Scoups menepikan mobilnya pada sebuah kedai kopi. Pada akhirnya ia tidak benar-benar menuju apartemen milik kakaknya, karena ia tahu kakaknya sedang berada di Daegu untuk mengunjungi orang tua mereka.
"hahhhh sial! aku hanya ingin melihatnya sebentar saja tidak masalah kan?" gerutu Scoups pada dirinya sendiri, ia sudah hampir gila sendiri karena akhir-akhir ini fokusnya jadi bertambah karena mengingat wajah yuna, gadis yang sudah berhasil mencuri perhatiannya.
"terserah sajalah, aku akan pergi dengan cepat setelah melihatnya" ucap Scoups frustasi sambil melepas seatbeltnya.
Ia turun dari mobilnya dengan wajah yang tertutup masker, memakai topi dan tidak lupa coat besar yang sepertinya berhasil menutupi identitasnya saat ini. Ia masuk ke dalam kedai dan mendapati Yuna yang sedang berdiri di balik mesin kasir. Scoups tersenyum di balik maskernya, senyum yang diharapkan langsung ia lihat saat memasuki kedai kopi. Tapi sesaat kemudian ia kembali gugup, ia tak tahu harus mengatakan apa jika ia berhadapan dengan Yuna nanti. Katakanlah ia baru dalam hal menyukai seseorang seperti ini.
"Silahkan, ingin pesan apa?" ucap yuna dengan senyum ramahnya ketika Scoups sudah di hadapan gadis tersebut.
"hai ... ingat aku?" bukannya menjawab pertanyaan Yuna, Scoups malah menurunkan maskernya sedikit agar Yuna bisa melihat wajahnya.
"ahh bagaimana ini?" Yuna menepuk dahinya dan langsung memasang wajah menyesalnya ketika ia melihat wajah orang di hadapannya. Scoups ikut panik seketika dan menaikkan maskernya kembali, ia takut ternyata Yuna tahu identitasnya yang sebenarnya.
"aku tidak membawa coat milikmu, bagaimana ini? kau membutuhkannya sekarang ya?" ternyata apa yang di khawatirkan Scoups tidak terjadi, gadis itu hanya mengkhawatirkaan coat milik Scoups.
"kkkkkkk~" tawa Scoups terdengar oleh Yuna, lalu gadis itu seketika mengerutkan keningnya sambil menatap ke arah Scoups.
"tenang saja, aku datang kemari bukan ingin meminta coat ku, aku hanya ingin membeli kopi, bisa kau rekomendasikan kopi apa yang menurut mu enak?" Yuna diam sejenak, otaknya masih mencerna apa yang laki-laki di depannya katakan, namun seketika ia tersadar kembali dan mengangguk perlahan sambil tersenyum.
"maafkan aku, seharuskan katakan padaku jika kau ingin berkunjung hari ini, mungkin aku bisa bawakan coat mu hari ini." sesal Yuna.
"it's okay, kapan-kapan saja, jadi apa rekomendasi mu?" ucap Scoups kembali ke topik utama pembicaraan, yaitu kopi.
"hmm, bagaimana dengan vanilla latte atau espresso?" ucap Yuna memberi pilihan.
"Vanilla latte mungkin, aku belum pernah mencobanya sepertinya?" jawab Scoups kemudian di balas anggukan oleh Yuna.
"akan ku buatkan dengan menu rahasia yang mungkin tidak akan kau temui lagi di kedai kopi manapun" ucap Yuna dengan percaya diri, Scoups hanya terpana melihat senyum manis gadis yang ada di depannya. Moodnya yang tadi sempat menurun, seketika terisi penuh hanya dengan melihat Yuna tersenyum di depannya. 'bisakah aku melihatnya setiap saat?' ungkap Scoups dalam hati dengan senyum yang belum luntur dari wajahnya.
Malam ini kedai tidak begitu ramai seperti malam-malam biasanya, mungkin karena hujan malam ini yang membuat sebagian orang enggan meninggalkan rumah hanya untuk berkeliling. Tapi itu jadi kesenangan tersendiri untuk Scoups, ia jadi bebas membuka masker dan topinya tanpa harus takut ada yang mengenalinya.
"ini silahkan di cicipi." ucap Yuna sambil meletakkan segelas kopi pada meja di hadapan Scoups.
"terima kasih" Yuna gugup menunggu tanggapan dari Scoups tentang kopi yang baru saja ia buat, tangannya terlihat menyatu didepan dadanya. Menunggu dengan cemas sambil terus melihat ke arah Scoups yang belum juga memberikan tanggapan apapun.
"tidak enak ya? mau aku buatkan yang lain saja?" tawar Yuna yang langsung di balas gelengan kepala oleh Scoups.
"ini sangat enak, aku sampai bingung harus mengatakan kata apalagi karena ini terlalu enak" Ok ini mungkin terlalu berlebihan, tapi Scoups benar-benar suka dengan apa yang baru saja Yuna sajikan untuknya.
"syukurlah kalau kau menyukainya."
"kurasa aku akan kecanduan dengan kopi buatan mu, bagaimana jika kau tidak ada di kedai dan aku sangat ingin kopi buatan mu? wahhhh sepertinya akan merepotkan" ucap Scoups dengan wajah bingung sambil mengerucutkan bibirnya, Yuna yang melihatnya seketika terkekeh pelan karena pemandangan lucu di hadapannya.
"kau punya nomor telpon ku kan? aku bisa membuatkannya untuk mu, tapi tentu saja itu tidak gratis ya" ucap Yuna sambil tertawa.
Bagai gayung bersambut, ucapan Scoups mendapatkan respon tidak terduga dari Yuna.
"ok aku akan langsung menelepon mu jika aku ingin kopi, aku bisa menelepon mu kapan pun kan?" goda Scoups sambil menatap Yuna dengan tersenyum lebar.
Yuna terkejut dengan mulut yang menganga mendengar ucapan Scoups, tapi sedetik kemudian ia menghela nafas mengiyakan ucapan Scoups meskipun ia tak tahu pria itu bersungguh-sungguh atau tidak dengan ucapannya.
"kkkkk~ nantikan telepon dari ku ya.."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side ✔️
Fiksi PenggemarScoups Seventeen, siapa yang tak kenal dengan leader satu ini. Ia di kenal dengan sosok yang tegas dan berwibawa di atas panggung. para anggota yang lain pun menghormatinya sebagai pemimpin. Karena jika ia sudah berucap para anggotanya yang lain ti...