Zee Pruk Panich itu jika dibayangkan dengan sesuatu yang indah, dia adalah sebuah kesempurnaan. Wajah tampan yang terbalut dengan sepasang mata tajam begitu sempurna dengan hidung mancung yang menggoda hingga bibir sedikit tebalnya yang membuat siapa saja ingin mengecap.
Zee Pruk Panich itu bagai seorang dewa yang memiliki segalanya. Kekayaan yang melimpah sebagai takdirnya, bahkan tidak membuatnya menjadi bocah brengsek yang bermain dengan jalang apalagi bertindak sesukanya.
Selama ini dia selalu menjadi bocah mandiri, dididik begitu keras oleh orangtuanya agar hidup mandiri dan harus bisa memantaskan diri sebagai penerus perusahaan besar yang selama ini ayahnya bangun.
Hidupnya memanglah monoton, merasa kehidupan sehari-harinya hanyalah sebuah rutinitas yang memang harus dijalani. Hingga setelah kelulusannya dinegeri antah berantah yang jauh dari orangtuanya telah usai, saat dirinya pertama kali menginjakkan kaki diperusahaan ayahnya dengan wajah bingung karena dirinya kesana seorang diri, bermodal memberi kejutan untuk ayahnya bahwa dia sudah lulus lebih cepat dari waktunya dan kini dia sudah kembali ketanah kelahirannya.
Namun bodohnya, Zee Pruk lupa jika dirinya belum pernah ke perusahaan ayahnya, pandangannya bergerak bingung sekedar menimbang-nimbang sebaiknya dia pulang ke rumah saja atau nekat masuk kedalam perusahaan.
Hingga sebuah sapaan yang begitu halus menyapanya sembari memberikan senyum yang membuat si bocah Panich detik itu juga terpesona.
Ya. Siapa lagi jika bukan seorang pria tua bermarga Chawarin yang bisa menyadari keberadaan Zee Pruk yang berdiri bingung diantara lalu lalang sibuknya orang-orang yang keluar masuk dilobby perusahaan.
"Kau tersesat?"
Zee Pruk mengerjab, masih begitu terpesona dengan manusia luar biasa cantik dimatanya.
"Aku ingin bertemu dengan ayahku." Jawab Zee Pruk sekenanya.
"Ayahmu?" Dahi Nu New berkerut bingung.
Zee Pruk mengangguk pelan membenarkan.
"Siapa namanya? Dan dia bekerja di divisi mana? Mungkin aku bisa membantumu, meski seharusnya dijam kerja tidaklah boleh menerima tamu dari luar pekerjaan."
Zee Pruk menggeleng pelan sembari tersenyum begitu tampan.
"Tidak perlu, sepertinya aku akan menunggunya saja atau aku akan pulang saja."
"Kenapa? Bukankah kau sudah disini?" Mata bulatnya menatap Zee Pruk begitu manis.
"Sebenarnya aku hanya ingin memberi kejutan bahwa aku telah pulang dan lulus lebih cepat dari seharusnya, tapi anda benar mungkin saja ayahku sedang sibuk, jadi lebih baik aku menunggunya dirumah saja."
"Apa kau yakin?"
Zee Pruk mengangguk yakin sembari memperhatikan kerutan didahi Nu New yang menandakan dia tak puas dengan keputusan Zee Pruk.
Zee Pruk mengulum senyum, merasa begitu tersanjung ada orang asing yang mau repot-repot peduli padanya padahal dia yakin pria cantik ini bahkan tidak tau bahwa dia adalah anak si pemilik perusahaan. Karena bisa dilihat bagaimana orang-orang lain begitu acuh tanpa mau peduli dirinya yang terlihat kebingungan sendiri tadi, hanya karena penampilannya yang terlampau santai seperti anak ingusan yang tersesat di tempat yang salah.
![](https://img.wattpad.com/cover/345711473-288-k329290.jpg)