BAB 3

13 2 0
                                    

Noora dan Zee putar balik. Mereka mengurungkan niatnya pergi ke Arena karena Noora yang mendadak ingin pulang dan beristirahat. Zee mengantar Noora ke kediamannya yang berada di tengah kota yang terletak di kawasan elit.

Noora dan Areksa itu sama-sama dari keluarga yang terpandang. Noora, di usianya yang masih terbilang muda, cewek bernama lengkap Noora Aurora Alasya ini sudah sukses menjadi kepala akuisisi perusahaan yang diwariskan Ayahnya. Arga Alaska.

Kehidupan Noora pun tidak luput dari sorotan media massa. Mulai dari identitas lengkapnya, lalu prestasi di dunia designer dan bahkan prestasinya disekolah. Hanya citra baik Noora yang terpampang. Maka dari itu banyak sekali kolega-kolega bisnis orangtuanya yang berusaha menjodohkan anaknya dengan Noora.

Zee pamit pulang di antar supir pribadi Noora.

Noora masuk membuka pintu utama yang mewah lalu disambut para pelayan dengan membungkukan badan.

Interior rumah Noora memang sangat cantik untuk dipandang. Namun Noora lebih tertarik menaruh perhatiannya pada figuran foto-foto baik yang melekat pada dinding dan yang berada di atas meja-meja atau lemari. Disana ada foto sepasang suami istri sedang menggendong buah hatinya yang baru saja lahir. Napas Noora tertahan, berusaha senyum, perlahan matanya mengabur menatap foto keluarganya dengan latar ruangan rawat inap. Terlihat Papanya yang menggendong Noora bayi, dengan satu tangan merangkul pundak Istrinya yang sedang mencium Noora.

"Alisya", Omanya datang menuruni tangga menghampirinya. Noora mengerutkan keningnya bingung "Oma??" ujarnya sembari berlari memeluk oma yang sudah lama tidak bertemu dengannya.

"Sya, Are you okay?" tanya oma sembari menganggkat kedua tangannya menangkup wajah cucunya yang sudah beranjak dewasa ini.

Noora menganggukan kepalanya. "Kita duduk dulu sini", ujar oma yang langsung menarik tangan Noora untuk duduk di sopa.

"Oma pulang ke indonesia kok gak bilang Alisya?" ucap Noora yang langsung duduk di sopa samping oma.

"Surprise dong, Sya!" jawabnya.

Mereka tertawa. Lalu Elisa, omanya Noora menyentuh tangan lembut milik cucunya, "Ada yang mau oma sampaikan, Sya." dengan senyuman lembutnya Elisa mengelus tangan cucunya itu. Menatap haru ke arah Noora.

"Oma mau menjodohkan kamu dengan anak sahabat Papamu"

Belum sempat Noora bertanya, dirinya langsung dibuat terkejut dengan ucapan omanya.

"Gak bisa oma. Noora gak mau dijodohin." Noora menggeleng lemah. Ia tak menyangka kedatangan omanya yang sangat tiba-tiba itu membuat Noora kesal.

Ditatap lekat manik Noora, elusan yang awalnya berada di tangan, kini berpindah dibahunya.

"Setuju tidak setujunya kamu, perjodohan ini akan tetap dilaksanakan. Sya!" Noora hanya menggeleng dan terisak. "Karna ini permintaan terakhir dari kedua orangtua kamu." Tambah omanya dengan tangan yang masih mengelus pundak Noora.

"Oma setuju menjodohkan kamu dengan anak sahabat papamu karna oma takut cucu oma nantinya gak bisa oma jaga, mengingat usia oma yang semakin tua. Oma takut cucu oma ini terlalu bebas diluar sana, semakin lupa sama semua tanggung jawab kamu nantinya. Oma mau ada yang jagain kamu lebih dari bodyguard yang oma perintah selama ini. Sya, oma mohon sama kamu, oma janji ini permintaan oma yang terakhir." Ucapnya lembut dengan air mata yang keluar membasahi pipinya.

"Tapi Alisya masih sekolah, Oma. Gimana nanti sama sekolahnya Alisya? Gimana nanti sama semua cita-cita Alisya, kalo Alisya menikah di umur yang masih sangat muda, oma!"

"Oma percaya sama kamu. Tapi Oma Cuma takut, oma takut gak bisa jaga kamu lagi kaya sekarang ini" Alisya menatap omanya yang terus saja menangis, memeluk omanya erat dan berkata "Oma, Maaf. Tapi Alisya gak bisa"

"Oma sayang sama kamu, Sya. Oma juga gak mau bikin Mama Papa kamu kecewa diatas sana hanya karna oma gak bisa bujuk kamu untuk menuruti permintaan terakhirnya." Noora melepaskan pelukannya. Tersenyum lembut menenangkan Omanya yang masih terisak.

Noora menatap Elisa yang terisak, terlihat ada ketakutan di bola matanya. Noora mengerti semua kata yang di ucapkan oma. Omanya itu benar-benar takut dengan kehidupannya kedepan.

Noora menggenggam tangan Elisa. Tersenyum sembari mengusap pipi lembut milik omanya itu. Menghapus jejak air mata disana.

"Oma, Alisya ngerti. Kasih Alisya waktu ya, Oma"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Noora baru saja memasuki kamarnya selepas berbincang dengan Oma nya.

Segera memasuki toilet. Noora menyeka air matanya, memandang wajahnya yang pucat sekali sebelum menyalakan shower yang langsung membasahi seluruh tubuhnya.

Setelah selesai Noora keluar dari tiolet. Ia mendekati cermin meraba mukanya bak mayat hidup. Berlalu dari cermin Noora berjalan mendekat ke arah tempat tidurnya. Gadis itu merangkak naik ke kasurnya, duduk dengan nyaman bersender pada penyangga kasur dan beberapa bantal yang ia tumpuk.
Membuka ponsel yang terdapat beberapa pesan disana, salah satunya Zee.

Zee Prissie​​​​​​​​​​​
Sya, jangan lupa makan lo yah!

Zee Prissie​​​​​​​​​​
Besok udah masuk sekolah, jadi tadi kita pemotretan terakhir ya, Sya..

Noora Aurora Alasya​​​​​​​​​
Thank you for today Zee!!

Setelah membalas pesan dari sahabatnya itu, Noora menyimpan ponselnya di nakas lalu menata ulang bantalnya, merebahkan tubuhnya yang sangat lelah, dan mulai memejamkan matanya.

Dunia SarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang