Bab 14 | Semua berjalan dengan baik(?)

5 0 0
                                    

Mutasi alam tak akan berhenti untuk menggerakkan hati manusia. Semua yang terjadi bukan semata atas kehendak diri.

***

Malam semakin larut, hening melingkup, dan desiran angin malam terasa sejuk. Belum selesai dengan kegiatan yang ia laksanakan tadi sebelum Maghrib, kini Nala kembali berkutat dengan buku-buku tugas yang menumpuk untuk dikumpulkan besok. Nala berprinsip minimal sadar diri, kalau gak cantik, harus disiplin. Tanpa sadar, Nala telah menghabiskan waktu dua jam untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Hingga kini pukul 21.30 WIB.

Waktu istirahatnya tersita untuk mengerjakan tugas, padahal besok pagi-pagi dia harus bangun untuk memasak. Kuat sekali dia. Nampak jelas wajah sembab dan lelah tercetak pada rautnya. Nala selama mengerjakan tugas menangis karena kelelahan. Definisi lelah tapi tak boleh menyerah. Semua harus dikerjakan, bukan malah ditinggalkan.

Getaran ponsel mengalihkan perhatian Nala, ia segera membuka dan membaca pesan-pesan yang terpampang pada layar ponselnya.

Him 30-10-23, 21.35
: Nala sibuk tidak?

Jantungnya serasa berhenti, nafasnya begitu berat. Mata Nala memanas dan tubuhnya bergetar hebat. Ia tak menyangka bahwa dia menghubunginya lagi setelah kejadian kemarin yang membuatnya luka menelan duri. Rasa tidak ingin membalas, tiba-tiba panggilan suara berdering. Nala semakin bingung harus apa. Di sisi lain dia tidak ingin berbicara dengan dia, di sisi lain hatinya memberontak merindukan orang tersebut.

Dengan terpaksa dia mengangkat teleponnya, dan mengucapkan salam dengan suara bergetar. "Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam, Nala sibuk?" ucap orang yang di sebrang telepon.

"Mengerjakan tugas, ada apa?" jawab Nala.

"Aku temani ya, aku capek butuh kamu, aku pengen denger suara kamu. Maaf untuk kejadian kemarin," kata orang tersebut.

Semudah itu dia mengatakannya? Nala bingung harus merespon apa selain memaafkannya. Bodoh sekali dia, apa tidak ingat dengan kejadian kemarin?

Lalu benaknya tersirat untuk berucap, "aku juga lagi capek, aku butuh teman untuk bercerita. Aku gapapa kan egois demi bisa tertawa?"

"Nala gimana hari ini, ada cerita apa di sekolah?"

Ucapan lelaki itu berhasil senyum Nala tercetak setelah menangis. Rasa lelah tiba-tiba hilang terhempas. Entah mengapa rasanya dari dulu tidak berubah. Istilahnya waktu yang salahkah? Jika memang mereka layak untuk dipersatukan, mengapa harus ada luka di antara mereka?

Tak terasa mereka berbincang-bincang melalui telepon sudah terlalu lama, hingga lupa waktu. Sampai tugas-tugas Nala sudah selesai karena dibantu mengerjakan oleh lelaki itu. Nala merasa masih merasakan getaran cinta yang lama. Tapi di sisi lain, Nala tidak percaya akan itu.

Malam telah larut, waktu menunjukkan pukul setengah dua belas lewat. Lelaki itu menyuruh Nala untuk istirahat, namun telepon tidak dimatikan atau bahasa gaulnya ini sleep call, tapi sayangnya status mereka tidak jelas. Nala menganggap hubungan mereka selesai, namun lelakinya itu menganggap hubungan itu masih berjalan. Lalu dianggap bagaimana hubungan mereka ini?

Nala menuruti apa yang dikatakan lelaki itu, Nala tak kuat hati untuk melawan orang lain, rasanya dia tega, meski berkali-kali ia disakiti olehnya. Lalu apa balasan Nala? Nala menerima kembali orang tersebut.

Terbuat dari apa hatinya itu? Bahkan balasan yang dilakukan oleh Nala tidak sepadan dengan apa yang ia terima.

"Yaudah tidur gih, udah malam juga, selamat malam, Sayang."

Nala menahan rasa sesak nafas dan kembali mengingat kejadian-kejadian yang sudah ia rasakan. Dirinya mulai menyadari, bahwa yang dia lakukan ini sudah melewati apa yang telah direncanakan. Jadi kesimpulannya? Ya, rencananya gagal oleh keegoisannya.

Nala meneteskan air mata, ternyata suara nafasnya yang sesak dan seperti flu namun khas orang menangis. Lelakinya itu menyadari bahwa Nala menangis.

"Sayang, kamu kenapa?" Nala sama sekali tak menggubris suara itu. Kini Nala kembali dihantui oleh perasaan bersalah, aku harus apa?

"Aku mau tidur." Suara Nala terdengar jelas sekali bahwa ia menangis.

Aku terlalu berlebihan jika begini, tapi bagaimana aku harus mengakhiri semua ini? Aku terlalu mencintainya. Nala berucap dalam hati.

***

TBC

Haiiiii, welkombek

Xixixi, akhirnya aku post lagii hehhee, Soo tunggu kelanjutannya yaa untuk update selanjutnya, thank you<3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setitik Asa Untuk Nala (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang