DELAPAN

64 14 2
                                    

.

.

.

Chapter 8

.

.

.

"..Hali bisa mengerti mama kan?"

Niat hati pergi ke dapur untuk mengambil segelas susu dari dalam kulkas, ia malah berakhir terjebak bersama ibunya di meja makan-mengajaknya membicarakan hal-hal yang membuat kepalanya pening.

Tepatnya saat ia sedang menuangkan susu ke dalam gelas, Amanda datang dan memintanya untuk duduk sebentar, katanya ada yang harus mereka diskusikan.

Dan di sinilah ia sekarang.

"..dia orang yang baik.. mama juga yakin dia mampu memberikan semua yang kalian butuhkan"

Halilintar tercenung. Segelas susu dingin yang ada di depannya belum ia sentuh sama sekali. Ia membatalkan niatnya untuk menghangatkan susu itu ke dalam microwave.

"Dia juga punya dua anak laki-laki, seumuranmu dan adik-adikmu. Kalian akan sama-sama punya teman untuk bermain-"

"..boleh aku tidur? Aku capek."

Sekarang pukul sebelas malam. Amanda yang baru saja kembali setelah seharian menghilang, kini tiba-tiba mengajaknya mengobrol soal "menikah lagi" saat Halilintar harus sekolah besok.

Padahal hari ini putranya pulang terlambat karena mengikuti simulasi ujian. Tapi apa Amanda tahu? Atau bahkan peduli?

Sepertinya Tidak.

Halilintar juga tidak ingin memberitahunya, karena untuk apa?

Senyuman yang ada di wajah Amanda memudar, helaan napas lolos dari mulutnya.

"Halilintar.."

"Silahkan Mama putuskan sendiri. Untuk apa minta pendapatku?" Halilintar beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju tangga.

Wanita itu memandang si sulung dengan penuh harap.

"..mama ingin bahagia.. setidaknya sekali lagi" suaranya terdengar pelan.

Bahagia?

Anak laki-laki itu tertawa getir. Jadi ini ya alasan kenapa mamanya itu jarang ada di rumah? Ternyata dia sibuk mencari kebahagiaannya sendiri di luar sana, tidak ingat perannya sebagai seorang ibu yang memiliki tiga orang anak.

Dan sekarang ia bicara begitu, seolah membutuhkan persetujuan mereka.

Konyol.

Halilintar belum melanjutkan langkahnya menuju anak tangga, ia tercenung membelakangi Amanda.

"Lakukan saja apa pun yang mama mau. Aku tidak peduli."

Dan setelah berkata demikian, ia berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai atas. Meninggalkan ibunya yang masih terpaku di meja makan sendirian.

.

.

.

Halilintar terkejut mendapati pipinya yang terasa dingin karena ditempeli sesuatu, hingga ia terlepas dari lamunannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RETAK (A BoBoiBoy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang