Happy Reading...
Gelap menyapa, waktu bergulir menyisakan hari – hari yang sama, yang terus berulang lagi dan lagi. Hingga tepat tiga bulan dimana seorang turunan Panich masih sama, menjadi pecinta sosok pria Chawarin yang masih gentar membuat dinding kokoh antara keduanya.
Ini musim gugur, menyisakan dahan yang mulai berguguran saat dingin semakin mencekik sekitar.
Dan ini masih di musim gugur, kala pemuda Panich masih mencoba bertahan untuk serpihan hatinya.
Ini musim gugur, menyisakan dahan yang mulai berguguran saat dingin semakin mencekik sekitar.
Dan ini masih di musim gugur, kala pemuda Panich masih mencoba bertahan untuk serpihan hatinya.
Ya, ini masih dimusim gugur, seperti namanya ini akan segera gugur.
Luke Panich berdehem sejenak saat hidangan utama telah usai, menampilkan suguhan manis yang menggiurkan lidah yang kini berganti. Netranya menatap sosok pemuda dengan garis rahang yang perlahan mirip sekali dengan dirinya, kedua mata tajamnya yang semakin diperhatikan begitu mirip istrinya Davika Panich, dan siapa lagi? Jika bukan seorang Zee Pruk Panich yang begitu dia sayangi.
"Zee, kapan kau segera siap membantu ayah mengurusi perusahaan?"
Zee Pruk mengangkat wajahnya yang sedang hikmat melahap hidangan penutupnya.
"Hmm sebentar lagi?"
Bahkan pendar gelisah Zee Pruk dapat dengan jelas dibaca olehnya.
"Kenapa sebentar lagi?"
"Hmm, masih ada beberapa hal yang belum aku pahami, beri waktu sedikit lagi." Jawab Zee Pruk sembari tersenyum tipis kearah ayahnya.
"Kau belum berhasil kan? Nu New masih sama, menjaga jarak."
Seketika membuat Zee Pruk terpaku, menatap Luke Panich dengan pandangan gugup.
"Seberapa besar Zee?__"
"__Seberapa besar kau mencintai kepala manajer keuanganku itu?"
Menjadikan lidah Zee Pruk mendadak kelu, bukan__
Ini bukan tentang hati Zee Pruk yang mulai meragu, namun dirinya tau kali ini ayahnya meminta penjelasan.
"Aku tidak tau sebesar apa ayah, yang aku tau hanya dia si pria tua berumur tiga puluh lima yang menjadikan hidupku punya arah tujuan. Dan tujuanku adalah dia."
"Dan jika tujuan hidupnya bukanlah dirimu lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Merelakan, karena aku tau perasaanku mungkin tidak akan seegois itu."
Menjadikan Luke Panich terlampau paham, anaknya tidaklah senaif itu tentang percintaan.