13. Berlindung di Sarang Naga

425 58 9
                                    

"Hei! Kau! Mana tali pengamanmu!"
Seorang mandor berteriak dari bawah, menegur anak buahnya yang sedang bekerja di ketinggian.

"Aku tidak butuh!"

"Kau mau celaka ha! Jangan beri contoh buruk pada yang lain! Pakai alat pengamanmu sekarang juga!!"


SRAK!
Pekerja itu tiba-tiba saja melompat dari ketinggian 7 meter dan mendarat dengan mulus di atas pasir sambil menenteng ember semen.



"Kau gila!"

"Lebih cepat dari pada naik lift barang."

Pekerja dengan wajah rusak itu berjalan santai melewati sang mandor, mengisi ember semennya, lalu memanjat naik lagi melalui perancah.

"Brengsek! Kalau mau mati jangan di jam kerjaku! Semuanya! Pakai helm dan tali pengaman kalian! Atau kupangkas gaji kalian karena melanggar aturan!"

Pekerja yang ditegur tidak menggubris omelan sang mandor, dia kembali duduk di ujung palang seolah suara mandor itu tidak terdengar. Setelah mandor itu menjauh, seorang pekerja lain datang lalu membisikkan sesuatu. Dia langsung tertawa.

"Apa kami perlu mengirim orang lagi ke sana bos?"

"Tidak usah."

"Lalu apa rencana kita sekarang?"

"Tidak ada. Bersantai saja sambil mengumpulkan anggota. Aku butuh banyak orang jika saatnya tiba."

Pekerja kedua mengangguk lalu pergi.

Pekerja dengan wajah rusak itu terlihat gembira bersiul sambil mengoles semen. Guratan luka bakar membuat senyumnya tampak menyeramkan, sebagian otot wajahnya tidak lagi berfungsi sehingga membuat bibirnya tidak simetris, kelopak matanya tidak dapat menutup sempurna, dan rambutnya tumbuh panjang tidak beraturan. Sebagian besar lengan, kaki, dan badannya pun tertutup luka bakar, tapi dia tidak malu. Malahan dia sering mengusap bekas-bekas luka itu sambil tertawa. Karena semua luka itu, akan segera dia kembalikan.



------------------------



Jaejoong mengangkat tangan, siap menepuk nyamuk yang hinggap di lengannya.

"Kak J! Jangan!" Teriak Maddog.

"Kenapa?"

"Biar aku saja."

Maddog mengendap dan-- Pak! Nyamuk itu langsung mati di tangannya.

"Hahahaha kena!"

"Ck. Aku juga bisa."

"Aish kata nenekku, orang hamil tidak boleh membunuh, bahkan hewan kecil sekalipun."

"Kenapa?"

"Katanya nanti anak yang dikandung bisa lahir mirip seperti hewan yang dibunuh itu."

"Kenapa bisa begitu?"

"E..."
Maddog memutar bola mata, mencari jawaban yang tak kunjung ketemu. Mau bertanya lagi ke neneknya juga tidak bisa karena neneknya sudah mati.

"Ntahlah~ Tapi pernah ada kejadian di kampungku! Bayi lahir berbulu lebat, setelah dicaritahu ternyata orang tuanya pernah membunuh seekor monyet saat bayi itu masih dikandung!"

"Tidak masuk akal."

"Ahaha~ Aku juga cuma mendengar cerita itu dari nenek. Dia salah satu sesepuh desa yang dihormati, jadi aku percaya saja. Akan kutanyakan kenapa kalau besok bertemu lagi dengannya."































Love. A Weapon to Die, Or A Reason To Live?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang