1. Nadja Hanindhya

27 3 0
                                    

Mobil hitam masuk melewati gerbang SMA GARUDA. Seorang siswa keluar dari mobil setelah terparkir. Dia mengibaskan rambut panjangnya membuat beberapa siswa yang melihat terpesona.

Dengan ekspresi menantang Nadja berjalan menuju kelas. Sesekali dia melirik tajam kepada siswa yang membicarakannya. Oh ayolah masih pagi jangan membuat Nadja emosi.

"OH MY GOD, DARLING!"

"SERIOUSLY?"

Gemma heboh melihat Nadja yang baru memasuki kelas. Dia menatap takjub dan mengacungi jempol karena keberanian Nadja ke sekolah dengan rambut pirang.

"Gimana rambut gue? cakep kan?" sombong Nadja sambil bergaya ala model.

"Wah lo gila sih, Nad!" Maudy menggeleng tidak habis pikir. Teman sekelas juga sama seperti Maudy.

Prok prok prok

Masih dengan kekaguman Gemma bertepuk tangan. "Gue suka gaya, lo!"

"I like it!" Gemma mengedipkan sebelah mata. Lalu dia mendekati Nadja.

"Cakep banget. Lo salon dimana? kok nggak ngajak gue? gue kan juga mau." Gemma merengek seperti balita.

"Gemma nggak usah ikut-ikutan! Lo tuh cowok nggak usah menye-menye!" semprot Maudy.

Gemma menunduk lesu. "Tapi kan gue juga pingin keren kayak Nadja."

"Lo bisa keren tanpa harus ngikutin Nadja. Lo bisa ngikutin cowok yang keren. Kayak Dollar misalnya."

"Nggak! gue nggak setuju. Gem, jangan pernah ngikutin gaya Dollar. Cowok urakan kayak gitu nggak ada keren-kerennya!" Nadja membantah ucapan Maudy.

Di pintu kelas Nadine berdiri bersama sang pacar. Namanya Melvino Anggara. Mereka sudah menjalin hubungan selama 7 bulan. Banyak yang menaiki kapal mereka. Couple goals SMA GARUDA katanya.

"Itu yang rambut pirang Nadja?" tunjuk Melvin melihat Nadja sedang berdebat dengan teman-temannya.

"Iya. Maaf ya, Nadja selalu buat masalah. Dia ngrepotin kamu terus."

"Kenapa minta maaf? kamu nggak salah, sayang. Lagian juga udah tugas aku sebagai ketua osis untuk membantu mendisiplinkan siswa."

Nadine tersenyum. "Iya aku tau. Ya udah aku masuk dulu."

"Iya. Aku juga mau ke kelas. Semangat belajar cantikku."

Nadine mengangguk senang. Dia merasa beruntung mempunyai pacar seperti Melvin.

***

NADJA HANINDHYA. Nama itu menggema di seluruh penjuru sekolah.

"DIHARAP KE RUANG BK SEKARANG!"

Sudah tidak heran bagi para siswa dan guru. Disaat siswa menghindari masalah, Nadja justru mencari masalah. Entah apa motivasi Nadja.

"See? Lo kena," ujar Maudy.

"Gue harap nggak sampai undang papa," ucap Nadine.

"Nadja, silahkan ke ruang bk!" perintah guru yang sedang mengajar.

Nadja menghembuskan nafas. Lalu dia berdiri dan pamit keluar kelas.

***

Ruang BK

Nadja masuk tanpa permisi. Dia melihat Pak Budiman yang menatapnya bengis dan di sampingnya ada Melvin si ketua osis. Sudah Nadja duga siapa yang melapor.

"Dasar kamu tidak sopan, Nadja. Kalau masuk ruangan biasakan salam!"

"Iya. Assalamualaikum Pak Bot- eh Pak Budiman." Nadja menampilkan cengiran kuda. Hampir saja dia nyebut pak botak. Nggak salah juga sih karena memang Pak Budiman kepalanya botak. Tapi ya salah.

"Waalaikumsalam. Duduk!"

Nadja duduk di hadapan Pak Budiman. Dia melirik Melvin yang juga sedang menatapnya dengan wajah angkuh.

"Sudah berapa kali kamu masuk bk? banyak kan? saya juga sudah bosan menghukum kamu."

"Ya udah nggak usah dihukum. Gampang kan?"

"Ngejawab kamu?! kamu bukan anak TK lagi, Nadja. Harusnya kamu paham tentang peraturan yang ada di SMA GARUDA. Salah satunya dilarang mewarnai rambut. Dan kamu? dengan pede-nya masuk sekolah berambut pirang."

"Kamu saya hukum bersihkan toilet gedung D! Melvin yang akan mengawasi kamu."

Nadja melotot mendengar itu. Membersihkan toilet gedung D katanya? sialan. Disana tempat para berandal berkumpul.

"Melvin kamu awasin Nadja jangan sampai dia kabur!" perintah Pak Budiman.

Melvin mengangguk patuh. "Baik, pak."

"Satu lagi, Nadja. Saya tidak mau tau, dalam dua hari rambut kamu harus sudah berwarna hitam."

***

Nadja berjalan mengikuti langkah Melvin. Tangannya menenteng alat pel dan ember. Sumpah serapah Nadja lontarkan dalam hati. Rasanya ingin sekali memukul Melvin sang ketua osis. Ah ralat. Melvin sang cepu.

Di koridor gedung D tak sedikit mata yang menatap ke arahnya. Nadja yakin setelah ini dia akan menjadi trending topik lambe SMA GARUDA.

"Silahkan laksanakan hukuman. Lebih cepat lebih baik bukan?" Melvin tersenyum manis.

"Bangke, lo!"

"Gue juga bosen kali ngelihat lo langgar aturan terus. Contoh tuh Nadine. Nggak banyak tingkah kayak lo."

Nadja menatap sinis. "Nggak usah bandingin gue sama Nadine!"

"Seenggaknya gue nggak bego soal milih cowok," lanjut Nadja.

"Maksud lo apa?!" Melvin tersulut emosi.

"Ck! gue peringatin jangan sakitin Nadine apalagi lo mainin dia. Lo tau akan berurusan dengan siapa?!"

Belum sempat menjawab Melvin dipanggil seseorang.

"Vin, lo dipanggil Pak Budiman."

Nadja tersenyum sinis. Dia melambaikan tangan menatap kepergian Melvin.

Nadja bersandar di tembok. Kepalanya mengadah menatap langit-langit toilet. Haruskah kejadian kemarin dia ceritakan kepada Nadine? tentang Melvin yang berduaan bersama wanita lain di Caffe Magenta.

Nadja tidak mau Nadine sakit hati. Tapi kalau tidak segera diberitahu, Nadja takut Nadine semakin terjebak dengan perlakuan manis Melvin.

Nadja dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba masuk ke toilet.

"Ngapain lo disini?" tanya Nadja.

"Kencing lah. Kenapa mau lihat?"

"Ngaco!"

"Ya udah keluar!"

"Lo nggak lihat gue lagi bersih-bersih?" Nadja mulai mengepel lantai.

"Terus?"

"Ya lo cari toilet lain lah!"

"Gue biasa disini. Keluar bentar apa susahnya sih? oh atau lo emang sengaja pingin lihat punya gue?"

Nadja melotot tajam. Apa-apaan ini?

"Dasar sinting! punya lo nggak menarik!"

Nadja keluar toilet meninggalkan Dollar yang sedikit shock mendengar jawaban itu.

"Nantangin tuh cewek."

***

Yuhuuu...

Mau ngingetin jangan lupa vote dan komennya teman-teman❤️

Nadine & NadjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang