BAB 9

18 2 0
                                    

Saat ini Noora sedang bersiap-siap dibantu oleh Nana, rambut brunette Noora di atur low bun sederhana. Untuk pakaian Noora mengenakan Corset Dress In Re-Nylon Gabardine. Lalu Noora membawa Hermes Birkin 25 Bag featured in Matte Black. Chanel Pendant Earrings sebagai aksesoris telinga dan sepasang sandal hak Hermes Ella 105 sebagai alas kaki.

 Chanel Pendant Earrings sebagai aksesoris telinga dan sepasang sandal hak Hermes Ella 105 sebagai alas kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perfect!

Setelah semuanya selesai, Noora menghampiri Oma yang sudah menunggunya di lantai bawah.

"Oma" sapa Noora.

"Cantik sekali ya cucu kesayangan Oma" puji Oma memperhatikan penampilan cucunya itu.

Noora membalasnya dengan senyuman manis "Kapan kita berangkat Oma?" tanya Noora.

"Sekarang kita berangkat" ujar Oma sembari menggandeng tangan Noora menuju pintu utama.

Saat ini Noora akan mengikuti mau Oma-nya untuk bertemu dengan seseorang yang akan dijodohkan dengannya.

Sesampainya di tempat yang sudah Oma tentukan, Noora mengikuti langkah Oma menuju ruang VVIP yang berada dibelakang gedung dengan diikuti dua orang bodyguard di belakangnya.

Begitu Noora melangkah masuk, seseorang menyambutnya dengan pelukan yang sangat erat.

"Nooraaa" ucap seseorang yang memeluknya. "Apa kabar, nak?"

Noora membeku. Pelukan ini, pelukan yang baru pertama kali ia rasakan. Apakah ini rasanya di peluk seorang ibu? Hangat sekali pelukannya!

Cecil melepaskan pelukannya lalu menatap Noora "Cantik sekali kamu" ujar Cecil sembari mengelus pundak Noora dengan lembut. "Persis banget seperti Mama kamu."

Noora tersenyum lembut "Terima kasih, tante."

Cecil beralih menatap Oma Elisa "Kita duduk dulu kali ya" ujarnya sembari menarik pelan tangan Elisa.

Noora dan Elisa tersenyum, lalu mengikuti langkah Cecil untuk duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Gimana kabar kalian, Arlan, Cecil?" tanya Oma setelah mereka semua duduk.

"Baik tante" jawab Arlanka. "Kalian apa kabar?"

"Seperti yang kalian lihat, kabar kita baik" ujar Oma tersenyum lalu menatap Noora.

"Sya, perkenalkan. Mereka berdua adalah sahabat Mama Papa kamu" Noora menatap keduanya dan tersenyum manis. "Om Arlanka dan Tante Cecil" ujar Oma-nya memperkenalkan.

Arlan dan Cecil mengangguk sembari tersenyum menatap Noora.

"Noora, rasa rindu tante sama Mama kamu terobati begitu tante melihat kamu sekarang" ujar Cecil mengambil satu tangan Noora di atas meja lalu mengusapnya pelan.

Noora hanya tersenyum.

"Permisii, maaf terlambat" ucap seseorang yang membuat mereka semua mengalihkan pandangannya.

Begitu manik Noora bertemu dengan orang itu, kedua matanya membulat sempurna.

"Noora?!" pekik Areksa tidak percaya.

Cecil menatap Areksa mengkode untuk duduk. Sebelum duduk Areksa mendekat kepada Elisa lalu memperkenalkan diri setelahnya ia duduk di samping Arlan.

"Lama tidak bertemu" ujar Elisa menatap Areksa "Bagaimana kabarmu?"

Areksa yang sedang menatap Noora segera mengalihkan pandangannya dan tersenyum "Baik Oma"

"Langsung ke intinya saja ya" Arlan menatap keduanya "Jadi bagaimana? Apa kalian menerima keputusan  kami?"

Areksa menatap Noora yang sedang menatapnya juga "Areksa mau menerima perjodohan ini, Pi"

Noora membulatkan matanya sembari menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan, ia menolak.

"Sya, gimana?" tanya Oma sembari menggenggam tangannya.

"Boleh saya bicara sebentar sama Areksa?" izinnya seraya menatap Areksa dan bangkit dari duduknya.

"Silahkan" ujar Arlan seraya tersenyum.

Areksa ikut tersenyum, lalu keluar dari ruangan.

"Gue gak bisa" ujar Noora setelah mereka berada di luar gedung restoran itu.

"Alasannya?" tanya Areksa yang berada dibelakang Noora.

"Ya gue gak bisa, Areksa!" jawab Noora dengan nada yang sedikit ia naikkan.

BRAKK!!

"Ngapain lo?"

Noora memekik tertahan lantaran Areksa dengan tiba-tiba menariknya dan menyudutkannya  pada tembok. Kedua tangan cowok itu ditempelkan pada tembok sisi kepala Noora membuat gadis itu terkurung.

"Awas," Noora tidak tenang dengan posisi seperti ini.

"Awas gue bil-"

"Diem atau gue makin pepetin lo" ancam Areksa tepat ditelinga Noora membuat gadis itu melotot namun ia lebih memilih untuk diam.

"Kalo lo gak setuju sama perjodohan ini, lo bilang sama mereka semua sana" ujar Areksa yang semakin mendekatkan wajahnya pada Noora.

Alis Noora tertaut kesal. Namun gadis itu tidak bisa bersuara, bernapas pun sulit. Seakan pasokan udaranya menyempit ketika laki-laki di depannya ini terus menghembuskan napas yang bercampur mint itu pada tengkuknya. Tubuh Noora meremang sekarang!

"Gak mau kan lo?" tanya Areksa, wajah keduanya masih berdekatan.

Noora tidak menjawab. Dari jarak sedekat ini ia bisa melihat pahatan wajah sempurna Areksa yang sangat sangat tampan.

"Terpesona kan lo sama gue" celetuk Areksa membuat Noora tersadar.

"Gak usah kegeeran!" ketus Noora sembari mendorong tubuh Areksa agar menjauh darinya.

Areksa menarik sudut bibirnya, terhibur melihat wajah kesal gadis itu.

"Jadi gimana? Lo mau kan jadi istri gue?" tanya Areksa dengan senyumnya yang sangat menyebalkan dimata Noora.

Noora menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Lo punya pacar?" tanya Areksa dengan raut muka yang serius.

Lagi-lagi Noora menggelengkan kepalanya pelan.

"Terus kenapa?" tanya Areksa lagi.

"Gue-"

Belum sempat menjawab, keduanya segera mengalihkan pandangannya pada Cecil yang meneriaki nama mereka

"Saa, Nooraa!!" teriak Cecil sembari melambaikan tangannya "Kita makan dulu yuk"

Keduanya mengangguk dan segera menghampiri Cecil.

Dunia SarraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang