Notes: sesuai janji, part 2 up hari ini~ eh yang, gue udah siapin rangka cerita sampe akhir, tp mumpung masih awal dari 1-5 mendingan level konflik seberapa nih?2.
"Selamat pagi, bu Airin nanti ada rakor (rapat koordinasi-Auth) jam 10 di ruang meeting 5, bu Stella minta ibu menghadap sekitar jam 11, apa ibu bisa?" Emil, salah satu sekretaris direksi muncul diruangan Airin pagi itu.
"Soal apa ya ya, Mil?" tanya Airin.
"Kayanya soal budget promosi yang kemarin ibu permasalahkan deh. Soalnya seluruh GM hotel sedang dipanggil juga bu, soal laporan pertanggung jawaban semester dua."
"Oh... iya saya harus maju soal itu sih," gumam Airin.
"Sedenger saya sih ditolak bu."
Airin menggeram, rasanya ia ingin marah pada si direktur keuangan, "ada siapa aja nanti?"
"Seluruh direksi hadir bu, termasuk pak Bergas."
Sakit perut Airin, baru dua hari yang lalu, di Sabtu siang ia bertemu dalam usaha perjodohannya dengan Bergas di Kembang Seruni. "Oke."
Jam 10 kurang sedikit, perempuan tinggi, dengan wajah tegas, sedikit galak, berjalan cepat menuju ruang rapat 5 dilantai 5, stilettonya mengetuk lantai marmer mahal, setelah jas rapih dan celana palazzo sewarna membuat siluetnya lebih panjang lagi. Pulasan diwajahnya rapih dan terukur.
"Nah, ini Airin udah datang." Ujar pak Azam, salah satu direksi.
"Ada masalah apa sih, Rin?" tanya Stella, direktur keuangan perusahaan tempat Airin bekerja mengangkat alisnya, wajahnya selalu meremehkan Airin yang cantik.
"Ada beberapa poin yang mau saya tanyakan ke ibu." Airin merujuk kearah Stella yang umurnya sepantaran Airin, tapi beginilah kultur kantoran. "yang pertama, seperti yang sudah saya sampaikan dalam surat saya bahwa kami dari divisi marketing keberatan jika biaya marketing dipotong lagi. Pembiayaan keseluruhan pemasaran mulai dari digital hingga non-digital sehatnya berada dikisaran 10-15% dari revenue, tapi kami sudah mengalami pemotongan hingga tersisa 8% aja bu, dampaknya cukup besar untuk perusahaan jika dipotong lagi."
"Dampaknya apa tuh?" Stella bersandar santai melihat Airin sudah hampir meledak.
"Pemangkasan program pemasaran lagi, mungkin harus berkurang 2-3 program, dan saya ga bisa lagi mengalokasikan untuk event besar, atau event barter." Jelas Airin.
"Oke, itu poin pertama kan? Terus yang kedua apa?"
"Insentif tim saya." Ujar Airin, sebagai seorang Senior Marketing Manager di anak perusahaan dari Holding Company sekelas Royal Gumilang Group yang merupakan jaringan hotel dan resort mewah, Airin membawahi sekurangnya 20 orang marketing baik level manager maupun staff. "Saya pribadi telah menghilangkan insentif dari gaji saya, tapi insentif ini sifatnya wajib bagi marketing terutama dilevel staff."
"Kan ga saya hilangkan insentif tim kamu?"
"Iya, tapi persentasenya dikurangi lagi bu... dan yang terakhir tanpa ada pemberitahuan ke saya dulu."
Stella mengangkat bahu, "tau sendiri direktur marketing posisinya lagi kosong, jadi saya diskusikan dengan direksi lain aja."
Airin menghela nafas, ia menahan diri untuk berdebat, apalagi dengan seorang direktur keuangan yang pasti hanya akan menambah masalah untuknya dimasa depan.
"Airin," seluruh ruangan terdiam, kepala tertuju pada seseorang yang dari tadi duduk diam diujung kepala meja, yang lupa Airin sapa, sang Direktur Utama PT. Royal Gumilang Hospitality, Bergas Judhistira, "boleh saya lihat blueprint program kamu selama satu tahun?"
YOU ARE READING
Culdesac
عاطفيةCul•De•Sac (kəl-di-ˈsak) n. - jalan buntu Perjodohan paling realistis! Sebagai seorang anak perempuan tunggal yang sangat dekat dengan sang ibu, Airin Jelita hanya tau bekerja dan bekerja sepeninggalan sang ibu. Namun sebagai anak yang penurut, Ia t...