BAB 2

19 1 0
                                    

Setelah pulang dari Arena mereka semua memutuskan untuk pulang ke basecamp.

Rencana tadi ingin pergi ke bar, namun karna ajakan bermain PS dari Galen, mereka semua putar arah kembali ke basecamp. Koneksi kenceng, ruangan dingin, teman-teman yang asik, konsumsi terpenuhi, siapa sih yang gak nyaman di basecamp? Basecamp mereka itu sengaja Areksa bangun dua tahun lalu yang tentunya atas persetujuan ayahnya yaitu Arlanka Mahendra seorang konglomerat yang tidak termakan usia. AM Group selalu menjadi yang terdepan dan terjaya. Perkembangan usahanya yang pesat dan bisnis yang merajalela. Jadi bisa dibayangkan seberapa sempurnanya Areksa?

"Sa, minum nih" ucap Sadewa sembari melemparkan satu botol minuman dingin yang langsung di tangkap Areksa.

"Thanks"

"Baik gue mah" ujarnya lagi sambil duduk di sofa samping Liam yang sedang memainkan gitarnya

"Ehh Ky, Zee gimana?", ucap Galen yang sekarang memfokuskan pandangannya pada Zaky "Sampe lupa gue"

"Tadi dia ada kirim gue pesan katanya ga jadi pergi, Alisya sakit", jawab Zaky yang tetap memejamkan matanya.

"Dia gimana orangnya?", tanya Areksa tiba-tiba

"Cantikk banget!", jawab Sadewa cepat yang langsung mendapatkan jitakan dari Liam "Dasar lo monyet taunya cuman cantik doang".

"Dia siapa Sa? Zee apa Alisya?" tanya Zaky

"Yang suka ngalahin lo balap", jawab Areksa sambil melipat kedua tangannya di dada

"Sialan" omel Zaky membuat Areksa tertawa kecil. "Dia cewek langka deh pokonya. Dia suka nantangin gue balap dari dua tahun lalu semenjak lo pergi ke Amrik. Awalnya sering ketemu di Arena kalo kita lagi bosen disini, dia selalu main sendiri terus gue iseng ajak balap ehh malah keterusan sampe sekarang sering main, dan ternyata dia juga satu sekolah sama kita."

Areksa hanya memperhatikan Zaky dan sesekali menganggukan kepalanya

"Dia juga yang selalu ngisi semua lemari disini sama snack-snack yang dia beli" ujar Galen

"Dia sering main kesini kalo lagi gak ada kerjaan", timpal Sadewa

"Hah? Bukannya dia satu sekolah sama kita? Ko kerjaan?" tanya Areksa sedikit bingung "Kerjaan balap?"

"Bukan dodol!" kesal Galen "Dia juga model gitu, kalo balap tuh kaya hobby nya gitu. Dia balap kalo dia lagi stres aja makanya suka kesini biar ada temen ngobrol".

Areksa menganggukan kepalanya mengerti.

Tring!

Areksa memeriksa ponselnya yang berbunyi

Momster​​​​​​​​​​
Areksa pulang sekarang. Ada yang ingin papa sama mama sampaikan​

Areksa menghembuskan napasnya lalu beranjak dari duduknya mengambil jaket yang ia lepas sebelumya dan langsung memakainya

"Mau kemana lo?" tanya Liam sembari mendongak menatap Areksa

"Balik dulu" jawab Areksa yang sedang mengambil kunci motornya di meja kecil samping Sadewa "Ketemu besok disekolah yah, awas aja lo pada telat" peringatnya.

"Bentar amat Sa, katanya sekalian kangen-kangenan sama kita", ujar Galen

"Lebay lo! gue juga gak bakalan balik lagi ke Amrik kali", jawab Areksa sembari
bertosria bersama teman-temannya "Gue duluan", pamitnya

"Tiatiii diculik atik, Sa!!" teriak Sadewa yang membuat mereka tertawa

Btw Atik itu orang gila tanpa busana yang selalu bulak balik di basecamp mereka, parahnya si Atik ini suka ngejar mereka dan kalo ketangkap udah pasti susah lepas.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Terdengar bunyi gerbang menjulang tinggi yang terbuka otomatis menampakkan pemandangan taman yang indah, penuh dengan pohon dan bunga-bunga. Areksa mengedarkan pandangannya menikmati membuat Areksa memelankan laju motornya menikmati pemandangan yang berada dirumahnya. Areksa rindu suasana dirumahnya ini.​​

Setelah sepuluh menit Areksa mengendarai motornya dari gerbang utama akhirnya ia sampai juga di pintu utama rumah mewahnya. Pintu terbuka, mata Areksa langsung tertuju pada sepasang suami istri yang sedang berpelukan sambil menonton tv disana.

"Mi? Pi?" sapa Areksa sambil berjalan menghampiri kedua orangtuanya itu.

Arlan dan Cecil mengarahkan pandangannya pada anak semata wayangnya yang baru saja tiba.

"Sinii" ucap Cecil sembari menepuk sopa yang berada disampingnya. Areksa memilih duduk di sopa samping Papanya

"Ada apaa? Tumben nyuruh Aksa cepet pulang". tanyanya setelah duduk di samping Papanya.

"Kamu pulang dari Amerika bukannya langsung pulang ke rumah, malah ke basecamp. Gimana sih!!", omel Cecil yang dijawab cengiran oleh Areksa. "Kangen temen-temen, Mi"

Arlan berdeham singkat, mencoba menetralkan suaranya agar terdengar serius "Aksa?", panggilnya

Areksa menjawab dengan deheman dan mengangkat sebelah alisnya.

"Kamu itu anak Papi sama Mami satu satunya, Cuma kamu laki-laki kebanggaan keluarga kita", Arlan tersenyum simpul "Papi dan Mami sangat berharap  kamu menyetujui rencana perjodohan kamu dengan anak almarhum rekan Papi"

Sontak Areksa melebarkan matanya "Apa maksudnya?", tanya Areksa. Badannya kini tegak lurus seraya jantungnya yang berpacu cepat. Karena ia tahu, jika papinya sedang tidak bercanda apalagi main-main.

"Gamau Pi! Aksa masih sekolah!!" tolaknya mentah-mentah

"Papi serius, Aksa. Kamu harus menikah dengan anak dari almarhum sahabat Papi." Arlan menghela, menatap putranya. "Papi mohon, Aksa. Menikahlah dengan anak sahabat Papi. Dia yang bantu Mami sama Papi kecelakaan dulu. Kecelakaan pada saat Papi dan Mami pergi ke rumah sakit. Waktu itu Mami kontraksi melahirkan ternyata dijalan kami kecelakaan  tapi syukurnya Mami dan Papi segera ditolong oleh om Agra. Saat itu juga Mami melahirkan kamu di bantu oleh dokter yang kebetulan dia istrinya om Arga yaitu tante Irene". Areksa diam.

Hening seketika menyelimuti ketiga manusia itu.

Tiba-tiba Cecil beranjak dari duduknya, berjalan menghampiri Areksa dan duduk disebelahnya. Dengan senyuman damainya Cecil mengelus pelan tangan anaknya itu.

"Sa, Jarak kehamilan Mami sama tante Irene itu Cuma beda lima bulan. Lalu tante Irene berpesan kalo anaknya lahir terus perempuan, tante Irene sama om Arga mau kalo kalian dijodohin. Setelah anaknya lahir ternyata tante Irene meninggal dan selang beberapa jam om Arga juga meninggal karna kecelakaan setelah mendengar kabar kalo istrinya meninggal". Cecil menyentuh tangan kekar milik anaknya. Seakan menyalurkan kasih sayangnya yang tak pernah luntur sedikitpun.

Kedua tangannya menangkup wajah tampan anaknya, menatap lembut manik Areksa. Menyalurkan permohonan yang sangat berharap tidak akan ada penolakan dari anaknya ini.

"Mami mohon, Sa." Cecil akhirnya menjatuhkan buliran air matanya yang sejak tadi ia tahan "Mami sama Papi mohon kamu fikirin lagi permintaan kita yaa", isakan kecilnya kembali terdengar
Areksa yang melihat Maminya itu ikut luluh. Rasa sayangnya pada Maminya besar. Areksa tidak tahan melihat wanita yang dicintainya menangis dan memohon kepadanya seperti ini.

"Areksa mau, Mi".
Arlanka dan Cecil saling pandang, tersenyum bahagia sebelum memeluk putranya dengan erat.

Aksa itu nama panggilan Areksa ya guyss..

Dunia SarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang