7 ; 15

757 132 7
                                    

ᐢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᐢ..ᐢ

"Tidak jadi pergi?"

Suara serak mendominasi ruangan tatkala (Name) memasuki kamar Rayne tanpa izin. Netra cokelat miliknya langsung terpaku pada pemandangan luar biasa yang berada di depannya.

Kemeja putih acak-acakan tembus pandang, suara serak yang seksi, rambut belah tengah bikin (Name) terpanah.

Glek

Ingatkan pada (Name) untuk menarik air liurnya kembali.

Gadis itu memalingkan wajah sejenak, ia bingung harus bereaksi seperti apa. Namun melihat keadaan Rayne, sepertinya pria ini sedang tidak baik-baik saja.

"Jadi, tapi kau bagaimana? Masa aku pergi sendirian tanpa membawa suamiku?" (Name) mengerucutkan bibir sembari berjalan mendekati ranjang Rayne.

Ketika lebih dekat dengan Rayne, tiba-tiba suasana menjadi berbeda. (Name) merasakan suhu tubuh yang berbeda dari biasanya ditambah wajah suaminya sedang pucat pasi.
Sontak tangan (Name) menangkup pipi Rayne, bersentuhan langsung dengan kulit putih yang terasa seperti kobaran api.

"Kau demam, Rayne! Kenapa tidak memberitahuku jika kau sakit? Bagaimana kalau nanti kau kejang karena telat penanganan—"

Belum sempat menyelesaikan perkataan, Rayne sudah terlebih dulu menepis kasar tangan (Name) seraya menatapnya sinis.

"Pergilah."

"A-apa?" Kedua tangan (Name) terkepal erat. Ia turun dari ranjang, menatap Rayne dari bawah.

Rayne memutar bola mata jengah. "Aku tidak butuh bantuanmu."

Suasana terasa hening.

Rayne tak ingin melihat wajah gadis yang tengah bersimpuh di bawahnya, dia juga tidak mau menaruh perasaan simpati pada keluarga Astrone karena nantinya Rayne tahu, simpati yang diberikan akan berbuah sia-sia.

Bungkam menyelimuti keadaan. Hingga jemari Rayne bersentuhan dengan tangan mungil yang menggenggamnya erat.
Pun Rayne langsung menunduk, mendapati (Name) menatapnya terluka.

"Aku akan mengirim surat pada keluargaku dan menunda kepulangan."

"Tidak. Pergilah sekarang."

"Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian. Setelah kau sembuh kita akan pergi ke sana bersama-sama." Putus (Name) bangkit, ia hendak keluar untuk membawakan obat pereda demam.

Namun, sebelum itu sebuah tangan besar menariknya lebih dahulu sehingga (Name) kehilangan keseimbangan dan berakhir jatuh di pelukan Rayne.

Mendadak sekujur tubuh (Name) terasa disengat oleh sesuatu lembut yang terasa familiar. Rasanya seperti ratusan kupu-kupu hinggap di perut dan menggelitik dirinya.

"Ra-Rayne." Cicitnya memejamkan mata.

"Aku baik-baik saja. Kau mencintaiku, 'kan?" Bisik Rayne yang membuat bulu kuduk (Name) berdiri diikuti sensasi geli di telinga.

eleven : rayne amesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang