduk secara perlahan.
"Pelan pelan bu,"
Bian yang melihat itu tersenyum lalu dengan perlahan mengelus perut sang putra yang masih terbalut perban dibalik pakaiannya itu.
"Jangan dulu banyak bergerak ya sayang? Harus banyak istirahat biar lukanya cepat kering" pesan Bian sembari terus mengelus perut Theo dengan lembut.
Theo hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan.
"Ah hampir lupa! Nama cucu kita ini siapa?" tanya Cakra. Memang saat dirumah sakit Jay maupun Theo belum memutuskan nama untuk bayi mereka.
Jay dan Theo sempat bersitatap sejenak, tak lama Theo mengangguk pertanda mempersilahkan sang suami untuk memperkenalkan nama putra kedua mereka. Jay kemudian mengalihkan pandangannya kepada sang mertua.
"Nama putra kedua kami adalah 'Jenora Alvano Aldebaran' kami berharap dengan nama itu ia bisa terus menjalani kehidupan dengan penuh sinar." jelas pria yang telah resmi menjadi kepala keluarga Aldebaran itu dengan senyuman hingga memperlihatkan titik cacat dikedua pipinya.
Mahendra yang belum mengerti percakapan antara orang dewasa itu hanya mampu diam. Tidak lama atensinya teralihkan kepada sesuatu yang sedikit menggeliat dipelukan sang Bubu. Dengan rasa penasaran yang tinggi ia beringsut mendekati sesuatu tersebut.
Mata bulat turunan dari sang ibu pun kini memancarkan binar kagum saat melihat makhluk kecil menggemaskan tengah memejamkan mata dipelukan sang Bubu.
Tidak lama ia mengingat percakapan antara dirinya dengan sang ayah tempo lalu saat mereka tidur bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
6th Sense
Horror⚠️warning BXB⚠️ ❌ jangan salah lapak❌ Gak suka skip oke? Hanya kisah tentang anak bungsu Aldebaran yang memiliki kemampuan yang semua orang belum tentu memilikinya. "Pokoknya adek jangan peduliin mereka oke?" "tapi bu mereka minta tolong..." "Adek...