Cangkir 5

136 26 11
                                    

Hari ini adalah jadwal kedatangan pesanan biji kopi, membuat semua pegawai termasuk Sasuke, menunggunya di cafe. Namun sepertinya pengiriman akan datang terlambat, karena setelah pukul 12 siang pun, masih belum sampai.

Rasanya mereka mulai merasa bosan karena ditelan keheningan. Setelah kemarin selesai membersihkan sekaligus menata ulang formasi kursi yang ada, hari ini mereka tak punya pekerjaan lain selain menunggu pengiriman biji kopi tersebut.

Rencananya, minggu depan akan mulai diadakan opening untuk cafe, jadi jadwal minggu ini untuk mempersiapkan segalanya harus selesai sebelum hari Senin mendatang.

Tampak Sakura yang sesekali melirik ke arah Sasuke yang terlihat sedang termenung sendirian. Rasanya ia ingin bertanya sedang terjadi apa pada bos nya itu? Bagaimana keadaannya? Mengapa terlihat murung sejak kemarin?

Apakah dia masih merasa berat untuk mengembangkan cafe ini? Apakah dia masih terus memikirkan tentang rules itu? Bukankah kemarin ia sudah memberikannya semangat? Lantas bagian mana yang salah hingga pria itu tak merasa terdorong olehnya?

"Paman!"

"Sasuke-kun!"

Baru saja memanggilnya, datang seorang wanita cantik dengan membawa kotak yang cukup besar di tangannya.

Pria yang dipanggil itu sontak mengabaikan panggilan Sakura, dan segera berlari kecil untuk menyambut wanita yang tengah berdiri di pintu masuk itu.

"Hinata? Kenapa mendadak datang ke sini?"

Wanita yang dipanggil Hinata itu tersenyum tipis sembari memberikan kotak tersebut. "Sebagai permintaan maafku."

Sasuke sempat bingung, kemudian meringis kecil. "Ah, kenapa kau merepotkan dirimu sendiri dengan membawa ini?" Tanyanya. "Lagipula aku sudah memaafkanmu."

"Kau berbohong." Sanggah Hinata sembari menyipitkan matanya. "Kau tidak tulus memaafkanku kemarin ketika ku telepon. Kau hanya banyak menggumam menyahutiku ketika aku mengucapkan permohonan maaf."

Pria itu tersenyum simpul. "Maaf, aku memang terlalu kekanakan sekali." Ucapan tulusnya. "Aku bahkan sampai kepikiran setelahnya. Ku pikir, aku telah jahat sekali padamu."

"Memang!" Gurau Hinata. "Kau ini tidak pernah berubah sejak dulu! Selalu saja merasa gengsi!" Dan setelahnya mereka tertawa bersama.

Semua orang yang ada di sana terdiam menyaksikan betapa indahnya kisah Sasuke dan Hinata yang terlihat kembali membaik. Tak terkecuali Sakura, yang mulai memahami keadaan bahwa pria yang sejak kemarin terlihat murung dan tidak bersemangat itu bukan karena ia memikirkan dan mengkhawatirkan cafe, namun karena memikirkan wanita cantik itu.

"My Uno!" Panggilan baru dari Naruto untuk Sakura. Uno adalah penggalan dari nama Haruno. "Kau tidak punya pacar?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Pertanyaanmu aneh, bodoh!"

Kemudian seringai licik muncul di bibir Naruto. "Apakah kau sedang menunggu Sasuke?"

"Apa maksudmu?" Tanya Sakura bingung. Tetapi entah kenapa jantungnya mendadak terasa berdetak lebih cepat. "Ke-kenapa tiba-tiba dia?"

Naruto terkekeh menanggapinya. "Mungkin saja kau sedang menunggu dia jadi gay sungguhan? Secara kan, kalian mantan kekasih bohongan kemarin."

"Kau akan ku hanyutkan di Sungai Konoha jika kau mengatakan hal itu lagi!"

"Canda elah!" Guraunya sembari terkikik gemas. "Bukankah akan jauh lebih baik jika kita mempunyai pasangan seperti Sasuke?" Gumamnya sembari mengajak Sakura untuk kembali menyaksikan keromantisan Sasuke bersama Hinata yang sedang makan bersama di kursi ujung.

Ucoffe Stop No.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang