"Ddeounu" orang yang merasa namanya terpanggil menoleh lalu tersenyum kemudian
"Jay hyung" sapanya ramah
"Sedang apa kau di sini?" Tanya jay basa basi. Terkesan aneh saja melihat sunoo-nya berdiri cukup lama di depan sebuah jendela besar yang mengarah ke taman mansion milik adiknya itu
Sunoo menggeleng pelan "aku tidak sedang melakukan apapun hyung. Hanya menikmati pemandangan saja" jawabnya polos
"Menikmati pemandangan?" Kernyit jay "bukankah lebih bagus jika menikmatinya secara langsung?"
Pemuda bermata rubah itu kembali menggeleng "hoonie hyung tidak memperbolehkan ku keluar dari mansion ini hyung" jujurnya
Tangan jay terkepal "apa-apaan park sialan itu" batin jay kesal, namun sebisa mungkin ia menahan emosinya agar tidak terlihat oleh sunoo-nya
"Oh ya hyung" fokus jay kembali
"Ya?"
"Kenapa hyung kembali?" Pertanyaan yang sama. Bukan karna tidak ada topik untuk dibicarakan hingga selalu pertanyaan itu yang keluar dari bibirnya. Hanya saja setiap jay di tanya jawabannya akan selalu sama, dan ia sama sekali tidak puas dengan jawaban itu
"Lalu pekerjaan hyung di sana bagaimana? Bukankah hyung sibuk? Bahkan saat nyonya dan tuan besar meninggal hyung tidak bisa datang untuk mengantarkan mereka pada peristirahatan terakhir"
Jay tersenyum "tidak deounu-a semua pekerjaan ku di sana sudah dapat di handle dari jarak jauh. Dan ada asistenku yang akan mengurus semuanya di sana, makanya aku bisa pulang kemari"
Dan soal kematian orang tuanya jay memang sengaja tidak datang. selain untuk menjauhi sunoo-nya, sakit hatinya juga masih mendominasi saat itu. Makanya jay memilih untuk tidak datang
Lagi pula ia tau jika kecelakaan yang ibu dan ayahnya alami bukanlah kecelakaan biasa. Itu sudah di rencanakan sebelumnya, dan siapa pelakunya? Ya, adik tersayangnya, Park Fucking Sunghoon
Jika kalian bertanya mengapa jay tidak menghentikan rencana sunghoon padahal ia sudah mengetahui hal itu, lagi-lagi semuanya tentang sakit hatinya. Bagi jay kedua orang tuanya memang sudah lama mati. Dan untuk kedua orang itu, biarlah mereka tau bagaimana rasanya di bunuh oleh orang yang sangat mereka prioritaskan selama ini
Haha, terkesan egois memang. Tapi, ya sudah lah!
"Oh ya, aku dengar kalian dekat sejak hari itu"
"Huh?" Sunoo tidak mengerti dengan apa yang baru saja jay katakan
"Kau dan sunghoon" jay menjeda kata-katanya "kalian mulai dekat semenjak hari kematian orang tua kita bukan begitu?"
Sunoo sedikit terkejut "dari mana hyung tau?"
"Sunghoon. Dia sendiri yang bercerita pada ku"
"Ooh" sunoo mengangguk mengerti
"Oh ya ddeoun-a. Kenapa kau memanggil ayah dan ibu dengan sebutan tuan dan nyonya besar?" Itu memang terkesan janggal untuk jay, panggilan itu. Sudah lama jay ingin menanyakan hal itu namun menurutnya tidak ada waktu yang pas sebelumnya
Sunoo terdiam. Pertanyaan jay sudah membuka luka lama yang berusaha sunoo pendam selama ini. Pemuda bermata rubah itu terlihat menunduk sedih sambil memelintir ujung baju yang ia kenakan
"Ada apa?" Tanya jay yang sadar dengan perilaku aneh sunoo "apa ada sesuatu yang aku lewatkan?"
"Banyak" batin sunoo berteriak "banyak hal yang kau lewatkan hyung. Hiks" tanpa terasa sunoo meneteskan air matanya