𓆩5𓆪

368 42 4
                                    

"kak."

"hm?"

Langit senja yang menghiasi sekitar, cahaya indah nya cukup membuat silau mata walau pemandangannya indah.

"solar itu beban ya?"

Hening, sesekali ada suara nyanyian burung disekitar sebelum menutup tenggelamnya matahari.

"maksud lo?"

suara tawa kecil terdengar dari sang empu hal itu sontak membuat orang yang ditanyainya menoleh.

kedua netra mereka saling bertemu sangat indah karena sesekali sinar matahari membuat netra keduanya bercahaya.

"bayangin aja udah, kalo aku gak lahir didunia ini pasti bunda tetap hidup kan?."

tidak ada balasan, lelaki disampingnya hanya menatap senja didepannya yang tampak sangat hangat nan indah.

"lo tau senja?" tanya nya.

Solar mengangguk, pandangannya ikut teralihkan ke senja yang ada di hadapannya.

"menurut gua bunda itu bagaikan senja."

"huh? dari mananya?" solar sontak menatap asal suara tadi.

"bunda bener-bener indah bagai senja, walau bunda udah pergi ninggalin kita tapi kehangatan sekaligus kasih sayang nya terhadap kita ga bakal pernah hilang seperti senja."

setelah menyelesaikan kata-kata nya lelaki disamping solar tersenyum tipis sambil mengalihkan pandangannya.

"dan bunda ngasih gua sama yang lain hadiah terakhir, yaitu dengan kelahiran Niskala Solar Atharya."

Lelaki bermanik merah ruby yang berada di samping solar beranjak dari tempak duduknya.

"dah bentar lagi gelap, takut gelap kan?" tanya Hali.

"apaan coba? aku udah bukan anak kecil lagi." jawab singkat Solar.

Hali menyodorkan tangannya ke arah adik kecilnya. "bagi gua kalian semua masih anak kecil, apalagi buat kakak kedua mu itu." ucap nya.

"pfft- kalo kak Fan kan emang udah gitu dari kecil.." Solar meraih tangan hali dan beranjak dari tempat yang sebelumnya ia duduki.

Sebuah bukit-bukit yang ikut menjadi bagian di antara senja sore itu menjadi bagian favorit solar. Ada beberapa kicauan burung yang mengisi kesunyian di perbukitan itu.

"kira-kira kak gem masak apa?" tanya Solar dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

"apa pun, asalkan jangan telor ceplok."

"hahah! iya, mana bener lagi! telor buatan kak gem pasti selalu apes!." tawa Solar memecah keheningan di tempat itu.

"yeah.. entah yang gosong, asin, pedes." Hali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"tapi kak hali kelihatan suka?"

"mau gimana pun gem yang selalu masakin buat kita.. masa ga dimakan? kalo bukan dia siapa lagi? mau percayain ke Taufan? yang ada tiap hari makan biskuit kita.."

Solar mengangguk paham tidak perlu dijelaskan panjang lebar ia sudah pasti paham kekurangan keluarganya.

Mereka sejak kecil ditinggal kedua orang tuanya-tepatnya setelah ibu mereka meninggal.

Ayah mereka-Amato tetap memberikan uang untuk keseharian sekaligus biaya sekolahnya.

"sudah, dari tadi disini terus, mau ada setan lewat?" Hali sedikit terkekeh.

𓆩⚝our little brother⚝𓆪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang