。:゚Happy Reading! ゚:。
Secara singkat, Shin Yuri yang akan berangkat ke sekolah, namun lift apartment di sana sedang rusak, tentu harus menggunakan melalui tangga. Hingga hal tak terduga pun terjadi. Yuri terjatuh dari tangga karena terpeleset akibat kulit pisang yang entah darimana asalnya.
Dia pun meninggal, sambil mengutuk orang yang membuang kulit pisang sembarangan. Namun anehnya, kini dia sedang berada di sebuah kamar mewah yang jauh berbeda dari kamar apartment miliknya. Dia memang tergolong mampu, jadi apartment miliknya cukup mewah. Tapi ini jauh lebih bagus lagi dari miliknya.
Yuri yakin dia sudah meninggal, karena dia dapat merasakan sakit luar biasa pada kepalanya saat jatuh, apalagi darah yang mengalir deras hingga menggenang. 'Aku masuk isekai, kah?'
Melihat pantulan wajahnya di cermin, dia mendapati dirinya tak jauh berbeda dari yang sebelumnya, hanya terlihat lebih muda saja. Seperti saat dia berumur sekitar 16 atau 17 tahun.
Hingga, bingkai foto yang tergantung di tembok membuatnya panik. Tanpa memikirkan apapun lagi, Yuri berlari keluar dari kamar elit ini. Dilihatnya sekeliling, Yuri tambah panik hampir seperti ketakutan.
Tak sadar bahwa satu langkah yang dia ambil kemudian, membuatnya jatuh dari tangga, lagi.
Dan hal itu membuat seseorang yang menyaksikan, yangーsepertinyaーbaru saja keluar kamar, berlari dengan kalang kabut menuruni tangga sambil berteriak memanggil sebutan 'Eomma dan Appa'.
Yuri pun akhirnya jatuh pingsan lagi dan kemudian terbangun di ranjang rumah sakit.
"Harin-aa , bagaimana perasaanmu? Bagian mana yang sakit?"
Netranya menatap tertegun pada seorang wanita yang baru saja bertanya, "Si-siapa..?"
"Harin, apa maksudmu? Ini Eomma.." Yuri seketika menangis. 'Shibal.. beneran de pentos! Nanun kudu ottoke?!'
Karena melihatnya menangis, wanita ituーShim Su-Ryeon, langsung melangkah keluar dan terdengar memanggil beberapa orang.
Tak lama setelahnya, dokter dan beberapa perawat masuk dan memeriksanya. Lalu keluar dan masuklah beberapa orang yang termasuk Su-Ryeon di sana.
Orang-orang yang telah Yuri kenali dengan baik bibit, bebet, dan bobotnya. Joo Dan-Tae si Ayah, Joo Seok-Hoon si anak tertua, lalu Joo Seok-Kyung kembarannya. Nah, dia ini seharusnya tak ada.. apa posisinya di keluarga ini?
Dan-Tae tersenyum dan mengelus kepalanya, "Harin-aa, dokter berkata kau hanya lupa ingatan sementara. Tak usah khawatir, Appa akan mengobatimu sampai sembuh total."
Su-Ryeon yang duduk di samping ranjangnya menggenggam tangannya lembut, "Namamu Joo Harin, ini Appa, dan aku adalah Eomma-mu."
"Aku Seok-Kyung, ini kembaranku sekaligus Oppa kita, Seok-Hoon," ujarnya menepuk sejenak pundak Seok-Hoon yang tersenyum padanya.
Yuri, yang sekarang bisa kita sebut Harin akhirnya pulang dari rumah sakit. Selama satu Minggu di sana, Harin sudah banyak menyiapkan diri dan mentalnya. Sebisa mungkin dia harus beradaptasi di keluarga ini, sekaligus perang Hera Palace nantinya.
Tidak akan terlalu sulit, karena Shin Yuri di sekolah adalah seorang anak yang cukup ambisius dan agresif. Dia bukan perundung aktif, tapi Yuri cukup manipulatif. Dia membalas tanpa harus mengotori tangannya.
Selama itu juga, semua ingatan dari tubuh ini telah diserapnya. Joo Harin, anak bungsu yang disayangi dengan tulus bahkan oleh Joo Dan-Tae. Wajar saja, karena Harin adalah anak yang pintar dan berbakat.
Dia bahkan bisa memainkan berbagai alat musik, termasuk bernyanyi. Karena itu, dia ingin mencoba memainkan cello sekarang. Menguji apakah bakatnya Harin juga menurun padanya.
Selesai memainkan salah satu lagu dari buku notasi, Harin tersenyum bahagia. Beruntung, semua bakat Harin asli juga ikut menurun padanya. Di tubuh Shin Yuri, dia hanya bisa bernyanyi simpel dan bermain gitar saja.
Beberapa detik Harin memejamkan matanya, sebuah tepuk tangan membuat atensinya kembali. Su-Ryeon berdiri di pintu masuk dengan senyuman hangat di wajahnya.
Ah, ini membuat hatinya menghangat. Shin Yuri kehilangan Ibunya ketika masih kecil, lalu memutuskan pisah rumah dari Ayahnya dengan alasan lebih dekat dari sekolah. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Ayahnya jika tahu dia telah tiada?
Elusan lembut di rambutnya membuatnya sadar dari lamunannya, "Harin, sudah saatnya makan malam, yang lain sudah menunggu."
☆゚.*・。゚☆゚.*・。゚
"Namaku Anna Lee, dan aku akan menjadi tutor matematika kalian. Senang bertemu dengan kalian."
Tahu hal yang lebih menarik? Saking pintarnya Joo Harin, dia sampai bisa lompat kelas (akselerasi). Sekarang sedang dimulai awal dari segala hal yang akan terjadi. Ngomong-ngomong, rupanya Harin cukup dekat dengan anak-anak Hera Palace yang lain.
Seok-Hoon yang pertama angkat bicara, "Kenapa kau mengumpulkan kami semua di sini? Biasanya kami tidak belajar selama masa ujian."
"Aku punya waktu hari ini. Jadi, aku ingin melakukan tes tingkat."
"Kau sungguh mengumpulkan semua orang di sini hari ini hanya karena ini waktu yang tepat untukmu?" Sahut Seok-Kyung tak percaya. Sejenak dia mendengus kesal lalu melangkah hendak keluar ruangan.
Namun, seperti di drama aslinya, Anna Lee menghentikannya. Harin memangku dagu memandangi mereka, "Eonni, selera kardigannya cukup bagus, ya."
Seok-Kyung menarik sudut bibirnya, berbalik kemudian melepas jaket kulit dan menampilkan kardigan yang sama, "Kau memakai kardigan palsu, kan?" Maju beberapa langkah, Seok-Kyung menarik satu bagian dari kardigan milik Anna Lee, "Apa ini? Lalat?"
Pada akhirnya, mereka meninggalkan Anna Lee dan membubarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
꒰⑅RIOTER༚꒱˖ [The Penthouse] (HIATUS)
Fanfiction【Hiatus untuk Season 2!】 Shin Yuri terlempar ke dalam drama yang baru selesai ditontonnya semalam. Sebenarnya tidak masalah, karena masuk isekai sudah jadi dambaannya. Tapi.. "KENAPA HARUS DI DRAMA PENTHOUSE, SIALAN!!" Ditambah lagi, dia menjadi bag...