05

308 26 3
                                    

Warning typo bertebaran!

Jangan lupa vote dan coment biar rajin update! Oke selamat membaca!!

*:..。o○ ○o。..:*

"Abang beneran belum pernah liat Becca?" tanya Theora memastikan.

*:..。o○ ○o。..:*

"Ah iya!! Abang pernah liat!! Tapi sebentar, waktu itu abang ketemu adek dilorong sekolah terus adek ngenalin temennya, tapi bu... yang abang lihat itu temen adek mukanya pucat, badannya juga ada lebam lebam, seragamnya juga kotor dan lusuh, abang juga gak terlalu liat gimana wajahnya karena kehalang rambut" jelas Mahen sesuai yang ia ingat. Theora mencerna dengan baik setiap kata yang keluar dari mulut sang putra.

"Jadi setelah itu abang gak pernah liat lagi?" tanya Theo serius. Mahen mengangguk mantap ia memang benar benar tidak pernah melihat lagi teman yang katanya selalu bersama adiknya itu.

Theo tersenyum lalu mengusap kepala si sulung lalu mengecup keningnya dengan sayang.

"Terimakasih abang udah bercerita, sekarang abang bobo ya?" Theo pun mengajak Mahen untuk kembali ke kamar. Sesampainya dikamar Mahen tidak langsung tidur, si sulung itu malah menatap wajah sembab adiknya yang sudah terlelap mengarungi mimpi.

"Bubu... Adek marah ya sama abang?" tanya Mahen sendu. Theo yang melihat itu segera memeluk si sulung.

"Adek tadi sedikit emosi, besok pasti mau bermain sama abang lagi" Theo mencoba menenangkan. Ia tahu putra yang berada di dekapannya ini sedang gelisah.

*:..。o○ ○o。..:*

Keesokan harinya diluar dugaan, rupanya Jenora enggan berbicara kepada sang Kakak. Tentu Theora yang melihat kecanggungan antara kedua putranya tersebut merasa khawatir. Jay yang sudah mendengar masalahnya semalam pun mencoba memberi ketenangan kepada sang pujaan hati.

"Udah gapapa bu, nanti kita kasih tau adek pelan pelan. Adek juga udah waktunya buat tau," ujar Jay sembari mengusap punggung istrinya.

"Aku takut mas, gimana kalo nanti kayak kejadian dulu?" cemas Theora. Kini ia menatap manik tajam sang dominan.

"Ssstt... gak boleh mikir macem macem oke? Pulang sekolah mereka kita kasih tau" putus Jay.

Setelah sesi sarapan berakhir Jay akan mengantarkan kedua putranya dahulu kesekolah sebelum dirinya sendiri pergi ke kantor.

"Abang berangkat bu" pamit Mahendra yang kemudian mencium pipi sang ibu.

"Adek juga" si bungsu ikut mencium pipi Theo tak mau kalah.

"Hati hati dijalan ya sayang sayangnya bubu? Adek juga jangan terlalu lama marah sama abangnya nak" nasihat Theo lembut sembari mengusap surai kedua putranya.

Jenora yang mendengar nasihat sang ibu terdiam sejenak. Ia sebenarnya sudah tidak marah, hanya saja masih sedikit ada yang mengganjal dihatinya.

"Iya bu," mendengar jawaban bungsunya tentu Theo merasa senang.

"Aku berangkat sayang" terakhir Jay yang berpamitan tak lupa mengecup kening pujaan hati.

"Hati hati..."

*:..。o○ ○o。..:*

Didalam mobil keadaan sunyi, tidak ada celotehan ataupun perdebatan kecil yang biasanya terjadi antara Mahendra dan Jenora.

Jay yang tak suka melihat keterdiaman kedua putranya pun berinisiatif mencari topik.

"Nanti pulangnya ayah jemput okey?"

6th SenseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang