Beberapa bulan telah berlalu sejak kepindahan Dian, semuanya berjalan seperti biasa. Kedua geng itu masih saja bermusuhan bahkan makin memanas, selain itu Dian juga mulai dekat dengan Lian dan mengetahui Lian adalah adik Bagas disaat keduanya sedang pergi bersama ke toko buku dan tak sengaja bertemu dengan Bagas yang tengah berjalan bersama geng nya menuju tongkrongan kopi langganan mereka. Dian juga diam-diam menyimpan rasa kepada adik temannya itu, namun ia memilih memendamnya saja sebab Dian merasa bahwa cinta nya bertepuk sebelah tangan.
Lian memperlakukan Dian dengan sangat baik, hubungan keduanya sangat dekat berbanding terbalik dengan Bagas dan bagus yang makin menjadi rival. Hari ini bagus tengah duduk di taman sekolah seorang diri terlihat beberapa buku dan juga lembaran kertas tergeletak di hadapannya. Rupanya bagus tengah fokus mengerjakan tugas-tugasnya yang kini menumpuk, lembar demi lembar ia baca Bagus nampak lelah dengan semua tugasnya itu, namun ia tak ingin bermalas malasan dan kembali melanjutkan tugasnya. Di tengah kesibukan nya tersebut Bagas dari kejauhan berjalan pelan mendekati bagus, sangking fokusnya ia tak menyadari kedatangan rivalnya itu.
"Woy, sendirian aja lu. Temen-temen lu pada kemana" tanya Bagas yang kini tengah duduk dihadapan bagus, ia sesekali membuka buka buku dan juga lembaran tugas milik bagus yang terlihat berantakan sekali. Ia mengecek satu persatu buku itu dan melemparkannya begitu saja, bagus yang mulai geram dengan tingkah Bagas menjitak cukup keras dahi pria berbadan bongsor itu dengan pulpen yang tengah ia pegang saat ini.
"Mending lu pergi Sono, jangan ganggu gua. Gua lagi sibuk" bagus merapikan buku-bukunya mencoba menjauhkan semua barangnya dari Bagas. Bagas mengusap-usap dahinya yang memerah namun ia tak menyerah segera ditariknya buku-buku yang tengah bagus rapikan itu. Bagas tersenyum licik kearah rivalnya tersebut membuat bagus makin kesal dan juga menarik lebih kencang berusaha mengambil bukunya yang tengah berusaha di ambil oleh Bagas. Keduanya saling berebut
"Lepasin buku gua" -bagus
"Wekkkk kaga mau..." Ucap Bagas sembari menjulurkan lidahnya mengejek bagus yang nampak makin kesal. Bagas kemudian melepaskan buku itu membuat bagus sedikit hampir terjungkal karena Bagas tiba-tiba melepaskan genggamannya, melihat bagus yang hampir terjungkal membuat Bagas tertawa terbahak-bahak.
"Gas! Gak lucu" bagus memanyunkan bibirnya kesal ia setengah malu dan juga marah, bagus berusaha menutupi wajahnya dengan beberapa buku yang kini ia pegang. Disaat ia tengah menahan malu tiba-tiba Bagas menyodorkan sebotol teh dingin kepada bagus membuat ia kaget dan penuh tanda tanya dengan sikap rivalnya ini.
"Nih buat lu.. gua liat lu keliatan capek, jangan lupa di minum" setelah mengucapkan itu Bagas langsung pergi begitu saja, bagus nampak keheranan entah setan mana yang merasuki rivalnya itu batin bagus. lalu ia pun meminum teh tersebut kebetulan dia memang haus dan lelah
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setelah bagus menyelesaikan tugasnya ia segera menuju ke kelas, sesampainya disana Dian tengah menunggunya terlihat ia ingin mengatakan sesuatu kepada bagus. Dian mendekati bagus lalu menyenggol lengan temannya itu dan mulai berbisik pelan ke telinga bagus "bantu gua dong, gua butuh bantuan lu.. gua mau ajak seseorang buat keluar malam ini, rekomen tempat yang bagus buat ngedate dong" setelah mengucapkan hal itu bagus kaget ia tak menyangka Dian sudah memiliki seseorang yang ia sukai di sekolah ini, bagus penasaran siapa yang akan di ajak Dian pergi kencan malam ini
"Lu mau keluar Ama siapa? Lu kok gak cerita sih kalau lagi dekat sama seseorang"
"Ada deh pokoknya bantuin gua cari tempat yang bagus. Kalau gua udah fiks jadian Ama dia entar lu gua kabarin kok"
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY(X)FRIEND [OHMNANON]
Teen FictionBagas : "Jika Kita bukan Musuh, Apa menurut Lu kita bisa berteman?" Bagus : "kenapa? Lu Mau Jadi Temen Gua?" Bagas : "Nggak!"