*POV Bagas
Gua Bagas anak 5 tahun yang terkenal Badung di perkomplekan ini beberapa orang disini banyak yang mengenal gua, selain keluarga gua pemilik toko bangunan yang lumayan terkenal di sekitar sini gua juga di kenal sebagai anak yang nakal dan banyak tingkah. Setiap hari gua selalu bikin kegaduhan, entah ketahuan nyolong rambutan tetangga gua, entah ketahuan lagi ngusilin temen sebaya gua dan banyak lagi lah. Awal mulanya semua berjalan dengan baik, gua happy dengan hidup gua yang penuh kenakalan ini hingga suatu saat kedatangan bocah "berlesung pipi' itu ada di hidup gua, ngebuat hidup gua yang awalnya damai menjadi bencana.
Hari itu gua lagi asik main bareng Lian di depan rumah hingga tiba-tiba sebuah truk besar mengangkut beberapa barang-barang lewat didepanku menuju rumah kosong yang berada disamping rumahku. Sudah cukup lama rumah itu kosong tapi kedatangan keluarga kecil itu membuatku merasa tidak nyaman, awal mula persaingan itu dimulai. Gua mengawasi dari kejauhan terlihat mobil sedan melintas didepan rumahku dan mengikuti truk besar itu. Keluar seorang bocah kecil yang asing bagiku, "siapa bocah itu?" Batin gua. Bocah lesung pipi itu perlahan berjalan menuju rumah kosong tersebut dia duduk di taman kecil yang berada dirumahnya. Gua memperhatikan dia tengah melamun sendirian di bangku tamannya, terlihat sedang sedih.
"Kak Bagas... Itu ada temen baru, kita aja main yuk" tiba-tiba Lian menyadari kedatangan mereka dan berlari begitu saja menuju rumah bocah itu. Gua yang masih fokus mengamati bocah itu tanpa sadar Adek gua Lian udah lari gitu aja menghampirinya, gua langsung ngejar Lian. Sesampainya disana Lian langsung mengajak bocah itu mengobrol dan bermain gua mencoba mengajak Lian pulang tapi adek gua satu ini jauh lebih keras kepala dari gua. Lian malah asik bermain boneka bersama bocah itu, gua hanya melihati mereka yang sedang asik bermain. Gua tatap dengan sinis bocah itu "nama lu siapa?" Tanya gua dan bocah lesung pipi itu menjawab dan membalas sinis tatapan gua. Sepertinya dia sadar sedari tadi gua mengawasinya dengan tatapan yang kurang mengenakan "bagus" jawabnya ketus.
"Kak bagus baru pindah kesini ya? Ayo main kerumah Lian kak" tiba-tiba Lian nyeletuk begitu dan bagus cuma geleng-geleng saja. Lian terus memaksa dan bagus tetap kekeh menolaknya. Gua tarik paksa tangan Lian mengajaknya pulang namun Lian terus melawan hingga terdengar suara ayah kami dari seberang sana. Teriakannya cukup keras membuat kami bertiga kaget "BAGAS!!LIAN!! SINI CEPAT PULANG,NGAPAIN KALIAN MAIN DISANA"
Mendengar teriakan ayah gua dan Lian langsung lari pulang kerumah, dan bagus hanya diam di tempatnya. Ketika gua Sampek dirumah ayah memarahi kamu habis-habisan, dan disaat itu juga gua sedikit mengintip kearah rumah bagus disana gua ngeliat bagus juga tengah di marahi kedua orang tuanya yang tadi sibuk membereskan barang-barang mereka yang berdatangan. Bagus hanya terdiam dan tertunduk ketika kedua orang tuanya sedang memarahinya gua rasa dia gak berani untuk ngelawan.
"Maafin Bagas yah, ini salah Bagas gak jaga Lian dengan baik. Sampek ahkirnya Lian lari kesana" jelas gua ke ayah. Ayah terlihat masih kesal tapi setelah mendengar penjelasan gua amarah ayah sedikit mereda. "ya sudah kalian cepet masuk, ayah peringatkan sekali lagi jangan pernah main dengan anak tetangga itu" ayah terus saja melarang kami untuk tidak bermain dengan bagus. Awalnya gua bingung kenapa ayah begitu tidak suka jika kami berteman dengan bagus, tapi ya sudahlah yang penting masalah ini cepat selesai.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Malam harinya gua keluar sebentar untuk membuang sampah didepan rumah, saat gua berjalan menuju bak sampah depan rumah gua melihat bagus juga tengah berada disana, oh ya tempat sampah kami bersebelahan. Gua berusaha tak menghiraukan keberadaanya dan saat kami saling berhadapan tiba-tiba bagus berkata "jangan pernah datang ke rumah gua lagi" jawabnya jutek gua yang merasa sedikit kesal itu membalas ucapannya "menurut lu gua mau datang kesana? Kalau gak gegara Lian yang lari ke rumah lu gua juga gak bakal mau kesana" tegas gua. Namun bagus terlihat tidak perduli dengan penjelasan gua itu yang ngebuat gua makin kesel. Kami berdua ahkirnya menutup pembicaraan sampai disitu dan kembali kerumah masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY(X)FRIEND [OHMNANON]
أدب المراهقينBagas : "Jika Kita bukan Musuh, Apa menurut Lu kita bisa berteman?" Bagus : "kenapa? Lu Mau Jadi Temen Gua?" Bagas : "Nggak!"