Notes: hai, hbd lunaa (orang gila ngucapin sendiri), anyways makasih semua ucapannya di X. Ultah pas april fools, no wonder that i am a fool for bluesy (eee bisa aja, lun!)
5.
Lift terbuka dan tau-tau Bergas melihat satu sosok familiar.
Ethan.
Laki-laki itu sedang melangkah keluar dari mobilnya yang diparkir tak jauh dari ruang lift, dan sebelum Ethan sadar, Bergas menarik tangan Airin dan mengajaknya berjalan cepat.
"Eh eh mas, mas!" Airin terhuyung hendak jatuh.
"Ada Ethan." Ujarnya singkat.
"Hah?" Airin reflek menutupi wajahnya, ia menyamakan langkah dengan langkah lebar Bergas dan tubuhnya masuk kedalam rangkulan atasannya itu sampai mereka berada dideretan banyak mobil baru Airin melepaskan diri dan bersembunyi diantara mobil-mobil itu.
"Udah jauh, Ethan juga udah masuk kearah ruang lift." Ujar Bergas, "buruan kesini, mobilnya disana tuh." Ia menunjuk SUV hitamnya yang berada diseberang gedung.
"Untuuung aja kita lebih cepet sepersekian detik ya." Airin mengelus dadanya, "jantungan sih kalo sampe pindah sini, bisa kucing-kucingan sama pak Ethan mulu."
Bergas melirik kearah Airin yang menyisir rambut panjang lurusnya kearah belakang.
Bener juga. Batinnya.
~~
"Lho? Ega kenapa kesini?" tanya Dewi saat membukakan pintu depan.
Bergas mengangkat alisnya, "kan tadi papa suruh Ega datang untuk ketemu ketua." Jawab Bergas, "Airin juga ditelfon papanya."
"Tetua! Iya tapi kan udah selesai, Tetuanya baru aja pulang dan mama baru aja mau telepon kamu buat kasih kabar soal tanggal."
Bergas menoleh kearah Airin yang juga bingung.
"Ga perlu ketemu sama kita?" tanya Airin.
"Tadinya mama pikir perlu, tapi si Tetua juga buru-buru, dan beliau bilang ga perlu ketemu calon manten." Jelas Dewi.
"Ga ada yang bilang ke kita kalo kita ga perlu dateng." Ujar Bergas.
"Mama udah bilang sama papa suruh chat kamu kalo Tetuanya ga bisa lama-lama." Jawab Dewi, "Airin, sini masuk, nak, duh cantiknya calon mantu mama." Dewi tersenyum manis menyambut Airin.
"Papa lupa... sorry ya." Sahut Arton dari dalam, didalam suaranya tak terdengar nada bersalah. Rumah orang tua Bergas berada dikawasan mewah ibukota, rumahnya juga cukup besar, terdiri dari dua lantai dengan satu basement untuk parkir empat mobil mewah milik Arton dan Dewi.
"Terus ini ga jadi nih?" Bergas duduk di kursi ruang tengah dengan santai.
Airin melirik canggung, ia melihat sisi lain atasannya yang biasanya kaku. Meskipun sekarang juga Bergas ga lantas santai dan cengengesan tapi ia melihat laki-laki itu duduk santai bersandar di sofa besar rumah itu saja sudah merupakan pemandangan asing.
"Ya udah disini dulu aja, mama jelasin ke kalian pilihan tanggalnya, tadinya tuh mama mau diskusi sama papanya Airin dulu, tapi ya udah deh kalian udah terlanjur kesini.
"Makan malam disini aja, papa bisa pesenin kalian makanan enak," ujar Arton, "Ga, papa udah bisa lho pake gofood." Pamernya.
"Oya? Mana coba, buktiin." Bergas berujar santai.
"Oke, nih ya, kita pesen... apa nih enaknya, Airin mau makan apa, nak?" Arton duduk tak jauh dari Airin.
"Apa ya..." ia melihat kearah Bergas yang sibuk melihat ponsel, dan Airin yang dari kecil selalu diajarkan untuk tidak berkata terserah jadi betul-betul berpikir, "Ehm, kalo malem gini enaknya sate, oom—Papa Arton suka sate ga?"
YOU ARE READING
Culdesac
RomanceCul•De•Sac (kəl-di-ˈsak) n. - jalan buntu Perjodohan paling realistis! Sebagai seorang anak perempuan tunggal yang sangat dekat dengan sang ibu, Airin Jelita hanya tau bekerja dan bekerja sepeninggalan sang ibu. Namun sebagai anak yang penurut, Ia t...