Don't run away

337 53 20
                                    

Hi guys I'm back MUEHEHEHEHEHEHE
Muak banget pasti kalian liat gua update mulu :v

BUT I DON'T CARE, CERITA INI UDAH MAU TAMAT JADI AYO KITA BERESIIIINNNNN

also,

I recommend you guys this song. It kinda makes you wanna cry even if you think you are okay, haha.

***

Dari dulu Yerim selalu yakin kalau Eunjung tidaklah bodoh. Dia punya banyak potensi kalau saja dia cukup percaya diri dan peduli. Eunjung bisa saja menjadi lebih pintar darinya kalau dia mau.

Seperti yang sudah diketahui tentang masa lalunya, Eunjung adalah berandalan yang suka sekali berkelahi dan membuat onar. Merokok dan membolos adalah contohnya. Dia juga tidak segan menghajar siapapun yang berani menginjak egonya. Dia pemarah, cuek dan tidak suka berbasa-basi.

Itu adalah sosok Eunjung yang ada di ingatan Yerim saat mereka berada di tingkat SMP. Semua mulai sedikit berubah ketika dia bertemu gadis dengan nama depan Im itu, yang jika dibandingkan dengannya, sudah bagaikan langit dan bumi. Yerim adalah anak penurut, anggun, berprestasi, berbakat dan tidak suka menuliskan namanya sendiri di buku merah guru BK.

Memori Eunjung yang liar dan badung perlahan mulai luntur seiring semakin dekat jarak diantara keduanya. Setelah mengenalnya cukup jauh, Yerim mulai tidak ragu lagi untuk menegur gadis itu dan imbasnya Eunjung juga mulai hadir lebih sering di kelas, walaupun kadang hanya untuk tidur. Yah, setidaknya dia tidak membolos sesering dulu lagi. Dia juga perlahan mulai peduli pada tugas-tugas sekolah—yang dia kerjakan seadanya dengan bantuan Yerim—dan terutama dia juga mulai mempertimbangkan renang sebagai prioritas utamanya.

Tumbuh di lingkungan yang kurang apresiasi, membuat Yerim mengerti mengapa Eunjung bisa berakhir menjadi seperti sekarang. Sekali lagi, dia bukanlah seseorang yang bodoh, Eunjung hanya tidak peduli.

Dia adalah sosok manusia paling simpel yang pernah Yerim temui. Eunjung tidak akan mau melakukan sesuatu yang dia tidak suka dan tidak ada gunanya. Belajar tidak memberinya keuntungan, toh tidak ada yang peduli mau dia belajar dengan baik atau sebaliknya. Lalu bagaimana dengan renang? Sebetulnya Eunjung mulai menyukai olahraga ini sejak dia kecil. Dengan renang, dia merasa semua sesak yang menumpuk di kepalanya bisa dia bebaskan walau hanya untuk sementara. Renang membuatnya rileks, dan lupa akan semua masalah yang tidak berhenti mencoba meruntuhkannya. Renang mampu menyamarkan air matanya dan Eunjung begitu berterima kasih atas hal tersebut.

Renang telah menolongnya, dan itu sebabnya dia begitu peduli pada hal itu. Kemudian datang prioritas lain yang tidak kalah pentingnya, Yerim. Sosok Yerim yang dengan tidak sopan telah mengambil semua perhatian dan lalu dengan berani mencoba bersaing mendapatkan tempat pertama di hatinya. Yerim adalah pertolongan kedua yang datang untuk menariknya dari lubang hitam bernama kesendirian dan kehancuran. God knows how much she loves this girl just by her presence alone.

Itulah mengapa keduanya sama-sama penting, walau Eunjung tidak akan berbohong pada dirinya sendiri, Yerim jauh lebih penting dari segalanya. Oleh sebab itu, disinilah dia sekarang berada.

Dia menghela nafas dan kembali memandang kertas ulangan yang menampilkan angka 89/100 dengan tinta merah yang seolah tengah mengoloknya. Dia berhasil. Ah tidak, Yerim sudah berhasil mengajari otak bebalnya hingga kini dia tidak perlu mengikuti ujian remedial lagi. Tidak seperti biasanya.

Everything is always about Yerim. Kali ini pun bahkan dia tidak merasa berbangga diri atas prestasi yang baru pertama dia dapatkan tersebut. Yerim pantas menerima semua pujian yang dihasilkan dari angka-angka itu.

Dia justru merasa buruk karena harus meninggalkan kekasihnya sendiri di rumah sakit. Iya, Yerim pingsan setelah dia tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Jadwal ujian yang padat dan audisi yang semakin mendekat yang mengharuskan gadis itu hanya beristirahat untuk tiga jam saja dalam sehari pada akhirnya membuat dia kelelahan dan berakhir harus di rawat di rumah sakit.

Lalu mengapa dia malah berdiri disini? Di atas gedung pencakar langit paling tinggi dengan sebatang rokok terselip diantara jarinya? Jawabannya cukup sederhana. Dia urung menemui Yerim saat dia lihat dari balik pintu kedua orang tua gadis itu yang sudah berada disana untuk merawat anak sulung mereka tersebut.

Ah sial, pacarnya pasti akan membunuhnya kalau dia tahu Eunjung kembali menghisap asap racun yang begitu dibencinya itu. Tapi mau bagaimana lagi, kepalanya sangat berisik dan Eunjung terus menahan godaan untuk melompat dari sini saat dia lihat kolam renang yang berada tepat dibawahnya. Tidak mungkin dia mati kan kalau dia loncat sekarang? Air itu terlihat cukup dalam, dan kemungkinan mampu menahan beban dan gaya yang dia hasilkan kalau-kalau dia benar-benar memutuskan untuk melompat kesana.

Memang sudah seharusnya Yerim tidak bergaul dengan manusia sepertinya. Apa yang dia pikirkan sih? Membayangkan bagaimana kecewanya orang tua Yerim yang begitu mencintai anak gadis mereka saat mereka tahu kenyataan sebenarnya sudah cukup membuat Eunjung menjambak rambutnya frustasi.

Seharusnya rasa ini tetap dia pendam sampai hilang sendiri. Sampai dia bisa melihat Yerim yang berhak mendapatkan kebahagiaan yang layak dari orang yang juga layak untuknya.

Ting! Suara ponselnya berbunyi dengan cukup nyaring, membuat Eunjung segera meraih benda itu.

Yerim
Kamu dimana? Kenapa pas aku bangun kamu gak ada?
9.23 pm

Kamu dimana?
Sayang?
Kamu gamau jagain aku disini?
10.12 pm

YAK SHIM EUNJUNG
BALES GAK ATAU AKU BUNUH KAMU
10.33 pm

Eunjung terkekeh. Kepalanya secara jelas dapat membayangkan ekspresi gadis itu sekarang. Dia pasti sedang mencebik dengan jari yang mengetuk-ngetuk layar ponsel secara agresif.

Yerim seharusnya mampu memprioritaskan dirinya lebih baik. Harusnya dia tidak perlu repot-repot mengajarinya kalau dia sendiri tahu dia tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya sendiri.

"AAAAAAAARRGGHHHHHHH SIALAAANNN!" Terlalu banyak kata seharusnya yang berputar di dalam kepalanya hingga Eunjung merasa matanya memanas dan berair.

Dia mendongak saat merasakan tetesan air yang jatuh menepuk wajahnya secara lembut. Intensitas tetesan itu terus bertambah lebat seiring jarum jam yang berlalu.

Bagus. Turunlah dengan lebat hujan. Samarkan air matanya. Eunjung tidak keberatan kalau hanya hujan yang tahu betapa rapuhnya dia sekarang.

Tidak apa-apa. Selama itu bukan orang lain, terutama Yerim.

It doesn't matter.

***

Eunjung
Iya, nanti aku kesana ya
Kamu tunggu aku
Mau apa?
02.15 am

Eunjung memasukan ponselnya pada jaket yang tengah dia kenakan. Dia mendongak dari hoodie yang menutupi kepalanya. Matanya dapat menangkap jelas sosok kedua orang tua Yerim yang tengah tertidur pulas dari jendela yang terpasang di pintu ruangan tersebut.

Yerimnya juga terlihat begitu damai, tertidur seolah dia tidak memiliki kekhawatiran apapun di dunia. Itu bagus, dia tidak perlu menunggu Eunjung yang jelas-jelas tidak akan pernah menepati janjinya.

"Sweet dream, my love." Dia berjalan keluar dari lorong yang sangat sepi itu. Ah, ternyata menjadi kaya ada untungnya juga. Tidak mungkin dia akan diijinkan masuk kesini kalau statusnya hanya orang biasa. Mereka tidak akan pernah membiarkannya.

Eunjung terus melangkah menjauhi bangunan yang dipenuhi nuansa putih itu. Dia tidak tahu harus pergi kemana selagi menunggu orang tua Yerim pergi dari sana. Dia tahu kecil sekali kemungkinannya mereka akan meninggalkan anak gadis mereka satu-satunya tersebut. Oleh sebab itu, Eunjung sudah sangat siap jika harus berhadapan dengan Yerim yang kecewa karena dia untuk pertama kalinya mengingkari perkataannya sendiri.

Si atlet renang nasional itu akhirnya memutuskan untuk pergi ke warnet yang buka 24 jam. Dia menghabiskan sisa malam dengan bermain game dan mengisi perut dengan berbagai cemilan yang mereka sediakan. Untuk sejenak, akhirnya otaknya tidak dipenuhi dengan bayangan Yerim yang tertidur lemah diatas ranjang rumah sakit.

Menit berlalu, jam terus berputar sampai akhirnya dia kelelahan sendiri dan jatuh tertidur diatas kursi gaming tersebut. Hingga dia tidak menyadari pesan yang masuk dari Yerim tidak lama setelah kelopak matanya tertutup sempurna.

Yerim
Aku gamau apa-apa, aku cuma mau kamu
Aku gak bisa tidur nyenyak karena kepikiran kamu
Kamu dimana?
07.16 am

To be continued

We Can't be Friends | SEJ • IYRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang