Brakkkk
Pyarrrr
Nyonya park terkejut dengan suara keras yang baru saja terdengar, sepertinya ada benda jatuh dan pecah. Perasaannya tiba-tiba saja berubah tak enak, dengan cepat ia mematikan kompor di depannya lalu bergegas ke asal suara
"Sunghoon apa yang kau lakukan" dengan cepat ia mendorong anak bungsunya itu, Menjauhi sosok lain di depannya. ternyata firasatnya benar, sunghoon anak itu...
Menusuk kakaknya sendiri.
Nyonya park berlari lalu bersimpuh di samping tubuh jay yang sudah bersimbah darah,"Jay, jay bertahanlah, apa kau mendengar ibu" ia menekan luka menganga di perut jay untuk menahan darahnya agar tidak keluar terlalu banyak"I...bu"
"Ya nak, ini ibu. Bertahanlah ibu akan segera memanggil ambulans untukmu" dengan tangan bergetar dan penuh dengan noda darah nyonya Park mencoba menghubungi ambulans untuk anak sulungnya
Suara nyonya park terdengar parau, ia panik, ia mencoba menjelaskan sebisanya pada petugas rumah sakit mengenai kondisi anaknya dan meminta ambulans segera datang
Takkk
Suara benda jatuh, nyonya park melihat ke asal suara "ibu" panggil anaknya yang lain, tatapan sunghoon kosong. Ia menatap ke arah kakaknya dengan tatapan penuh penyesalan
"Ibu aku..." Suara sunghoon tercekat
"Aku tidak melakukannya dengan sengaja bu" air mata jatuh membasahi pipi tirus itu "dia, dia ingin merebut sunoo dari ku. Dia, dia bilang dia mencintai sunoo, itu tidak bisa, ibu taukan aku sangat mencintai sunoo bu. Sunoo hanya milik ku, hanya milikku bu" sunghoon tiba-tiba saja berteriak sambil menarik-narik rambutnya sendiri, dia terlihat sangat frustasi
Nyonya park hanya bisa terisak sedih melihat kedua putranya, dia merasa gagal menjadi seorang ibu, di satu sisi anak sulungnya terluka namun di sisi lain anaknya yang lain sangat membutuhkan pelukannya. Ia merasa bodoh dan tidak berguna saat ini, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia gagal
"Hiks maafkan ibu"
_____
Sudah satu Minggu lebih jay terbaring di ranjang rumah sakit, kini keadaannya sudah mulai membaik. Dan jika kalian bertanya tentang keberadaan sunghoon, tentu saja pria dengan kulit pucat itu tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali
Rasa penyesalan yang ia ungkapkan di depan ibunya itu hanyalah rekayasa semata, nyatanya jika ibunya tidak datang dia sudah siap untuk benar-benar membunuh kakak kandungnya tersebut
"Nak" nyonya park menggenggam tangan jay dengan lembut. Jay menoleh kearah sang ibu "sebenarnya apa yang sudah terjadi?"
"Aku tau ibu sudah mengerti apa yang terjadi tampa harus bertanya padaku bukan?" Nyonya park terdiam, anak yang selalu terlihat ceria dan penurut sekarang terlihat berbeda. Jay-nya, tak lagi sama. Kini pandangannya terkesan dingin dan tak tersentuh
"Maafkan ibu jika datang terlambat hari itu"
"Bukan salahmu bu"
"Apa sunoo adalah alasan pertengkaran kalian?" Jay diam, lalu memalingkan wajahnya dan hal itu tidak lepas dari pandangan nyonya park
"Jay-a, bukankah sudah ibu katakan untuk tidak memancing emosi adikmu. Kau tau dia sudah menyukai sunoo dari lama bukan?" Jay tetap diam, sepertinya dia tau kemana arah percakapan ini
"Jay-a, ayah dan ibu sudah memutuskan untuk mengirim mu kejepang untuk sementara waktu"
Jay memejamkan matanya, raut wajah kecewa tak bisa ia tahan lagi "selalu seperti ini. Pada akhirnya tetap dia yang harus mengalah dan pergi, bisakah semua orang mengerti perasaannya walau hanya sekali saja?"