28. Bad Dreams (1)

408 49 16
                                    

Dojin duduk di mobil, menyalakan cerutunya, dia baru saja menyelesaikan urusan bisnis dan sekarang dalam perjalanan pulang.

"Ada apa?"
Tanyanya ketika melihat anak buah yang mengantarnya berkali-kali menoleh ke belakang saat berhenti di persimpangan jalan.

"Aku juga tidak tahu. Orang itu sepertinya mau mengatakan sesuatu. Jangan-jangan aku melindas kucing? Apa Ketua melihat sesuatu?"

Dojin ikut melongok. Tidak ada apapun di jalanan belakang mereka, bersih dan sepi, lagipula dia merasa perjalanannya barusan sangat mulus, bahkan tanpa guncangan. Tapi pengendara motor di sebelah mobil mereka masih mengetuk-ngetuk kaca kemudi sambil menunjuk-nunjuk ke arah belakang. Dojin mengernyit dan mulai waspada.

"Jangan!"

Terlambat, anak buahnya sudah membuka kaca jendela untuk bertanya pada pengendara motor yang keras kepala itu. Dan benar, seperti dugaan Dojin, itu hanya tipuan.

Klotak.

Sesuatu terjatuh di lantai mobil. Pengendara motor itu kabur setelah menyelipkan sebuah benda kecil melalui celah jendela.

Benda itu nampak berkedip.
Keduanya langsung membelalak.

"Keluar dari mobil!!"





BOOM!!!

.
.
.
.
.
.

"Hah! Hah. Hah. Hah.."
Jaejoong terbangun dari mimpi buruknya. Sangat buruk. Benar-benar buruk. Detak jantungnya sampai tidak beraturan. Jaejoong menoleh ke samping. Tempat tidur di bawah kosong, Yunho belum pulang, ntah bisnis apa yang dilakukannya hingga dini hari. Jaejoong menutup wajah sambil menggumamkan umpatan. Beberapa hari ini mimpi yang sama selalu menghantuinya.

Tiba-tiba handphonenya berdering. Jaejoong teralihkan oleh panggilan dari Sung Wong.

"Halo.."

"J?"

"Mn. Ada apa Paman.."

"Tidak ada apa-apa. Cuma mau memastikan kalau kau masih hidup. Rasanya aneh lama tidak melihatmu. Hehe."

"Paman Sung.. Apa kau tahu ini dini hari?"

"Aku tahu. Apa kau terganggu?"

"Apa paman tidak merasa mengganggu?"

"Aku mengganggu?"

"....Paman.. Kenapa tidak kau telepon 112 saja kalau butuh teman bicara sekarang? Aku mau tidur, selamat malam."

Tut. Jaejoong menutup sambungan, sedang malas mendengarkan ocehan. Paling-paling pamannya yang aneh itu baru saja dicampakkan lagi oleh teman wanitanya. Jaejoong pun kembali tidur.

.
.
.
.
.
.

Di tempat lain.

"Apa dia baik-baik saja..?"
Tanya Dojin lirih.

Sung Wong menyimpan lagi handphonenya, kemudian menarik kursi untuk duduk di samping ranjang tempat Dojin terbaring. Dengan lengkung mata khasnya, dia menenangkan sahabatnya yang sedang terluka itu.

"Mn. Dia sedang tidur nyenyak. Jangan khawatir."

"Apa dia menanyakanku..?"

Love. A Weapon to Die, Or A Reason To Live?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang