FWB (Friends With-free-Bodyguard)

634 64 10
                                    

Hari ini, tepatnya beberapa minggu setelah Yerim akhirnya bisa kembali masuk sekolah setelah sekian lama beristirahat untuk memulihkan cidera ringannya. Senang? Don't ask, she's on cloud nine. Namun di lain sisi, sebenarnya dia juga sedikit cemas.

Meski Yerim bisa mengatakan dengan cukup yakin bahwa tentu dia mempercayai teman-temannya dan terutama Eun Jung yang tanpa ragu akan jadi orang pertama yang maju untuk menyelesaikan masalahnya, untuk kali ini saja dia tidak ingin berbagi mengenai hal ini pada mereka. Ah, sebenarnya tidak seperti itu. Banyak hal yang tidak Yerim buka pada mereka, banyak topeng yang dia sembunyikan di punggungnya yang sebagian sudah pecah tak dikenali. Mungkin kali ini juga akan ada topeng lain yang siap dia pasang dengan kuat, agar tak ada seorang pun yang bisa mengenalinya.

Tapi toh mereka tidak perlu tau semua hal tentang dia, kan? Yerim bukan tipe wanita menye-menye yang tidak tahu cara menyelesaikan masalahnya sendiri. Dia wanita mandiri dan tangguh, dia bisa memperbaiki ini sendiri. Bahkan orangtuanya? Ya, bahkan keluarganya tidak perlu repot-repot mengotori tangan mereka.

"Kenapa? Dingin?"

"Enggak, kok. Gatau tiba-tiba merinding aja." Tukas si gadis berkuncir satu tersebut.

"Nih pake jaket gua kalo dingin."

Yerim tertawa dan buru-buru menolak tawaran Eun Jung dengan tangannya yang mengibas di udara. Masalahnya bukan ada pada suhu di tempat ini, tapi dia yakin sekali ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya di suatu tempat saat ini, sama seperti perasaan ngeri yang selalu tiba-tiba muncul sejak beberapa minggu terakhir.

Benar, dia sedang diikuti. Itu adalah masalah yang tengah dihadapinya saat ini. Dugaan itu diperkuat karena banyak sekali pesan masuk dari nomor tidak dikenal di hpnya, yang meski sudah dia blokir berkali-kali namun tetap saja bermunculan seolah tidak pernah kapok.

Yerim tidak yakin mereka siapa, tapi yang pasti mereka tahu semua hal yang selama ini dia lakukan. Semua kebiasaan, aktifitas, jadwal, atau bahkan rencana yang melibatkan keluarga atau teman-temannya.

Yerim takut, tentu saja. Siapa yang tidak merasa terancam oleh seorang stalker yang dengan terang-terangan menunjukkan obsesinya dan bahkan mengancam akan menyebarkan data pribadi dan mencelakai orang-orang yang dekat dengannya?

Meski begitu, bukan berarti dia tidak punya rencana untuk menyelesaikan ini. Yah, begini-begini Yerim bisa jadi lumayan menakutkan kalau sudah bicara. Itu adalah satu-satunya senjata yang bisa dia kerahkan sekarang.

Mari bernegosiasi.

***

Pernahkah kalian merasa jijik dengan diri sendiri, saking munafiknya kalian bersikap? Yah, mungkin kata 'jijik' terdengar terlalu ekstrim. Bisa dibilang Yerim merasa muak dengan dirinya sendiri karena tidak bisa bersikap apa adanya.

Terutama kalau itu sudah menyangkut Eun Jung.

"Did you just slap me? Bahkan saat lo tau bukan gua yang salah?"

Yerim mencoba sekuat mungkin menahan agar suaranya tidak bergetar saat dia menatap mata Eun Jung dalam-dalam dan mengeluarkan jawaban yang dia sendiri tidak menyangka akan keluar dari bibirnya.

"Gak semua hal bisa Lo selesain pake tinju, Shim Eun Jung. Kapan Lo akan belajar tentang itu?" Tanyanya dengan penuh penekanan.

Ah, rasanya melihat wajah Eun Jung yang menatapnya tak percaya, sudah cukup membuat Yerim ingin menangis.

"Ini kedua kalinya Lo nampar gua, dengan alasan yang sama." Si atlet renang berdecak, kemudian mendengus sambil mengibaskan rambut yang menghalangi kedua matanya.

We Can't be Friends | SEJ • IYRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang