Al 1. Rasa

146 29 55
                                    

"Perasaannya tidak salah, hanya kamu saja yang kurang tepat menempatkan rasa."

-Al-Ghifari.

...
Happy Reading 🌾.
.
.

Riyan yang baru keluar dari kelas 6 Aliyah putri harus terhenti saat seseorang memanggil namanya. Orang itu terlihat masih menenteng kitab yang baru saja di kaji, dengan sebuah kantong kresek juga di tangan kirinya.

"Ada apa Ra?" tanya Riyan pada Ara yang baru saja memanggilnya.

Gadis itu bernama Inara Syifatunnisa Al-Ayyubi, gadis yang kerap disapa Ara itu berhasil mengisi hati sosok Riyan Al-Ghifari selama tiga tahun terakhir.

Ara menyodorkan kantong kresek yang ia bawa sedari tadi. "Saya mau balikin sendal ustadz yang tiga tahun lalu."

Riyan menyernyitkan dahinya bingung. Sendal? Kapan ia meminjamkan sendal pada gadis ini?

Riyan mencoba mengingat-ngingat hal yang sedang Ara ungkit kembali.

“Kamu Ustadz?”

“Saya bukan ustadz, saya hanya membantu mengajar disini
bukan seorang ustadz pada umumnya.”

“Ya sama aja Sukiyem,” sanggah Ara sambil menarik ujung bibirnya ke pinggir.

Hal itu mampu menarik perhatian Riyan, selama berbulan-bulan setelah kepulangannya ke tanah air. Baru kali ini Riyan menemukan santri yang seperti ini di pesantren. Lucu.. batinya.

“Nama saya Riyan bukan Sukiyem,” koreksi Riyan sambil mencoba mengembalikan tampang datarnya. Ara menelikkan matanya pada Riyan, “Saya gak ngajak kenalan!”

Ara meninggalkan Riyan yang masih memperhatikan Ara yang berjalan dengan satu sendal, entah pikiran dari mana Riyan menghentikan langkah Ara dan menaruh sendal miliknya di hadapan Ara.

“Pake! .. Saya tidak mau hanya karena kamu tidak memakai sendal kaki kamu terluka,” jelas Riyan seraya
meninggalkan Ara dengan rasa kebingungannya. Ara menatap punggung Riyan yang semakin menjauh,

“ Makasih,” ucap Ara sedikit berteriak dan mampu didengar oleh Riyan yang tiba-tiba tersenyum tanpa mau
membalikan badannya.

"Maaf saya baru mengembalikan sendalnya, ini juga bukan sendal Ustadz yang asli. Karena sendal Ustadz hilang pas saya pulang dari majlis tepat satu minggu setelah Ustadz pinjamkan saya sendal." Ara terus menyodorkan sendal yang sudah ia beli kemarin untuk mengganti sendal ustadznya yang entah kemana jalannya. Jika Ara mendapatkan pertanyaan kenapa baru dibalikin sekarang? Karena ia baru ingat akan hal itu, lagipun ia berpikir untuk memberikan sendal ini saat beberapa hari sebelum pelulusan. Niatnya biar sendalnya gak keburu rusak dan Ara terkenang walaupun didalam sendal yang kodratnya di injek-injek .

"Saya tidak meminta sendal saya balik lagi ataupun diganti. Yang sudah berlalu biarlah berlalu, tidak usah dikembalikan." Riyan mengatakan itu hingga lupa akan menjaga pandangannya terhadap Ara, senyumnya terlukis saat melihat wajah Ara yang tengah berpikir mendengarkan penuturan Riyan. Andai kamu bisa membalas perasaan saya Ra,

"Bisa, tapi.. Mati."

Riyan yang tengah mendengarkan Ara sontak membulatkan matanya tidak percaya dengan jawaban gadis itu barusaja.

AlghifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang