Bab 4 | Apa yang Nala mau?

22 6 0
                                    

Mau dikatakan berapa kali pun, salah tetap salah.

***

Suara kicauan burung di atas pohon depan rumah menghiasi siang hari ini. Cuaca sangatlah cerah. Matahari terpancar tak begitu terik seperti biasanya. Hawa terasa sedikit sejuk karena sepoi-sepoi angin yang berhembus.

Suara sentuhan pisau yang beradu dengan papan kayu terdengar begitu nyaring saat digunakan memotong sayur wortel. Nala asik mengoceh dan Ibu mendengar ocehan Nala dengan nyambi menyiapkan sayur untuk makan siang.

"Tadikan, Bu. Nala disuruh maju ndek depan buat perkenalan. Ternyata Mas Iwan itu nakal, aku di bully," kata Nala bercerita dengan Ibu.

"Terus tadi Nakila juga nyebelin nggak bantuin Nala, capek aku tuh!" Ocehan Nala masih terus berlanjut. Ibu hanya terkekeh geli melihat tingkahnya. Nala terlalu bersemangat untuk bercerita pengalaman pertamanya masuk sekolah.

Hari ini Nala sudah bersekolah di PAUD Tunas Harapan yang dekat dengan rumahnya. Nala adalah tipikal anak yang cerdas, cepat tanggap, dan mudah memahami. Pertama masuk Nala dibuat kesan yang cukup banyak. Salah satunya, usulan dari sepupunya. Iwan adalah sepupunya juga.

Ibu senang mendengar cerita ocehannya. Tadi saat di sekolah, guru Nala berkata, "Nala anaknya diem banget kalau sama temen-temennya."

Ternyata Nala tipe anak yang suka diem di luar. Tapi bisa saja itu masa adaptasi anak saat pertama kali merasakan lingkungan baru bukan?

Masih dengan sibuk menyiapkan sayur, Ibu sesekali menanyakan apakah Nala senang bisa bersekolah? Tentu saja Nala menjawab dengan senang dan gembira.

Nala lebih suka masuk sekolah di sini, tapi dia rindu dengan temannya yang di Surabaya. Semoga nanti bisa ketemu sama mereka.

"Nala capek enggak sekolah?" Ibu bertanya untuk meyakinkan apakah dia mau tetap lanjut sekolah atau tidak. Karena Ibu tidak ingin memaksa Nala untuk bersekolah cepat meski usianya terbilang tua untuk usia anak PAUD.

"Nala seneng, Nala ngga capek," jawab Nala antusias membuat Ibu bernafas lega.

"Sekarang ganti baju, cuci tangan dan kaki, terus istirahat. Ibu masih mau masak sayur sop kesukaanmu," titah Ibu dengan sigap memasukkan sayur ke panci yang sudah mendidih airnya.

"Siap, Bos!" Nala pun merasakan dengan tangan menghormat dan berjalan ke arah kamar mandi belakang dapur.

***

11 tahun kemudian ….

"Ibu itu gak pernah tau perasaan Nala, Ibu taunya cuma nurutin apa yang Ibu mau, Nala capek!" Nala bergegas mengambil sepatu dan pergi berangkat sekolah dengan perasaan gusar dan sedih.

Sekarang Nala sudah duduk di bangku Madrasah Aliyah. Tepatnya kelas X.

Nala segera mengambil motor yang terparkir di teras rumah. Menyalakan mesin dan menancap gas dengan kecepatan rata-rata. Emosi Nala memuncak dan rasa bersalah menghantuinya. Tak seharusnya dia berkata dengan nada seperti itu. Ia merasa sangat bersalah dengan Ibu. Entah apa yang akan dilakukan Nala setelah ini.

Sesampainya di sekolah tepat pukul 06.40 WIB. Syukur belum terlambat. Rasanya sudah dag-dig-dug saat melihat OSIS di depan gerbang.

Setelah memarkirkan motor di halaman belakang, Nala bergegas masuk kelas dan mengambil mukena untuk sholat Dhuha berjamaah di Masjid sekolahnya. Nala terus berdoa dan meminta ampunan kepada Sang Kuasa atas apa yang diperlakukannya beberapa menit yang lalu. Dia merasa sesal dalam dirinya.

Dia menangis namun tak seorang pun peduli karena Nala sama sekali belum mendapatkan satu teman pun di sekolah ini. Sangat miris.

Selepas sholat dan membaca surat Al-Waqiah semua kembali ke kelas dengan berbondong-bondong. Nala berjalan menyusuri jalan dengan menundukkan kepala. Pening yang dia rasakan membuatnya tak bisa berpikir jernih. Dia hanya ingin mencari cara bagaimana untuk meminta maaf kepada Ibunya.

***

TBC!

Hai, gimana dengan part keempat? Sudah penasaran dengan kelanjutannya?

Jangan vote, komen, dan share ya teman-teman semuaa, satu dukungan dari kalian sangat berharga bagi sayaa, terima kasihhh, kritik dan saran sangat kupersilakan!

Jangan lupa mampir diigku @_aisss.nrhmfdl

See U!

#pensi #pensivol6 #eventpensi #eventwriting #teorikatapublishing #25dayschallenge

Setitik Asa Untuk Nala (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang