Episode Lima [S.4]

405 57 9
                                    

" Bang Gempa. "

•••

"Ice."

Seorang pemuda menoleh. Matanya membulat ketika netra biru lautnya menatap sosok seorang pemuda yang selama ini ia rindukan.

"Bang Gempa?" gumamnya tak percaya. Berkali-kali pemuda itu mengerjapkan matanya, berusaha memastikan penglihatannya.

Gempa, sosok yang pergi dari hidupnya kini berada di depannya. Raut wajah khawatir itu adalah hal yang paling ia rindukan.

"Kenapa? kenapa kau seperti ini?" Tangan Gempa bergerak, menyentuh wajah Ice yang babak belur.

Ice meringis kecil ketika luka lebamnya disentuh. "Ice tidak apa kok, Bang," ucapnya pelan.

Gempa menggeleng, tidak mempercayai ucapan yang keluar dari mulut adiknya itu.

"Mungkin ... ini karma buat Ice, Bang."

Lagi, pemuda itu menggeleng. "Tidak Ice." Matanya berkaca-kaca, perasaannya hancur ketika melihat keluarganya jadi seperti ini. "Ini bukan salahmu." Gempa memeluk tubuh Ice dengan erat.

Perasaan hangat yang Ice dapatkan membuat dadanya menjadi sesak, bibirnya berkedut hendak menangis, matanya mulai berairan.

"Ice sejahat itu ya?" tanyanya pelan.

"Gak, kamu gak jahat."

"Tapi kenapa cuma Ice yang gak diterima?"

Gempa paham ke mana arah pembicaraan Ice. Ia semakin mengeratkan pelukan mereka.

"Ini semua hanya tentang waktu, Ice."

Ice memejamkan matanya, membiarkan air mata mengalir di pipinya. "Kapan? kapan semuanya berakhir?"

"Ice kangen ...." Kalimatnya terjeda karena isak tangisnya. " ... Ice kangen sama Blaze." Racauan Ice membuat perasaan Gempa sakit.

"Ia hanya butuh waktu, cobalah berbicara dengannya."

Ice menggeleng cepat, ia melepaskan pelukan mereka. "Gimana? Blaze bahkan tak ingin berbicara dengan Ice."

"Tidak, jangankan berbicara, ketika melihat Ice saja raut wajahnya berubah ... Ice ... Ice harus bagaimana?"

"Semuanya memang harus dimulai dari rasa sakit, Ice." Gempa tersenyum, telunjuknya ia daratkan di kening Ice.

"Agar kau mengerti keadaannya." Perlahan, tubuh Gempa mulai menghilang tergantikan dengan kunang-kunang indah yang beterbangan di sekeliling Ice.

"Bang Gempa?" Ice terdiam, sadar jika yang ia liat hanya sebuah ilusi. Tangisnya kembali pecah saat itu juga.

"Jangan pergi lagi ...."

"Bang Gempa!"

•••

"Bang Gempa ...."

I'm Tired #Season4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang