1

201 13 0
                                    


"Nanti kalo udah gede, kita nikah ya!"

"Eung!"

.

.

.

"YUNHOOOOOOO!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"YUNHOOOOOOO!!!"

"Jangan ada yang bangunin gue, ini pasti mimpi. Please.. ini mimpi.." gumam Yunho.

"YUNHOOOO, AYO NGOBROL!!!"

BRAK!

Yunho terperanjat dari kasur dan jatuh terduduk menatap lelah ke arah perempuan yang ia nikahi kemarin. Lebih tepatnya dijebak ke kehidupan pernikahan yang sama sekali tidak terbayang oleh Yunho.

Perlu Yunho sadari berkali-kali bahwa Jung Woohee adalah adik kembar Wooyoung yang di mana wajah mereka identik namun perempuan itu sedikit lebih boyish.

Laki-laki yang baru saja melepas masa lajangnya itu menggelengkan kepala, terbayang senyuman getir Wooyoung di deretan keluarga mempelai wanita sangat membekas diingatan Yunho.

"Gue beneran minta maaf.." sambut suara Woohee di depan pintu.

" sambut suara Woohee di depan pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo buat perjanjian," ajaknya.

"Lo tau gue punya pacar.."

Woohee pikir ia takkan melunak saat Yunho terlihat sangat panik sewaktu di altar, nyatanya ia merasa seperti mengambil masa depan yang Yunho tata sebaik mungkin, contohnya tidak dengan menikahi sahabatnya sendiri.

"Gue harus bilang apa sama dia?" Nada suara Yunho semakin meninggi.

Woohee terdiam cukup lama, Yunho kini sudah berdiri menatap tegas ke arah istri sah -meski terpaksa faktanya memang mereka sah secara agama dan negara.-

"Gue tau kita udah temenan puluhan tahun, tapi tindakan lo kemarin udah kelewatan batas."

"Makanya ayo buat perjanjian."

.

.

.

"Mempelai wanita memasuki ruangan.."

Tepukan tangan meriah tidak membuat Woohee tersenyum lebar, mengingat sepuluh menit yang lalu pacarnya yang akan menjadi mempelai pria tidak ada kabar sama sekali.

Ketika berada di altar, Woohee memejamkan mata, hanya ada bayangan Yunho tersenyum diingatan terakhirnya. Matanya menatap bersalah ke arah Yunho yang berada di ujung menuju altar, diiringi oleh ayah Yunho yang berjalan sama canggungnya.

Normalnya pernikahan adalah mempelai pria menunggu mempelai wanita di atas altar, namun mereka berbeda.

"Gue yang milih lo dan gue minta maaf," bisik Woohee ketika mereka siap mengucap sumpah.

.

.

.

"Gue minta pemisahan harta, pisah kamar, kita hidup sebagai teman kayak biasa, gue bebas ketemu pacar gue, jangan kasih tau pacar gue kalo kita nikah, selesain masalah masing-masing dan jangan ikut campur."

Pena yang dipegang Woohee mengambang di atas kertas kosong.

"Lo tulis aja sendiri nanti biar gue yang serahin ke Notaris terkait pemisahan harta, sisanya buat surat bawah tangan."

Mereka menyelesaikan kontrak pernikahan yang entah berlaku sampai kapan. Anehnya mereka tidak menentukan di usia pernikahan ke berapa akan bercerai. Yunho sendiri yakin tidak akan serius dalam pernikahan ini dan menganggap dirinya dan Woohee hanya sebatas teman serumah.

"Berhubung ini rumah warisan dari ayah gue, lo ga boleh bawa cewe lain ke sini," ucap Woohee.

"Sebaliknya, lo ga boleh bawa cowo. Bukannya apa, ini masalah moral biar tetangga ga curiga."

Woohee mengangguk setuju, "ada lagi?"

Yunho mendekat, "kalo ketemu sama pacar lo yang anjing itu, titip bogem mukanya."

"Tenang aja, gue hancurin masa depannya yang 'kecil' itu."

sine qua non | jeong yunho ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang