4 ; 15

1K 153 29
                                    

ᐢ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᐢ..ᐢ

Kening Rayne menyerngit.

Pagi-pagi dia sudah mendengar bunyi bising yang berasal dari dapur.

Sontak, kedua matanya membelalak kaget. Di dalam benaknya Rayne terus berpikir, bagaimana bisa dia teledor sampai tak merasakan ada orang asing yang masuk. Langkah kakinya bergerak cepat, menuju sumber suara di mana alat dapur saling beradu satu sama lain.

Sampai akhirnya Rayne dibuat kaget oleh dapurnya yang berantakan.

"Hai, selamat pagi. Ingin kuberi morning kiss, Rayne?"

Bibir Rayne berkedut pelan.

Dia lupa jika sudah menikah.

Kedua matanya meredup. Padahal ini masih pagi, tapi gadis di depannya memang sangat lihai dalam mencari masalah.

"Keluar dari rumahku. Sekarang juga."

"E-eh? Kenapa? Aku hanya membuat sarapan supaya kau tidak makan sembarangan. Lagipula kita adalah suami istri, sudah sepantasnya aku memasak makanan untukmu!" Protes (Name) dengan tangan yang memegang pisau serta baju berantakan akibat tak memakai celemek.

Haruskah Rayne menjelaskan kesalahan (Name) satu persatu?

"Keluar. Sebelum aku menendangmu." Rayne tetap kukuh pada pendiriannya, ia mendongakkan dagu dan menatap (Name) sinis.

"Mmm! Apa, sih. Buat marah saja. Kemarin aku masak juga tidak kau makan, tau gitu daging nya akan kusimpan." Gerutuk gadis itu menaruh pisau, kemudian mencuci tangan di dalam wastafel.

Ah, benar.

Rayne melupakan sesuatu penting.

Dalam sekali kedipan, kerah baju kotor (Name) tiba-tiba terangkat tinggi sehingga kaki mungil tersebut mengambang. Cengkraman tersebut begitu kuat, sampai bibir gadis itu meringis kesakitan dan membatasi akses oksigen yang masuk ke tubuhnya.

"Gghk, ke-kenapha?" Tanya (Name).

"Kau masih bertanya kesalahanmu? Dasar sampah. Lebih baik kau mati saja. Aku tak bisa membiarkan orang sepertimu berkeliaran di dunia ini." Rayne semakin mengeratkan cengkraman dan membenturkan tubuh (Name) beberapa kali ke tembok dapur.

Suara benturan terdengar nyaring.

Sampai membuat organ dalam (Name) rusak, untuk kedua kalinya.

Ketika belum puas menyiksa istrinya, dia menjatuhkan tubuh mungil tersebut di atas dinginnya lantai keras. Setelah itu, Rayne menginjak punggung (Name) beberapa kali, tak jarang ia melontarkan tatapan benci serta gumaman yang menyuarakan kata.

Mati

"T-tunggu, Rayne. Sakit, tau!"

Namun Rayne tidak peduli.

eleven : rayne amesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang