Cangkir 8

101 24 5
                                    

Dengar larakuuu~
Suara hati ini memanggil namamuuu~
Karena separuh akuuu~

"Hallo?"

"Hei, Haruno. Apakah aku mengganggumu?"

"A-ah tidak, Paman. Aku baru saja sampai di rumah tadi."

"Selarut malam ini?"

"Yah, karena cafe cukup ramai tadi. Jadi aku pulang agak lama karena perlu membereskan dapur. Biasalah, bos ku itu tukang nyuruh-nyuruh tanpa kenal waktu." Sahut Sakura sembari kembali mencolokkan garpunya pada semangka yang baru saja disajikan oleh Mebuki. Dengan pandangan yang sesekali mengarah ke televisi, ia kembali bersuara di dalam telponnya. "Ada apa Paman menelponku?"

"Kau tidak lupa dengan agenda kita besok, kan?"

"Astaga!" Pekik gadis merah muda itu. "Aku hampir saja lupa! Untung saja kau mengingatkanku kembali, Paman."

Terdengar suara tawa renyah Itachi dari balik telpon tersebut. "Baiklah, besok ku jemput pukul 4 sore ya?"

Setelah panggilan terputus, Sakura kembali bangkit. Kemudian ia menatap horror Ino dan Mebuki secara bergantian.

"Kau kenapa, Kak? Kesambet apa?" Tanya Ino yang merasa aneh dengan perubahan ekspresi wajah kakaknya tersebut.

"Bagaimana caranya dandan?!"

☕️☕️☕️☕️☕️

"Ma, ini tidak akan mudah..."

Mebuki melirik kecil ke arah Sakura yang tampak bimbang. "Dia akan cantik! Karena dia putriku!" Bangganya sembari terkekeh. Kemudian mengedipkan sebelah matanya pada putri sulungnya itu.

Sembari menghela napas panjang, Ino mencoba menguatkan dirinya selama lebih dari satu jam untuk memberikan dandan pada kakaknya tersebut. "Lihatlah! Ini tidak mudah..." Rajuknya sembari menutup kedua matanya. Tak kuasa melihat hasil polesannya sendiri.

"Di-di mataku, dia terlihat ma-manis dan cukup fe-feminim sekarang..." Sahut Mebuki kikuk karena ini pertama kali baginya melihat Sakura berdandan seperti seorang gadis. "Di-dia terlihat seperti seorang wanita karir sekarang..."

Sekali lagi, Ino melirik ke arah Sakura yang sudah tampak bingung dengan situasi. Kemudian melirih pedih. "Dia tampak sedikit aneh di mataku..."

☕️☕️☕️☕️☕️

Tampak seorang pria tinggi dengan jas berwarna hitam telah menunggu di depan rumah Sakura. Ia sedikit menyender pada mobil sedan putihnya.

Dari jarak yang dekat, terdengar langkah pelan di belakang tubuhnya, membuat ia spontan menoleh.

"H-hai, Paman..."

Itachi terdiam sejenak, kemudian tersenyum senang ketika menyadari bahwa Sakura sudah menghampirinya. "Hai!" Sapanya balik.

Sakura tampak tidak nyaman dengan pakaian dan riasannya. Apalagi ketika ia menyadari betapa pendeknya dress bekas ibunya tersebut. "A-aku terlihat aneh ya?" Paraunya.

Melihat kegugupan gadis merah muda itu sontak membuat Itachi tersenyum maklum. Jemari hangatnya dengan sigap menarik pelan jemari Sakura untuk digenggamnya. "Kau cantik." Pujinya dengan tulus. "Tapi mungkin aku bisa membantu riasanmu. Apakah kamu bersedia ke salon terlebih dahulu bersamaku?"

"Apakah tidak apa-apa?"

"Tentu saja. Kita masih punya waktu 2 jam lagi."

"Baiklah." Dan akhirnya Sakura hanya bisa pasrah sembari perjalan pelan menuju mobil Itachi. Sebisa mungkin ia mencoba terlihat anggun karena memakai pakaian mini seperti ini. Tapi apadaya, ciri khas berjalannya yang seperti laki-laki ternyata sudah sulit untuk dihilangkan.

Ucoffe Stop No.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang