Chapter 08

163 18 3
                                    


Happy Reading...

Helaan nafas terdengar, bahkan ini masih begitu pagi namun sosok pemuda Panich sudah duduk manis di depan meja kerjanya.

Bedanya dari pagi sebelumnya adalah senyum terlampau bahagia yang terukir di wajah tampannya sangat Nu New tau itu karena dirinya. Dan ia pun sadar bukan jalan yang tepat untuk mundur sekarang, karena bagaimanapun Nu New mengakui bahwa senyum persegi itulah yang kini selalu ingin ia lihat pada wajah tampan si pemuda Panich.


"Selamat pagi sayang." Suara riangnya menggema pada seluruh ruang kerjanya hingga tanpa sadar menghangat pada dasar hatinya.


"Ini masih pagi Zee, jangan berulah. Pekerjaanku menumpuk hari ini."


"Tch, aku hanya ingin menyambutmu." Zee Pruk mendecih sembari bangkit dan melangkah mendekat kearah Nu New berdiri.


"Aku rindu loh." Ucapnya pelan, bahkan netranya mengunci telak pergerakan Nu New.

Dan Nu New pun sadar kedua belah pipinya memanas karena bocah ingusan dihadapannya ini. Menjadikan Nu New berdeham sekedar mengalihkan tatapan dari hazel yang sedari tadi enggan berpaling dari onyxnya.


"Selamat bekerja tuan, nanti siang kita harus lunch bersama untuk merayakan hari jadi kita. Aku mencintaimu."


Dan sapuan hangat pada ranumnya dapat Nu New rasakan, seketika otak pintarnya menjadi kosong dan tanpa ampun hanya bayang Zee Pruk Panich yang memenuhi akalnya. Hingga pada lumatan-lumatan hangat yang membawanya melayang diatas awan lagi – lagi menjadikannya lupa diri, tanpa sadar membalas lumatan dari si bocah Panich serta netranya tertutup demi merasakan tiap sengatan pada sekujur tubuhnya.


Lalu kesadarannya seolah dipaksa bangun saat kecipak basah memenuhi rungunya dan adengan panas bersama bocah Panich malam itu terus berputar didalam memorinya.


"Hah hah hh Z-zeee." Nu New terengah dengan juntaian saliva yang menjuntai pada sudut bibirnya yang sialnya begitu terlihat cantik dimata bocah Panich yang lagi – lagi jatuh pada pesona si tua Chawarin yang kini ada dihadapannya.


"Aku disini sayang." Jemari panjangnya terangkat demi membelai ranum Nu New yang berkilat basah dan membengkak akibat ulahnya. Dan seorang Zee tentu saja merasa begitu bahagia saat semu merah pada kedua pipi pujaan hatinya semakin merambat hingga ditelinganya.


"Z-eeehh"

Kemudian Nu New hanya bisa menghambur pada pelukan hangat si bocah keparatnya, merasa bahagia sekaligus malu saat bayangan adegan panas itu terus berputar dan sialnya ia tau miliknya mulai sedikit menegang.


"J-jangan tinggalkan aku."

Lalu Zee Pruk bisa apa ketika seluruh dunianya meminta dirinya selain menyerahkan diri seutuhnya hanya sekedar kembali jatuh pada seorang pria tua bermarga Chawarin yang begitu ia gilai.

Bibirnya perlahan mengecup leher putih Nu New, memberi sapuan lembut yang seketika membuat Nu New semakin bergetar, memeluk semakin erat sekedar menyembunyikan wajahnya yang memanas karena malu sekaligus bernafsu. Miliknya keras dan bisa dia rasakan milik Zee Pruk pun mulai mengeras ketika tanpa sengaja bersentuhan dengan tubuhnya.

FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang